Title : Sketch

Author : Miwa Shiori

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pairing SasuSaku

.

.

Siang itu mentari tengah menyebarkan sinar hangatnya dari cakrawala. Tampak seorang gadis tengah bersandar di bawah pohon sakura. Surainya yang senada dengan bunga musim semi itu melambai-lambai halus tertiup angin. Tak jarang tersirat senyuman manis ketika iris emeraldnya yang jernih memandangi objek yang sedari tadi menarik perhatiannya sebelum akhirnya kembali menggoreskan pensilnya pada sketchbook di pangkuannya.

Sang objek yang menjatuhkan tubuhnya di samping sang pemilik emerald hanya terpejam menikmati semilir angin yang membuat surai hitamnya menari yang sesekali menutupi wajahnya yang tampan. Kerimbunan bunga sakura di musim semi ini mampu menghalangi keduanya dari sinar mentari yang menyilaukan.

"Ne, kau sudah selesai Sakura?" mata onyxnya masih terpejam namun seulas senyum terlihat di wajah sang sumber suara. Gadis yang dipanggil Sakura itu terlihat terkejut.

"Apa?" ucap gadis itu setelah teridiam selama beberapa detik.

"Lain kali kau harus memberiku beberapa karyamu karena telah menjadikanku objek gambarmu." Jawab sang onyx terkekeh.

Perlahan mata hitam jelaga itu terbuka. Ia menegakkan tubuhnya sebelum akhirnya memfokuskan onyx nya pada gadis di depannya.

"A.. apa maksudmu Sasuke? Aku tidak sedang menjadikanmu sebagai objek gambarku," kata-kata itu keluar dari bibirnya yang ia kerucutkan. Pandangannya berusaha ia jauhkan dari lawan bicarnya. Tak pernah terfikir olehnya akan tertangkap basah seperti ini.

"Begitu?" pemilik mata onyx yang dipanggil Sasuke itu masih tidak mau menyerah. Maniknya berusaha mengintip gambar di balik sketchbook yang berusaha disembuyikan oleh gadis yang dipanggil Sakura itu.

"Benar. Lagipula kenapa aku harus menjadikanmu objek gambarku? Weee." Bantah Sakura sambil menjulurkan lidahnya yang kemudian menutup sketchbook bersampul hitam itu. Sungguh, saat ini yang bisa ia lakukan adalah menahan semburat merah di wajahnya.

"Entahlah, mungkin saja kau terpesona olehku eh." Jawab Sasuke asal yang berhasil membuat Sakura tidak mampu mempertahankan semburat halus di wajah. Keheningan diantara keduanya tak dapat terelakan selama sekian detik.

"Haahaha aku hanya bercanda. Sebaiknya kita segera pulang. Anak kecil tidak boleh terlambat makan siang, kan?" Tambahnya sambil terkekeh geli. Tangannya yang besar mengacak-acak surai merah muda yang dibalas dengan tatapan sinis dari pemiliknya.

"Aku bukan anak kecil, baka Sasuke!" jawab Sakura sambil mencubit bahu bidang Sasuke yang berhasil membuat sang Onyx mengerang kesakitan. "Rasakan itu, weee."

"Awas kau ya?!" Sakuke hanya bisa mengernyit menahan ngilu di bahunya.

Sakura segera melenggang mendahului Sakuke. Senyum puas mengembang di bibirnya karena telah berhasil memberi pelajaran pada sahabatnya yang terus menyebut dirinya anak kecil itu.

"Dasar." Tambah Sasuke sambil tersenyum pada dirinya sendiri. Ia segera melangkahkan kakinya menyusul sang gadis di depannya.

.

Sakura POV

Sudah sepuluh tahun aku mengenalmu. Ne, apakah kau tahu? Sekarang aku sudah tumbuh menjadi seorang gadis remaja, kau pun juga. Tinggi mu yang kini jauh melampauiku, tanganmu yang besar dan semakin kuat, bahumu yang semakin bidang serta wajahmu yang semakin kokoh dan tampan. Bodoh, mengapa aku baru menyadari perubahanmu yang berkali-kali telah berhasil membuatku tersipu itu?

Bahkan aku juga baru sadar, bahwa rasa itu perlahan nyata adanya. Entah sejak kapan benih rasa itu muncul. Rasa yang selama ini sangat aku takuti, yang kini semakin menggerogotiku. Yang hadir setiap kali kau berada di dekatku. Aku tahu aku tidak boleh begini. Rasa ini hanya akan menghancurkan persahabatan yang sudah kita jalin sejak lama. Dan aku tidak mau merusaknya. Ne, kau tahu? Rasa ini begitu menyesakkan.

End of Sakura POV

.

Sesampainya di sekolah, pagi itu Sakura mendapat sorotan tajam dari beberapa murid perempuan. Hal seperti ini sudah menjadi hal yang rutin baginya. Apalagi kalau bukan karena pangeran sekolah yang tengah berjalan disampingnya ini.

Sakura hanya menundukkan kepalanya saat menyadari tatapan benci yang dilontarkan murid perempuan terhadapnya semakin tajam. Sang pemilik onyx sudah bosan dengan pemandangan seperti ini, ketika berpasang-pasang mata dan teriakan murid perempuan berusaha merebut perhatiannya.

Ia semakin mempererat genggamannya pada gadis di sampingnya karena menyadari ada sedikit ketakutan dalam emerald jernih itu, berharap ketakutan itu tak bersarang lama di dalamnya.

"Eh? Sasuke?" ucap sakura ketika menyadar sebuah tangan besar menggenggam tangannya yang mungil.

"Hn, dilarang protes disini, anak kecil." Jawab Sasuke tersenyum tipis menatap ke arah emerald jernih di sampingnya.

"Dasar." Balas Sakura. Ia pun hanya pasrah dan terus melangkahkan kakinya menuju kelas 12-D. Entah kenapa, sebuah perasaan hangat menjalar di seluruh tubuhnya. Genggaman singkat itu mampu membuatnya merasa.. aman.

.

.

Sakura POV

Sepulang sekolah aku lebih banyak menghabiskan waktu di kamar. Karena besok adalah hari libur, aku sengaja menjauhkan diri dari beberapa buku pelajaran dan lebih memilih menyelesaikan gambar sketsa yang sempat tertunda.

Dengan sedikit goresan pensil, akhirnya selesai juga sketsa yang sempat terbengkalai beberapa hari ini. Kupandangi sejenak hasil goresan pensil di tanganku sebelum akhirnya seulas senyum tak mampu kusembunyikan saat irisku menatapnya.

Piip piip

Sebuah suara berhasil membuyarkan lamunanku sesaat. Ekor mataku tertuju pada benda kotak tipis yang tergeletak di kasur tak jauh dari tempatku berada. Kuulurkan tanganku untuk meraihnya dan segera membuka pesan yang baru saja masuk.

Senyumku merekah ketika mengetahui pesan itu dari Sasuke.

"Ne, apakah besok kau ada waktu kosong?"

Aku berfikir sejenak. Kebetulan aku tidak memiliki rencana apa-apa di hari Minggu. Aku mulai memikirkan yang tidak-tidak apakah Sasuke akan mengajakku kencan. Bolehkah aku berharap? Haha, bodoh sekali aku berfikiran hal semacam itu.

"Ya kurasa. Ada apa?" Balasku.

Cukup lama aku menunggu balasan dari Sasuke. Hingga akhirnya ponselku berdering untuk yang kedua kalinya, menandakan ada pesan masuk.

"Bagaimana kalau kita ke Taman Bermain besok, kau mau?"

"Ya, kurasa itu ide yang bagus. Aku mau"

"Baiklah, kita bertemu di pintu masuk pukul 3 sore. Sampai jumpa besok"

Aku menahan nafas selama beberapa detik. Irisku berkali-kali membaca ulang percakapan singkat yang tertera di layar ponselku. Kurasa saat ini wajahku benar-benar memerah sempurna. Rasanya aku tidak mampu untuk berhenti mengulas senyum.

Ne, Sasuke, kau tahu? Kau benar-benar membuatku bingung dengan segala sikapmu padaku. Dan itu terasa menyenangkan, namun terkadang juga membuatku miris. Ne, apakah aku hanya sebatas sahabatmu ?

.

.

TBC

Yap ini adalah fic pertamaku. Jadi mohon maaf kalau ceritanya jelek hehe. Saran, kritik dan komentarnya boleh dituangkan di kotak review :3

Arigatou