A Kihyun Fanfiction
OURS
By
Araelf Mizuchi Malter
.
Kim Kibum -pria yang masih tetap terlihat tampan diusianya yang menginjak kepala tiga. Pemilik Kim Corp yang juga sebagai pengusaha muda paling sukses di Asia. Tidak heran jika banyak wanita diluar sana yang mengincarnya ditunjang dengan paras rupawan, otak cemerlang dan postur tubuh tegapnya dengan otot yang terbentuk sempurna.
Itu adalah Kim Kibum yang dikenal banyak orang.
Berbeda lagi jika Kibum berada dirumah.
Pagi hari Kibum dimulai dengan bangun tidur, memandangi wajah tidur istrinya yang terlihat konyol -tapi bagi Kibum tetap manis, kemudian dia akan mandi dan segera memasak sarapan untuk kedua malaikatnya -yang sayangnya lebih mirip setan.
Kibum jugalah yang mengurus anaknya mulai dari membangunkan, menyiapkan seragam, tas, buka dan hal-hal lainnya. Sedangkan istrinya masih sibuk berlayar dialam mimpi dengan tidak lupa membuat pulau kecil dibantal miliknya.
"Kibum, apa kau melihat baju seragamku?"
Kibum menoleh saat mendengar suara yang familiar untuknya ditambah dengan tarikan di apron berwarna biru yang melekat ditubuhnya yang berbalut kemeja berwarna senada. Mata hitamnya menatap pada manik cokelat bulat milik bocah manisnya yang kini hanya mengenakan handuk dengan rambut yang masih agak basah, jelas sekali dia baru selesai mandi.
"Kau sudah periksa lemari bagian atasmu?"
Cengiran lima jari Kibum dapatkan sebelum si bocah kembali melesat pergi ke kamarnya dilantai dua tanpa mengatakan apapun lagi. Dan Kibum mendengar suara bantingan pintu setelahnya.
Kibum mendesah maklum dengan kelakuan anarkis anaknya, karena itu memang turunan langsung dari ibu si anak yang juga istrinya. Dia hanya ingin menjadi suami dan ayah yang baik untuk istri dan anak yang tidak ada baik-baiknya.
"KIBUUUUUM!"
Baru saja dibicarakan, sekarang anaknya itu sudah kembali berteriak heboh disusul dengan suara gaduh dari langakah kakinya yang berlari.
Kibum tidak mau repot untuk menyahut, dia masih tetap sibuk menata masakan buatannya diatas meja. Dan begitu berbalik, Kibum kembali mendapati Kihyun berdiri didepannya -kali ini dengan seragam barunya dan tangan yang terulur padanya.
"Pakaikan aku dasi."
Pri tampan itu menyambar dasi yang terulur padanya, kemudian berjongkok dan mulai memakaikannya. "Melakukan hal seperti itu saja kau tidak bisa."
"Kalau bisa aku tidak akan meminta bantuanmu, datar."
"Kalau begitu kau harus belajar melakukannya."
"Belajar dengan siapa?"
"Dengan ibumu. Mungkin?" Suara Kibum terdengar agak ragu saat mengatakan itu. Dan ketika matanya bertabrakkan dengan milik Kihyun, dia dapat melihat bahwa anaknya itu sedang menatap mengejek padanya.
Kihyun mencibir saat mendengar itu. "Kau ingin aku dicekik ibuku sendiri seperti yang dia lakukan padamu dulu?"
Mau tak mau Kibum harus kembali mengingat saat-saat mengenaskan dimana dia hampir saja kehabisan napas karena Kyuhyun terlalu kencang mengikat dasinya. Padahal Kibum awalnya sudah melarang karena dia tau istrinya itu tidak berbakat dalam hal seperti itu -dia lebih berkata dalam hal menganiaya Kibum sebenarnya. Tapi karena Kyuhyun bersikeras, Kibum bisa apa selain mengiyakan dan dia menyesal setelahnya. Sungguh.
Mari lupakan masalah itu, yang lalu biarlah berlalu. Sekarang yang harus Kibum lakukan adalah mengurusi bocah nakal sok dewasa nya ini.
"Kau ingin aku mencobanya padamu?"
"Coba saja. Kau tidak akan berani, Kibum." Ucap Kihyun dengan matanya yang menatap menantang pada Kibum yang membalasnya dengan sebelah alis terangkat. "Siapa bilang aku tidak berani?"
"Aku." Jawab Kihyun cepat dengan dagu terangkat. "Kau kan sayang padaku, aku kan anakmu."
Kibum mendengus. "Percaya diri sekali kau, bocah."
"Biar saja."
Kalau seperti ini Kibum jadi merasa Kihyun mirip Kyuhyun. Apalagi dengan sifat percaya dirinya yang overdosis. Tapi harus Kibum akui yang dikatakan Kihyun itu memang benar. Saking sayangnya Kibum sampai tidak tau harus melakukan apa untuk mengahadapi kelakuan keduanya.
Setelah simpul dasinya terikat dengan rapi, Kibum mengelus sayang kepala dengan mahkota cokelat anaknya. Dia tidak menyangka bocah nakalnya sudah tumbuh besar seperti ini. Dia sudah bukan bocah TK lagi dan Kibum pasti akan kesulitan menggendongnya nanti. Hah, waktu terasa begitu cepat berlalu.
"Daddy."
Kibum mengurungkan niatnya untuk berdiri begitu mendengar nada suara Kihyun, apalagi anaknya itu tiba-tiba saja memanggilnya Daddy. Mata sekelam malam miliknya menatap pada Kihyun yang kini sedang menunduk dan memainkan jemari mungilnya.
Tanpa bicarapun Kibum tau ada yang mengganjal dipikiran anaknya ini. Tangan besar Kibum menarik Kihyun mendekat, mendudukkannya dipangkuan kemydian memeluknya dengan lembut.
"Ada apa?"
Ada jeda beberapa saat ketika akhirnya akhirnya Kihyun berani menatap mata Kibum. "Apa menurutmu aku akan punya teman?"
Ah, Kibum mengerti sekarang. Ini masalah yang sama seperti tahun lalu saat hari pertama Kihyun memasuki Taman Kanak-kanak. Walaupun Kihyun itu punya sifat seperti Kyuhyun tapi cara berpikir dan kepribadiannya lebih mirip Kibum. Mereka itu sama-sama punya masalah dengan yang namanya bergaul, apalagi dengan orang baru. Sifat introvert mereka akan langsung keluar dan membuat mereka kesulitan untuk berteman.
Kibum tersenyum tipis. Ditepuknya pelan tangan mungil Kihyun dan digenggamnya. "Seperti biasa. Jika ada yang mengajakmu berbicara, maka kau bisa menjadikannya teman. Tapi jika tidak..."
"Jangan terlalu dipikirkan, karena pertemanan itu akan datang seiring berjalannya waktu."
Cengiran lima jari Kihyun terkembang saat Kibum mengusak rambutnya. Dia suka ekspresi wajah Kibum, Daddy nya itu terlihat bangga padanya.
"Nah, sekarang kembali kekamar dan periksa kembali keperluan sekolahmu."
Untuk urusan yang satu ini Kibun tidak perlu khawatir. Kihyun adalah anak yang mandiri, dia bisa melakukan semuanya dengan baik.
"Jangan lupa membangunkan ibumu yang pemalas itu."
Tidak seperti ibunya yang tidak bisa diharapkan sama sekali. Bahkan untuk bangun pun harus dibangunkan.
Kihyun bangkit berdiri, mengecup pipi Kibum sekilas kemudian segera berlari kekamar orang tuanya, dia punya tugas mulia yang menanti. Meninggalkan Kibum yang menatap pada punggung sempitnya sambil tersenyum dan berpikir betapa manis anaknya itu.
"MOMMY BANGUN. DADDY MENGATAIMU PEMALAS."
Dan senyum Kibum pudar begitu saja, kembali memasang wajah datarnya begitu teriakan dari suara cempreng anaknya itu terdengar disusul dengan suara pintu kamar yang dibanting dengan keras -lagi.
Well. Anak manisnya sudah menghilang, tergantikan dengan bocah nakal kesayangan istrinya.
.
Araelf
.
"Ini semua salahmu, Kibum."
Untuk kesekian kalinya kalimat itu terdengar, dengan nada kesal yang sama dan dari orang yang sama pula. Sedang si tertuduh lebih memilih diam dan memasang wajah datarnya tanpa mau repot-repot untuk menanggapi ocehan tidak penting itu. Sudah biasa. Tidak ada gunanya juga, hanya akan membuang tenaga dan membuat mulutnya lelah karena Kibum tau dia tidak akan didengar. Lebih baik diam kalau perlu tutup telinga rapat-rapat, nanti kalau sudah lelah istrinya itu juga akan berhenti sendiri.
"Seharusnya kau membangunkanku lebih awal, Kibum, bukannya malah menyuruh Kihyun." Dua orang yang dimaksud diam-diam memutar mata malas. "Kau tidak kasian padanya, bagaimana jika nanti dia terlambat dan tidak mendapatkan meja. Apa kau ingin anakmu duduk dilantai? Dasar tidak bertanggungjawab." Setelah puas mengomeli Kibum panjang lebar, Kyuhyun beralih menatap pada Kihyun. "Dan kau Kihyun, jangan tiru Daddy mu itu, oke?"
"Yes, Mom."
Bocah manis itu menjawab seadanya. Jika ditanya siapa yang salah disini, jawabannya sudah pasti Kyuhyun. Kihyun tau Kibum itu tidak salah apa-apa, Daddy nya itu sudah berkali-kali mencoba membangunkan tapi memang Kyuhyun nya yang tidak bisa dibangunkan. Jadi daripada membuang waktu, Kibum lebih memilih membiarkan saja dan pergi kedapur untuk memasak agar istri dan anaknya tidak kelaparan.
Kurang bertanggungjawab apalagi Daddy tampannya itu? Mommy nya saja yang tidak sadar diri.
Kalau soal terlambat, Kihyun tidak yakin dia akn terlambat. Ini hari pertama sekolah jadi tidak akan ada sesi belajar mengajar, yang ada hanya sesi perkenalan dan adaptasi bagi para siswa baru. Dan bagi Kihyun itu pasti akan sangat membosankan.
Kini mereka sedang berjalan berdampingan melewati koridor yang akan mengantarkan mereka kekelas baru Kihyun, masih dengan coletahan tak bermutu dari Kyuhyun yang mengisi keheningan. Kemudian mereka berhenti didepan pintu bercat cokelat yang bertuliskan kelas 1-A. Didalam sudah ramai diisi oleh para murid dan juga para orang tua yang ingin mengantar anak mereka dijari pertama sekolah, seperti yang Kibum dan Kyuhyun lakukan sekarang.
"Kihyun, kau ingin duduk dimana?" Mata bening Kihyun mengedar kesekeliling, mencari posisi yang sekiranya dia rasa strategis agar bisa berkonsetrasi dalam belajar nanti dan yang pasti tidak membosankan.
Senyumnya langsung terkembang begitu iris cokelat itu menemukan tempat yang dirasa pas. Tangan mungilnya menarik tangan kedua orang tuanya ke meja pilihannya yang berada dibaris ketiga dan terletak disamping jendela.
"Aku boleh duduk disini, kan?" Kihyun menatap kedua orang tuanya dengan tatapan dan senyuman sepolos yang dia bisa, berharap dengan begitu keinginannya akan terkabul.
Dan sepertinya itu berhasil karena Kibum mengangguk dan Kyuhyun mulai gelagapan tak tau harus menjawab apa. "Tapi Kihyun..."
"Tentu saja kau boleh."
Kyuhyun mendesisi berbahaya dengan mata bulatnya yang menatap tajam pada Kibum. Dia baru saja akan melancarkan aksi protesnya tentang pilihan Kihyun yang tidak sesuai harapannya. Dia ingin anaknya itu duduk didepan atau paling tidak dibarisan kedua, tapi suami datarnya ini malah dengan seenaknya memotong perkataannya. Tangan Kyuhyun jadi gatal ingin mengahajar wajah datar itu dengan teflon yang sama datarnya, tapi berhubung karena mereka masih disekolah Kyuhyun harus menundanya.
Tanpa sadar seringaian setan Kyuhyun terkembang saat memikirkan wajah sengsara Kibum nanti. Tapi setelahnya seringaian itu berubah menjadi senyum manis begitu caramelnya bertabrakkan dengan iris cokelat Kihyun, diusapnya rambut anaknya itu dengan lembut.
"Bagaimana, Mom?"
"Terserah padamu. Tapi ingat, kau harus belajar dengan baik." Dan dibalas dengan anggukan semangat dan senyuman manis dari Kihyun. "Jika ada yang menjahilimu kau bisa balik menjahilinya. Kau juga bisa menghajarnya jika perlu."
Sekarang giliran Kibum yang melotot menatap pada Kyuhyun, tidak habis pikir bagaiman bisa istrinya itu mengatakan hal seperti itu didepan anak mereka yang masih kecil.
"Kurasa kita harus segera pergi." Ucap Kibum sambil menunjuk pada arloji ditangan kirinya yang sudah menunjukkan pukul 07.20. Sebentar lagi bel masuk akan berbunyi dan mereka juga harus berangkat untuk bekerja.
Tapi alasan sebenarnya adalah Kibum tidak ingin iatrinya itu semakin menanamkan paham Yakuza yang dianutnya pada Kihyun. Cukup satu orang saja 'anggota' Yakuza dirumahnya, jangan sampai anaknya jadi ikut-ikutan juga.
Mereka berlalu dari sana setelah Kibum berhasil menarik -lebih tepatnya menyeret Kyuhyun yang sedang berpidato panjang lebar pada wali kelas Kihyun. Memintanya segera melapor padanya jika ada yang mengganggu anak manisnya agar dia bisa memberikan mereka hukuman yang berat. Membuat si wali kelas menjadi pucat pasi dan mungkin akan pingsan ditempat jika saja Kibum tidak cepat membawa Kyuhyun pergi.
Istrinya ini benar-benar menyeramkan.
.
Araelf
.
Langit biru membentang luas, mengitari cakrawala bertemankan sang mentari yang bersinar indah. Menampilkan keindahannya yang menyejukkan mata.
Kihyun bersandar dengan nyaman dibangkunya, mendongak menatap pada keindahan yang terhampar diatasnya. Terlalu terpaku pada dunia nya yang tenang tanpa mempedulikan keadaan berisik sekitarnya.
Saat semua anak sedang berbaur dengan lainnya untuk saling mengenal dan mencoba menjadi teman, Kihyun justru memasang dinding tak kasat mata miliknya sendiri. Yang membuatnya seperti terisolasi dari dunia luar.
"Hei."
Mata cokelat beningnya baru beralih pandang saat suara asing merasuki pendengarannya dan tepukan dibahu. Tidak ada kata yang terucap, hanya mata yang mengisyaratkaan tanya pada dua anak lain yang berada disamping mejanya.
Seorang bocah dengan pipi chubby dan kulit putih sedang tersenyum manis padanya, entah kenapa Kihyun merasa dia agak mirip dengan Mommy nya. Dan bocah satunya lagi yang bertubuh lebih tinggi, dengan wajah blasteran dan tampang datarnya.
Kihyun tidak mengenal mereka, tau namanya saja tidak. Dia sejak terlalu asik dengan dunianya sendiri untuk peduli dengan orang lain.
"Ada apa?"
Itu kata pertama yang Kihyun ucapkan karena tidak ada satupun dari mereka yang bersuara. Hanya perkataan singkat tapi mampu membuat senyum bocah yang katanya mirip Kyuhyun itu semakin terkembang.
"Namamu Kihyun, kan?" Anggukan singkat Kihyun berikan, dia sudah mengatakan namanya tadi saat perkenalan.
"Namaku Suho dan dia Kris." Dia menunjuk pada bocah bernama Kris itu, kemudian beralih lagi pada Kihyun. "Apa kau ingin menjadi teman kami?"
Kihyun diam, menatap pada tangan yang terulur padanya. Dia jadi tetingat perkataan Kibum tadi. Dan Kihyun rasa dia baru saja mendapatkan teman barunya sendiri, jadi tanpa pikir panjang Kihyun menyambut uluran tangan itu. Kedua saling melempar senyum untuk satu sama lain. Namun senyum itu langsung pudar dengan cepat, secepat tangan milik Kris menarik tangan Suho dan menggenggamnya dengan erat dengan mata setajam elang yang terlihat menusuk saat menatap kearahnya. Kihyun tau tatapan itu, dia pernah melihatnya karena itu adalah gatapan yang selalu Kibum berikan pada orang yang mencoba merayu ibunya.
Kihyun mendengus geli. Sepertinya dia baru saja bertemu dengan orang yang sebelas-duabelas dengan Kibum.
.
~TBC~
.
Akhirnya bisa update juga.
Ide ini muncul ditengah-tengah banyaknya ujian yang menanti. Dan senin besok, perang(?) dimulai.
Rencananya ini pengen dibuat chapter, tapi ngga tau kapan bisa update.
Fanfic yang kemaren aja masih belum di update malah bikin yang baru XD Semoga aja bisa cepet-cepet update fanfic lagi.
And The Last...
Review Jusseyo (^_^)\/
