Blood, Sweat, & Tears
JungHona

Cast : ...

Main Cast : ...

.

.

Paris, Perancis.

Kota penuh nuansa romansa yang manis dan menyentuh. Siapapun yang pergi ke sini pasti tak akan melupakan moment apapun yang mereka lewatkan.

Apalagi jika sudah menyangkut pernikahanmu.

Nuansa putih penuh ketenangan, musik yang sempat berkumandang bergema di dalam sebuah hall di pusat kota Paris. Lilitan indah bunga-bunga seperti Hyacinth, Freesia, dan lainnya semakin menawan setiap mata yang memandang mereka di beberapa sudut ruangan bahkan hingga menjalar sampai pada tengah altar.

Tapi..

Sayangnya semua riasan indah itu hanyalah menjadi saksi bisu sebuah penghinaan yang dalam. Riasan indah itu sama sekali tidak berguna untuk mengelabui sebuah kejadian memalukan pun juga menyakitkan. Seluruh tamu undangan tak lagi dapat menahan diri untuk tak saling berbisik pada orang lain di sebelahnya. Sang pendeta yang telah menutup buku suci milik umat kristiani itu pun tak bisa menenangkan seluruh tubuh di sana.

Mata tua nan berkeriputnya menilik sosok pria dengan setelah jas putih yang sedari tadi terdiam saja dengan sebuah karangan bunga mawar putih di tangan.

Acara sakral itu sudah selesai sejak beberapa detik yang lalu. Namun sayang, para tamu undangan yang biadab itu terus saja berbisik dengan segala prasangka kurang ajar mereka. Bukankah sekarang adalah saatnya mereka untuk pergi? Tapi pertanyaan itu tak lantas juga hanya dapat kita pertanyakan pada semua yang saling bertanya heran.

Pun sang pengantin tak lantas beranjak dari tempatnya, masih dengan senyum dan karangan bunga di tangan, hingga salah satu saudaranya mencoba untuk menariknya menjauh dari sana.

.

.

"Ini jelas sebuah penghinaan!"

Terdengar sebuah bentakan geram dari salah seorang di sana. Seorang pria tua dengan setelan jas yang telah kusut dan berantakan. Wajahnya merah padam oleh emosi yang menggebu hingga mencapai hampir setiap sudut otaknya, jika saja ia sudah tak berpikir, mungkin orang yang tak lebih sama dengannya itu bisa ia bunuh.

"Kau anggap apa kami?! Jika kau ingin mempermalukanku.. lakukan saja! TAPI KENAPA HARUS PUTRAKU YANG HARUS MENERIMA PERBUATAN KALIAN?!" ia berdiri setelah mencengkram kerah kemeja pria yang tak beda jauh berumur darinya. 2 wanita yang sama tuanya di sana pun terlihat begitu takut namun masih setia mencoba melerai perkelahian kedua pria hampir lansia itu.

"AYAH!"

Keduanya terlempar pelan saling menjauh ke belakang, di tengah mereka sudah berdiri sosok bertubuh mungil yang terengah-engah kecil. Langkah kecilnya bergerak menuju pria tua yang sedari tadi yang paling berisik "Ayah.. aku mohon.. aku baik-baik saja.. sekarang pulanglah dan istirahat." pintanya dengan nada yang lembut.

Si ayah yang masih terselimuti emosi kembali menyulut "Bagaimana kau bisa baik-baik saja?! Katakan padaku! Bagaimana kau bisa baik-baik saja saat kau dipermalukan di depan semua orang?! Apakah ada pernikahan yang salah satu-.."

"Ayah!"

"-.. mempelai hanya menerimamu lewat sebuah telepon singkat?! Seharusnya dia ada! Seharusnya dia menyambut tanganmu saat kau sampai di altar, seharusnya dia ada di sampingmu saat mengucapkan janji suci kalian, seharusnya dia memasangkan cincin pernikahan kalian di jarimu, TAPI APA?! Dia menerimamu hanya lewat sebuah telepon tanpa ingin menunjukkan wajahnya!"

Pria tua itu sudah kepalang terselimut emosi, bahkan wanita tua yang berperan sebagi istrinya hanya dapat menangis terisak, meratapi nasib putra sulungnya. "Ayah.. tolong bawa ibu pulang.." pinta yang bertubuh mungil itu lagi "Kau minta kami pulang? Bagaimana denganmu?"

"Ayah dan ibu juga boleh pulang.." ucapnya lagi pada sepasang suami-istri tua yang kini menjadi mertuanya. Mau bagaimana pun juga perlakuan mereka padanya hari ini, tetap saja.. ia tidak memungkiri kenyataan jika sekarang kedua orang ini adalah mertuanya yang harus ia hormati bagai orang tua sendiri.

"Min Yoongi!"

"Ayah! Aku mohon! Mengertilah.. aku ingin sendiri untuk menenangkan diri.. dan tolong ingat, ayah.. namaku bukan lagi Min Yoongi.. aku..

.

.

.

.. Jung Yoongi.."

.

.


Blood, Sweat, & Tears


.

.

Melbourne, Australia.

Pip.

Setelah hampir 15 menit sambungan telepon itu menyala, akhirnya orang ini bernafas lega juga. Ia kembali menyandarkan dirinya pada headbed milik sebuah hotel elit di pusat ibu kota Melbourne ini. gurat sinar sang fajar baru saja muncul beberapa saat setelah ia menuntaskan 'janji sucinya'.

Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan saat ia pulang ke negeranya nanti. Bertemu orang tuanya mungkin adalah hal terberat yang harus ia lakukan pastinya nanti.

ia pikir dengan cara ini maka segala rencana menyebalkan kedua orang tuanya akan dibatalkan. Kabur dari pernikahannya adalah cara yang paling ia anggap baik dalam hal ini tapi.. yang ia dapatkan malah sebaliknya. Rencana tetap berjalan bahkan hingga sekarang statusnya sudah sebagai suami seseorang disaat ia masih mencintai kekasihnya.

Bluss..

Cup

"Memikirkan apa?"

Hoseok tersadar dari lamunnya, ia tersenyum simpul kemudian merengkuh hangat tubuh yang agak lebih kecil darinya. Tubuh mereka masih terasa agak lengket oleh keringat dan beberapa cairan berbau amis yang hampir menyelimuti seluruh permukaan daerah selangkang mereka. Yang bertubuh kecil tersenyum cerah, semakin merapat ke balik dada bidang Hoseok.

"Apa kau ingin pergi?" tegurnya perlahan, sayup ia dengar balasan dari pertanyaannya "Untuk apa, kita masih saling mencintai, kau hanya perlu menceraikannya setelah ia membuat kesalahan dan kita bisa menikah setelahnya." Hoseok tersenyum gemas mendengar itu. Nada bicaranya memang terdengar polos tapi apa yang ia katakan sudah sangatlah pintar.

"Jika saja aku sudah tamat kuliah, mungkin yang ada di posisi sebagai istrimu adalah aku.." tukasnya lirih, Hoseok memperhatikan wajah sedih kekasihnya itu lalu mengecup keningnya "Kau memang bukan istriku.. tapi aku mencintaimu lebih daripada orang asing itu.."

Cup

Hoseok kembali menjamah bibir tipis itu untuk ia kuasai. Memang tak ada nafsu pada awalnya, karena apa yang mereka lakukan selalu mereka sebut 'berlandaskan cinta', tapi siapa yang tahu jika bisa saja ciuman keduanya menghantarkan getaran hasrat yang lain?

"Hmm.. mpphh o-ohhh~ ahh.. hmm.."

Seperti kembali terdengarnya lenguhan nikmat dari yang paling menerima sentuhan. Hoseok hanya tinggal bergerak sedikit saja, karena pada dasarnya memang dari semalam kejantanannya tak pernah keluar secara utuh dari lubang kekasihnya ini. ia memang terlalu lelah dan tidak ingin jika 'adiknya' menjadi kedinginan apabila keluar sebentar saja dari lubang ketat kekasihnya.

"O-ahh! Hnghh.. ah! Yeahh~ ohh.. ya, di san AH! Uh yeahh~ ahhh~!"

Hoseok pun tak munafik untuk bergerak semakin gencar dalam segala genjotannya saat dinding lubang sempit itu bagai menjepit miliknya dengan penuh rangsang, memaksa agar kejantanannya semakin masuk ke dalam. Tangannya pun tak diam, setelah beberapa kali menampari pantat kenyal kekasihnya, kini kedua tangan itu bermain pada nipple dan kejantanan si mungil dalam kuasanya. Tak luput dengan leher jenjang yang masih terlihat jelas ruam merah 'kepemilikannya' semalam kembali ia buat semakin merah.

Hoseok tak peduli lagi jika sekarang ia sudah memiliki istri, ia tak peduli jika mungkin orang tuanya akan membunuhnya nanti. Ia memang tak menginginkan ini dari awal, tapi mereka selalu menuntut Hoseok untuk melakukannya.

Hoseok bukanlah orang jahat yang akan senang hati menyakiti perasaan seseorang yang bahkan belum ia kenal, tapi ia juga bukan orang yang akan bersikap diam dan menurut pada sesuatu yang ia tak inginkan.

Ia menginginkan kekasihnya, ia ingin kebebasannya dalam mencari pilihan hidupnya. Tapi alih-alih mengenalkan kekasihnya pada kedua orang tuanya, ia malah disuguhkan pemberitahuan jika ia akan dinikahkan dengan anak seorang pegusaha yang membutuhkan saham tanpa Hoseok tahu bagaimana wajah dan juga wataknya.

Hoseok hanya mengetahui siapa calon pengantinnya 2 hari sebelum pernikahan. Pada hari keberangkatan menuju Perancis untuk resepsi pernikahan, Hoseok kabur bersama kekasihnya ke Australia.

"Shh.. A-AAHHH~~ lebih, da-ahh lam hyuhhnghh.. shh ahh~"

Tapi tak sesuai pemikiran Hoseok, ternyata tadi pagi ia mendapat telepon untuk ikut menyatakan janji suci. Ia tak bisa berkutik lagi karena ia tahu saat ia menerima panggilan ini, maka acara pernikahan sudah di mulai. Dan ia tak bisa mundur lagi jika ia masih ingin hidup.

Maka ia terpaksa mengikrarkan janji suci bersama Min Yoongi sebagai pengantinnya. Jujur, ada rasa bersalah yang Hoseok rasakan untuk pria manis itu, tapi Hoseok juga tak ingin berbohong. Ia rasa jika ia melakukan ini mungkin lambat laun Yoongi akan meninggalkannya jika Hoseok terus menyakitinya.

Mungkin.

Hingga akhir pemikiran, Hoseok dapat merasakan jika ia keluar terlalu banyak dalam diri kekasihnya. Ia bangkit dari posisinya setelah mengeluarkan seluruh kejantanannya. Hoseok membiarkan tubuh letih kekasihnya berbaring nyaman dalam posisi tengkurap. Ia menyelimuti tubuh bugil itu dengan selimut tebal lalu mencium kening si imut sebelum ia beranjak mandi.

"Setelah ini mandilah. Kita akan turun dan sarapan di resto hotel, hm?" jawaban yang Hoseok terima hanyalah anggukan lemas dari lawan bicaranya yang terlihat begitu mengantuk. Ia mengelus sayang surai coklat gelap itu dan mencium keningnya lagi.

"Love you Hoseok-hyung.."

"Love you too Jungkookie.."

.

.


Blood, Sweat, & Tears


.

.

Seoul, Korea Selatan.

"Apa aku sungguh di terima di sini?"

Wajah polos yang menggemaskan itu sudah barang tentu membuat 2 orang direktur itu tertawa geli "Kau tidak mempercayai kami?" tanya salah satunya yang berposisi sebagai direktur pihak pemasaran produksi "Bukan.. tapi biasanya jika pelamar baru selalu ditempatkan menjadi pegawai biasa.." jawabnya lagi dengan sorot mata yang menggemaskan.

"Dengan peringkat kelulusan S1 mu yang tinggi, apa kami waras jika meletakkanmu hanya sebagai karyawan?" timpal satunya yang lebih muda sebagai direktur bagian produksi bahan "Kami mungkin bisa langsung menjadikanmu sebagai asisten C.E.O kita. Sayang saja beliau sedang tidak di tempat, jadi kami hanya berani menempatkanmu sebagai manajer personalia." sambungnya lagi.

"Hmm.. baiklah jika begitu." Pria itu berdiri dan membungkuk sebagai tanda hormat dan terima kasihnya kepada kedua direktur berbeda umur itu "Saya akan bekerja keras, mohon bantuannya."

Dua direktur itu pun ikut berdiri dan menjulurkan tangan. Si manajer baru itu pun langsung menyambutnya dengan senang "Semoga kau bisa menjadi salah satu kebanggaan perusahaan ini, selamat bekerja!" tukas yang lebih dua sambil sedikit menghentak kecil pagutan tangannya dengan 'orang baru 'mereka.

"Kau bisa bekerja mulai besok lusa.. ah! siapa tadi namamu?"

"Ah, namaku..

.

.

.

.. Kim Taehyung."

.

.

.

END? TBC?

Hola halo halo ha~

Tuttururu~ ini dia nih yang aku bilang Hoseok Daddy, Hoseok Daddy! Sebenernya gak Daddy banget sih karena di sini rencananya ga ada karakter anak kecilnya..

Rencana ya, ini rencananya doang

Kenapa ini pendek? Karena ini baru teasernya/healah pake teaser segala/ aku Cuma pengen kasih tahu para tokoh yang penting di sini dan! Penjelasan awal masalah! So, kalau kalian minat buat ku lanjutin.. cuz! Hadir terus dalam kolom review biar semangat juga aku nya buat nulis! Ya ya ya?