Pride and Prejudice

Terinspirasi dari cerita klasik yang telah mendunia

Pride and Prejudice karangan Jane Austin

Semoga cerita kali ini bisa mewakili

Bagaimana prasangka bisa menjadi tonggak lahirnya sebuah kebencian

Atau…

Perasaan baru yang tidak disangka sangka siapapun

.

~0~

.

.

.

"Pass!"

"Jackson!"

Seorang remaja yang merasa namanya dipanggil, refleks menoleh ke kiri. Kedua tangannya otomatis menangkap bola basket lalu mengoper lagi pada teman satu tim

"Jaebum!"

Lelaki disamping Jackson menoleh, kesigapannya berlatih satu tahun di klub basket tidak sia sia. Kerja sama tim mereka sudah bisa diandalkan, lihat saja bagaimana satu persatu anggota mengoper dengan baik tanpa bisa di cegah oleh lawan

"Mark!" Jaebum berteriak pada satu pria lagi yang berada tepat di depan garis 3 in one.

Dengan gesit Mark mengayunkan tubuh ke arah bola lalu tanpa membuang waktu—ia melempar ke arah ring basket

PRIT!

Wasit meniup peliut tanda pertandingan telah berakhir, "70 – 59! St Hana unggul dan akan maju ke perempatan final!"

Seakan ada ledakan yang terjadi di dalam lapangan, bunyi pekikan kebahagian menguar di udara. Para penggemar yang terdiri dari para siswi sekolah lain, pelatih St Hana dan tidak ketinggalan…

"Maju St Hana! Maju! Kalahkan seluruh pesaing!"

Cheerleader heboh St Hana membuat para penonton tertawa geli

Bagaimana tidak? Jika melihat sekumpulan pria rela mempermalukan diri demi mengenakan rok mini, well!

"Tapi team cheerleader kita itu menang tingkat nasional untuk seluruh sekolah loh!" bela ketua Cheerleader Lee Sungmin tiap ditanya kenapa ngga malu dan masih mau memimpin klub yang 'paling dihindari' oleh para siswa

"Ya jelas aja kita menang terus Sungminnnnnn! Lawan kita kan seluruh sekolah khusus pria yang ngga ada klub semacam ini!" sindir Cho Kyuhyun yang tidak lain tidak bukan adalah ketua klub basket

Ya, apa author satu ini belum memberitahu kalau Sekolah St Hana itu…

Sekolah khusus cowok!

.

.


.

.

"Bagus anak anak, berkat kalian kita bisa maju ke perempatan final" ucap Kyuhyun dengan bangga saat pertandingan usai

Lapangan pusat di tengah kota Seoul saat itu sudah hampir kosong, hanya tinggal para pemain basket, pelatih ditambah lagi…

Para Cheerleader

"Aishhh sudah kubilang! Kalau pom pom sampai hilang! Kalian harus ganti!" oke, teriakan Lee Sungmin sempat membuat Kyuhyun yang baru mau memulai pidato jadi kesal, ia melirik ke samping dimana para anak cheerleader cowok kelabakan diomeli Sungmin

"Biarkan saja mereka" sanggah Kyuhyun, malas ngomelin Sungmin lagi, nanti tuh anak ngambek ngga mau nyemangatin team basket. Gitu gitu, kehadiran cheerleader lumayan jadi hiburan untuk ditertawakan

"Nah anak anak, aku bangga sekali kalian bisa membawa harum nama sekolah kita hingga saat ini" ucap Kyuhyun

Seluruh anak basket bertepuk tangan secukupnya—maklum, kelelahan mereka

"Passingmu membaik Jackson, Jaebum! Jangan meninggalkan daerah teritorialmu kecuali terpaksa, karena bisa jadi lawan menyerang ring kita, dan oh ya! Mark, selamat menjadi pencetak terbaik di sekolah kita" Pujian Kyuhyun terakhir mendapat tepukan paling meriah yang membuat Mark tertunduk menyembunyikan senyum senangnya tapi tidak sampai 3 detik, tiba tiba Mark teringat sesuatu, "Ng… ketua, ngomong ngomong aku tidak melihatmu bermain, kau tadi kemana?"

Kyuhyun membeku

Semua pemain menatapnya ingin tahu.

"Aku… hmm… tadi…" Kyuhyun menggaruk kepalanya salah tingkah

"Dia pergi menemui pacarnya diluar lapangan tadi!" sela Sungmin yang sudah ada di sebelah Kyuhyun sambil memegang pom pomnya

Sungmin tersenyum sinis, "Dia bahkan tidak melihatmu mencetak angka terakhir Mark, ck ck ketua kalian ini memang playboy"

"Lee Sungmin!" Kyuhyun menggertakkan giginya, "Mau kugunting sampe hancur pom pom kesayanganmu!"

"Tidakkkkk!"

Sungmin langsung lari untuk menyelamatkan diri diikuti Kyuhyun yang segera mengejarnya.

Semua pemain menghela napas melihat sikap kekanakan sang ketua

"Bisa banget nghindarnya" Jackson memutar kedua bola mata

"Yah… mau gimana, begitulah Ketua" ucapan Jaebum mendapatkan anggukan setuju dari anggota lain, "Pacar dimana mana, tidak bisa setia pada satu orang… aishhhhh"

Mark hanya terdiam—dia memang jarang bicara banyak tapi mau tidak mau ia setuju dengan ucapan Jaebum. Kedua matanya sekali lagi menatap sosok Kyuhyun yang berhasil menangkap Sungmin namun tidak lama kemudian

Brakk

Sungmin berhasil menjatuhkan Kyuhyun hanya dengan satu tangan. Keadaan berbalik, Sungmin duduk di atas tubuh Kyuhyun sambil kedua tangan memegang leher sang ketua basket

"Kau masih berani mengancamku?" Sungmin melotot kejam sementara Kyuhyun hanya melempar pandangan memelas—nyaris kehabisan napas

"Ketua lupa ya, gitu gitu kan Sungmin jago taekwondo" desah Youngjae panjang diikuti tatapan kasihan dari anggota lain

.

.


.

.

"Hyung… kau tidak lapar apa?"

"Hmmm"

"Kita makan dulu yuk ke kantin, waktu istirahat sebentar lagi habis Hyung"

Jinyoung menutup kasar bukunya sambil melemparkan tatapan kesal ke arah samping, "Kalau kau mau makan, makan saja duluan. Kenapa harus menungguku?"

"Karena aku mau bersamamu, ayolah" bujuk remaja yang duduk di sebelah Jinyoung.

Jinyoung tidak punya pilihan lain, dengan berat ia melangkah keluar dari perpustakaan dan melenggang jalan lurus ke arah kantin

Seperti biasa, menjelang bel masuk, kantin malah semakin penuh dengan para siswa.

"Kenapa bisa ramai sekali?" ujar Yugyeom—sahabat Jinyoung yang tadi semangat mau makan malah jadi enggan melihat orang dikantin sebanyak ini

"Karena mereka menganggap mereka hebat jika bisa datang terlambat ke dalam kelas, ditambah lagi dengan sikap malas mereka. Jadi tidak heran kalau semua siswa malah berlomba lomba masuk paling terakhir" jelas Jinyoung sinis

Yugyeom yang polos hanya menerima begitu saja perkataan Jinyoung, "Untuk apa mereka bersikap begitu hyung?" tanyanya lagi sementara mereka berdua masuk ke dalam antrian

"Untuk terlihat seperti anak gaul" tambah Jinyoung dingin.

Tatapan Jinyoung menyapu kesekeliling ruang kantin, "Lihat Yugyeom, di ujung kanan sana—mereka anak yang suka cabut dari kelas dan malah kembali ke asrama duluan bukan?"

"Iya hyung!" seru Yugyeom

"Lalu yang duduk di tengah" jemari Jinyoung menunjuk sekumpulan murid yang asyik membaca majalah fashion, "Mereka bermimpi jadi ulzzang" Jinyoung tersenyum meremehkan, "Tidak ada satupun dari kedua kelompok ini yang memperdulikan pelajaran…" Ia terdiam sejenak, "Seperti kita…" tambah Jinyoung dengan kepedihan dalam suaranya

"Kalau disebelah sana Hyung?" Yugyeom menunjuk kelompok terakhir, kelompok yang tertawa paling keras, diikuti acara melempar kentang goreng kesana kemari yang membuat Jinyoung mengerang jengkel

"Mereka klub basket, klub yang merasa paling hebat, paling berkuasa karena diluar sana merekalah yang terkenal diantara para siswi"

Kali ini Jinyoung tidak memperhitungkan apapun. Ia tidak memperhitungkan kalau ada satu orang—satu anggota klub basket yang mendengar jelas setiap perkataan Jinyoung

Setiap kata yang satu persatu menyulut kemarahan anggota itu

.

.

"Kau lihat siapa Mark? Oh dia—Park Jinyoung" Jackson tertawa rendah

"Kau mengenalnya?" Mark menaikkan sebelah alisnya

"Siapa yang tidak mengenal dia" Jackson tersenyum penuh arti namun langsung berubah terkejut ketika tidak ada reaksi apa apa dari Mark, "Tunggu dulu! Jangan bilang kau tidak tahu Jinyoung?"

"Tidak" kata Mark tenang, "Haruskah aku mengetahui seluruh murid satu seko—"

"Bukan begitu Mark!" sela Jackson tidak sabaran, "Tapi masa kau tidak tahu juara umum di kelas 10?"

Air muka tenang Mark tidak berubah, "Pantas saja" ucapnya dalam

"Pantas kenapa?"

"Karena hanya orang jenius seperti dialah yang selalu menilai rendah orang lain" ujar Mark sengit

Seolah takdir berjalan tidak sesuai keinginan mereka berdua. Kali ini Jinyoung yang baru selesai mengantri, tercengang mendengar perkataan Mark.

"Hyung" Yugyeom pun mendengar perkataan Mark dan ia agak takut dengan reaksi Jinyoung

"Jaga bicaramu" gertak Jinyoung memberanikan diri maju ke meja dimana Mark, Jackson, Jaebum dan Youngjae berkumpul

Semua anak basket tersebut langsung terdiam begitu melihat sosok Jinyoung mendekat. Mereka saling mengenal karena masih satu kelas meski tidak ada satupun interaksi yang berarti

Dunia mereka terlalu berbeda, bisa dikatakan. Jinyoung dikelilingi dengan buku bukunya sementara Mark dan kawan kawan berbicara tidak pernah jauh dari basket

Mark menoleh—menatap bosan wajah Jinyoung yang merah padam—marah, "Kalau kau bisa jaga bicaramu" balasnya singkat

Kemarahan Mark terlihat dari caranya langsung berdiri dari kursi lalu pergi begitu saja keluar kantin

"Mark!" Jackson melirik agak jengkel pada Jinyoung sebelum mengejar sahabatnya

"Aishhh" Jaebum dan Youngjae pun bangkit berdiri tanpa melirik Jinyoung—mungkin tidak mau menambah masalah

"Hyunggggg, kurasa dia marah karena mendengar ucapanmu mengenai anak basket" ujar Yugyeom sambil menaruh nampan ke atas meja bekas Mark, selera makannya hilang seketika

"Tapi apa ucapanku salah? Siapa tahu dia marah karena aku membeberkan kebenaran di depan mukanya itu" Jinyoung bergeming pada pendiriannya.

Seolah kejadian tadi tidak terjadi, Jinyoung makan dengan tenang—menatap lurus pada menu kantin siang itu

Jinyoung memang terlihat tenang, namun tidak dengan sorot matanya yang perlahan lahan berubah risau

.

.

.

TBC

.

.

Percobaan menulis Markjin, hope u like it reader XD