Kim Sora proudly present
Project Song Drabbles
" LOVE SONG ABOUT YOU"
with Krisyeol as the main pairing and Kaihun occasionally
warning for mistypes and lot of cheesiness to come
.
.
DAY 1
Song : Thinking Out Loud – Ed Sheeran
Pair : Krisyeol, Kaihun
Warning : cheesiness
.
.
Thinking Out Loud
Suasana sejuk musim semi membuat taman terbesar di kawasan metropolitan Manhattan, yaitu Central Park dipenuhi oleh para warga New York. Mereka yang ingin menghabiskan waktu akhir minggu di bawah sinar matahari, setelah berbulan-bulan terkurung dalam badai salju yang menggigit.
Dan salah satunya adalah seorang lelaki tua berusia 70 tahunan yang duduk di sebuah bangku panjang yang terlindung oleh bayang pepohonan. Wajahnya tertengadah memandang rindangnya pohon yang melindunginya itu. Ia kemudian menolehkan wajahnya dan kemudian tepat berhadapan dengan batang pohon yang menaunginya.
Ia terkekeh geli dengan gigi palsunya saat melihat sebuah goresan familiar yang terpampang pada batang tersebut.
Wu Yifan
Love
Park Chanyeol
Dengan sebuah gambar hati yang tidak beraturan mengelilingi tulisan yang menua sejalan dengan bertambahnya usia sang pohon.
Yifan tidak bisa menahan dirinya untuk mengeluarkan dompet dari sakunya dan memandang sebuah foto menguning yang sudah lebih dari empat puluh tahun menghuni tempat itu.
Dalam foto tersebut tampak dua orang pemuda yang baru menjajaki usia dua puluhan mereka. Keduanya tampak menyunggingkan senyum lebar mereka dengan salah seorang pemuda menyandarkan kepalanya di bahu pemuda yang lainnya. Senyum lebar kedua pemuda yang secerah mentari juga turut memancing senyum lebar di wajah Yifan yang termakan oleh usia.
" Jangan tersenyum tanpa sebab seperti itu di tempat umum. Salah-salah orang bisa memandangmu sedang terkena gangguan jiwa," sebuah suara menyadarkan Yifan dari lamunannya.
Bukannya mereda, tetapi senyuman itu justru semakin melebar menyadari siapa yang baru saja menyindirnya. Si pria lainya dengan rambut yang kini seluruhnya nyaris berwarna putih itu berdiri tepat di belakang Yifan dengan kepala yang melongok ke arah foto yang berada di tangan Yifan. Yifan mengulurkan tangannya yang bebas pada si pendatang baru yang disambut dengan segera oleh pria itu.
" Halo, beloved kupikir kau akan selalu sibuk dengan cucu kesayanganmu itu dan meninggalkanku disini sendiri mengenang kenangan kita," balas Yifan dengan candaan tentu saja.
" Sudah ada Sehun dan Jongin yang menemani Jhonny. Apalah aku grandpa-nya yang renta dan tidak bisa menggendong bocah nakal itu kemana pun yang ia mau," balas Chanyeol, pemilik dari separuh hati Kris.
" Kau masih terlihat pretty amazing, di usia renta seperti ini. Jhonny seharusnya bangga memiliki Pa sepertimu," goda Kris balik.
" Well, you look pretty amazing your-self, honey."
" Oh, please. Ingat dengan umur kalian. Dua pria lansia berusia lebih dari tujuh puluh tahun dan kalian masih saling memanggil dengan nama cheesy seperti itu? Seriously?" keluh seorang pria dewasa berkulit seputih susu dengan seorang pria dewasa lainnya yang menggendong seorang anak kecil di pundaknya.
" Turunkan aku, Dad," seru si bocah kecil pada sang ayah yang menggendongnya di pundak. Dengan senang hati, pria tan itu menurunkan bocah yang mulai bertambah berat seiring dengan bertambahnya usia sang putra.
" Kalian berdua membawa pengaruh buruk pada, Jhonny, cucu kalian satu-satunya," omel si pria berkulit putih susu pada kedua pria lansia itu. Jhonny, cucu tunggal keduanya malah dengan riang melemparkan dirinya pada kedua kakeknya.
" Easy there, champ. Tulang-tulang kakekmu ini sudah tidak lagi muda," gerutu Chanyeol.
" Jangan terlalu banyak menggerutu seperti itu, sayang. Lihat kerutanmu bertambah," goda Kris.
" Dengarkan kata Ayah, Dad, hahaha," ejek Sehun pada sang daddy.
" Kau selalu saja kompak dengan ayahmu soal mengejekku. Jadi menantuku tersayang, bisakah kau membelaku saat suamimu dan ayahnya yang menyebalkan ini berkomplot?" tuding Chanyeol pada si pria tan bernama Jongin itu.
" Apapun, untuk Mama tersayang," gurau Jongin yang memanggil Chanyeol dengan sebutan Mama. Sebutan yang sangat membuatnya sebal.
" Good job, darling," seru Sehun dengan mengacungkan kedua jempolnya pada sang suami, Jongin.
" Baiklah silahkan masak makan malam kalian sendiri," sungut Chanyeol kesal. Ia kemudian mengajak Jhonny untuk kembali bermain, beranjak dari tempat penuh kenangan itu dengan Jongin mengekori keduanya.
" Jadi disini Ayah bertemu Dad untuk pertama kalinya dan kemudian melamar Dad lima tahun berikutnya?" tanya Sehun setelah Chanyeol, Jhonny dan Jongin meninggalkan mereka berdua di tempat itu.
" Yap, in this very place."
" Hei kalian, ayo kita berfoto!" seru Sehun yang membuat jantung Yifan tersentak untuk sesaat.
" Jangan berteriak please, jantung ini sudah tidak lagi muda." Sehun hanya tertawa terbahak menanggapi gerutuan sang ayah.
Chanyeol pun kembali mendudukkan dirinya di sisi Yifan dengan sang cucu memisahkan keduanya. Sedangkan Sehun dan Jongin berdiri pada masing-masing sisi pasangan lansia itu.
Foto selanjutnya yang mereka ambil hanya berisi Yifan dan Chanyeol seperti yang ada di dalam foto yang masing-masing dari keduanya simpan.
.
.
Song: Romantic Street - Girls Generation
Pair : Krisyeol
Warning: still cheesiness
.
. Romantic Street
Paris, kota dengan sejuta pesona romantis yang tiada habisnya. Setiap sudutnya seolah memancarkan romantisme yang tidak bisa ditandingi oleh gambaran kota cinta tersebut di dalam film manapun.
Surga cinta dan keromantisan yang tentunya dinikmati oleh setiap pasangan yang mendamba cerita cinta indah di bawah sinar temaram setiap sudut kota tersebut. Butiran salju yang menghiasi kota itu di musim ini tidak menyurutkan suasana romantis yang menggelora. Bahkan dengan kedatangan sang kapas putih, keromantisan itu seolah semakin berkobar.
Tidak terhitung jumlah pasangan yang bergandengan tangan untuk sekedar berbagi kehangatan di tengah dingin dan romantisnya Paris. Pemandangan sepasang kekasih yang berciuman di tengah guyuran salju pun bukan merupakan sebuah pemandangan yang langka.
Bahkan Chanyeol mendapati penonton konser jalanan yang duduk tepat di depannya mulai berbagi ciuman panas tanpa peduli dengan keadaan di sekitarnya. Beberapa dengan kebalnya menonton adegan making out tersebut, sedangkan Chanyeol merona malu dan memalingkan kepalanya seolah ia adalah salah satu pelaku PDA yang tengah menjadi tontonan itu.
Sedangkan Kris yang duduk di sisi Chanyeol menyeringai melihat Chanyeol memalingkan mukanya karena malu.
Oh tuhan, bertahun-tahun mereka bersama dan tak jarang memadu kasih seperti pemandangan di hadapannya, tetapi kekasihnya ini masih saja malu melihat adegan berciuman. Sungguh polosnya Chanyeol sepertinya tidak akan luntur meskipun Kris dengan senang hati mengajarkan hal-hal yang akan menodai kepolosannya.
Ah, ya Chanyeol akan selalu mengamuk, merajuk, dan apapun itu sebagai bentuk ketidaksukaannya ketika Kris melakukan adegan pamer kemesraan jika mereka sedang berada di tempat umum. Bahkan mengecup kening Chanyeol di depan kedua orang tua mereka berakhir dengan Kris dan kedua orang tua mereka harus membujuk Chanyeol agar tidak merajuk seperti seorang anak kecil berusia 5 tahun yang tidak dituruti permintaannya.
" Ayo, kita pergi," kata Kris mendadak. Ia beranjak dari duduknya dengan satu tangan yang menarik Chanyeol untuk melakukan hal yang sama dengannya.
" Tapi, Fan, perform-nya..."
" Lupakan soal itu jika kau sendiri tidak bisa melihatnya. Kita kembali lain kali," ucap Kris final.
Chanyeol pun menurutinya meskipun bibirnya mengerucut tanda ketidakrelaannya. Bukan tanpa alasan Kris setengah memaksa Chanyeol untuk pergi dari teras cafè tempat mereka duduk sebelumnya.
Kris menggumam sebal dengan suara rendah saat ia mendengar Chanyeol mencebikkan bibirnya sebal. Buat apa harus menonton orang berciuman saat dirinya sendiri tidak bisa mencium kekasihnya di depan publik seperti itu, kira-kira begitulah isi gerutuan lelaki jangkung itu.
Meskipun ia mengucapkannya dengan suara rendah tampaknya Chanyeol masih tetap bisa mendengar sedikit. Hingga ia terkekeh geli dibuatnya.
" Jangan merajuk kekasihku yang tampan," goda Chanyeol saat ia berhasil sedikit mendahului Kris.
Langkah kaki Kris terhenti tepat di bawah lampu jalanan, ia memandang Chanyeol dengan ketidakpercayaan tersirat di matanya.
" Aku sudah menyelamatkanmu dari hal memalukan seperti itu dan kau malah menggodaku? Wah, Park Chanyeol, kau sungguh daebak," seru Kris.
" Aiyaa, kemarilah kalau begitu."
Kris mendekat selangkah hingga tubuh keduanya saling berhadapan tanpa jarak. Dengan tinggi yang nyaris sama, Chanyeol pun meraih tengkuk Kris dan menyatukan bibir mereka dengan mudah.
Ciuman keduanya tidak berlangsung lama meskipun begitu wajah sumringah Kris menjadi tanda kekesalannya sebelumnya sudah sirna.
" Akan kulanjutkan, tapi not here."
" Okay, call," seru Kris penuh semangat.
Saat Chanyeol akan memisahkan tubuh mereka, Kris justru menariknya mendekat dan menyelubungkan coat oversized-nya pada tubuh Chanyeol yang sedikit lebih pendek darinya. Tawa lepas Chanyeol terdengar di antara teramnya malam.
" Kita seperti kura-kura dengan dua kepala dalam satu tubuh."
" Shh.. Jangan merusak suasana, Park Chanyeol."
.
.
Song: What makes you beautiful - One Direction
Pair : Krisyeol
Warning: always cheesiness
.
. What makes you beautiful
Dengan gugup Kris memencet tombol merah di sebuah rumah bergaya minimalis. Setelah sedikit menyentuh rambutnya yang di tata ke arah belakang, Kris kembali memasukkan tangannya ke dalam saku celana bahan yang ia kenakan. Di tangannya yang lain ia memegang sebuah buket bunga yang ditata sedemikian apiknya. Buah tangan basa-basi untuk penghuni rumah yang ia kunjungi itu.
Tak berlalu lama setelah ia memencet bel pertama, suara pintu yang dibuka menyapa pendengaran Kris. Ia mendongak dan bertatapan dengan seorang wanita paruh baya yang tampak ramah dengan garis-garis senyumnya.
" Eomonim, annyeonghaseyo," sapa Kris dengan senyum tampannya. Si wanita paruh baya itu membalasnya dengan sebuah senyum ramah dan membimbingnya untuk masuk. Kris mendudukkan dirinya di hadapan seseorang yang tengah membaca koran sorenya bersama dengan segelas kopi hitam yang masih mengepulkan asap.
" Yifan-ah, yeobo, kalian berdua mengobrollah. Aku akan memanggil Chanyeol. Dia seharusnya sudah selesai bersiap sedari tadi. Aku bersumpah anak itu lama-lama gila mematut dirinya di depan kaca selama itu," omel si wanita paruh baya. Suara tinggi nan ramah itu semakin melemah saat sang pemiliknya kembali pada pekerjaan yang sebelumnya ia tinggalkan.
.
Sedetik keheningan menyapa kedua pria yang saling duduk berhadapan, sebuah suara kembali terdengar samar-samar oleh telinga Kris. Ia duduk dengan sangat kaku di kursinya ketika menyadari pria paruh baya di hadapannya memandang Kris dengan tajam dari batas atas koran yang sedang ia baca.
" A-annyeonghaseyo, abeoji," sapa Kris dengan penuh kegugupan. Tatapan tajam kepala keluarga Park itu masih terasa di pucuk kepalanya meskipun Kris telah memutuskan adu pandang mereka.
" Siapa yang menyuruhmu untuk memanggilku dengan sebutan abeoji?" balas tuan Park tajam. Kris pun terlonjak mendengarnya, ia kaget melihat keketusan ayah dari kekasihnya itu.
" Err itu..." belum sempat Kris menyelesaikan kalimatnya, suara melengking milik sang nyonya rumah kembali menyapa pendengarannya.
" Park Yura! Jangan terus-terusan meledek adikmu! Cepat bantu aku menyiapkan makan malam!" seru nyonya Park dari arah ruangan di belakang ruangan tempat ia duduk dengan sangat tegang.
Tubuhnya yang tinggi seolah mengkeret mendengar kata-kata tajam tuan Park serta tatapan menilainya yang tak pernah meninggalkan sosok Kris.
" Dan kau, Park Chanyeol, cepatlah turun! Yifan sudah menjemputmu!" seru nyonya Park lagi, Kris lagi-lagi terlonjak mendengarnya. Ingin ia mengelus dadanya yang terbalut oleh setelan berwarna blue navy, tetapi sayangnya lagi-lagi pandangan tuan Park membuatnya bertahan diam di tempatnya.
Keringat dingin imajiner seakan turun membasahi pelipisnya bisa dibilang akibat pria paruh baya tersebut. Ia bahkan tidak sadar bahwa Chanyeol sudah menghampirinya, baru saat suara ketukan sepatu pantofel terdengar ia kembali mendongakkan kepalanya.
Dan, uh-oh astaga... Kris tercengang di tempat duduknya melihat betapa manisnya kekasihnya itu meskipun tubuhnya terbalut oleh setelan hitam yang sangat pas di tubuhnya. Salahkan tatanan rambut pria berwajah cute itu karena membuat wajahnya yang manis semakin terlihat menggemaskan.
Rambut honey blond-nya ditata dengan apik dan rapi jatuh menutupi dahinya. Tidak ada gel atau produk rambut lainnya yang membuat kening seksi pemuda itu terlihat.
" Uh, oh. Apa kita akan berangkat sekarang?" tanya Chanyeol memecah fokus Kris.
" Ingat jam malam, Park Chanyeol! Dan kau anak muda, sebaiknya kau mengantarkan Chanyeol kembali dalam keadaan utuh tanpa kurang seujung rambut pun," ancam tuan Park dengan jari yang menuding masing-masing obyeknya. Dan entah kenapa Kris merasa bahwa tatapan ayah Park Chanyeol itu lebih tajam dari sebelumnya.
Chanyeol hanya mendengus membalas ancaman sang ayah tetapi tidak dengan Kris yang gugup dan menggumamkan jawaban ya, abeoji.
.
Kegugupan Kris masih terasa bahkan ketika mereka berdua sudah berada di dalam mobil yang akan membawa mereka ke lokasi diadakannya acara malam kelulusan mereka.
" Eummm... tolong jangan anggap serius ancaman ayahku. Dia memang kadang sedikit kekanakan."
" Tidak masalah Chanyeol-ah. Meskipun sedikit menakutkan tapi aku paham perasaannya sebagai orang tua." Chanyeol hanya membalas perkataan Kris dengan sebuah anggukan paham. Kris lagi-lagi mencuri pandang ke arah Chanyeol meskipun kekasihnya itu tampak menghindari tatapannya dan mengalihkan pandangannya keluar jendela mobil.
Kris terus-terusan mencuri pandang ke arah Chanyeol sampai akhirnya Chanyeol membuka suaranya lagi.
" Tolong jangan memandangku seperti itu. Aku malu jika kau terus memandangku seperti itu."
Kris hanya terkekeh malu saat Chanyeol mendapatinya tengah mencuri pandang ke arah kekasihnya berulang kali.
Mereka berdua sampai di halaman parkir gedung tempat diadakannya malam kelulusan mereka dengan selamat. Meskipun Chanyeol sudah melarangnya tetapi Kris tetap nekat mencuri pandang ke arah Chanyeol meskipun hanya dari ujung matanya.
Heol, siapa yang bisa tahan melihat obyek fantasinya itu duduk dengan sangat cantiknya di sisinya. Yang jelas Kris tidak akan tahan untuk tidak memandang Chanyeol sedikit pun, meskipun pemuda manis itu sudah melarangnya.
Keduanya masuk ke dalam gedung dengan puluhan tatapan memandang keduanya dengan lekat. Chanyeol yang merasa tidak nyaman tampak mencoba mengkerutan dirinya di balik punggungnya.
" Krriiiiissss, mereka terus memandangku seperti ituuuu..." rajuk Chanyeol dengan suara manjanya.
" Kau ingin aku membuat mereka menghentikannya?" tanya Kris. Ia meraih tangan Chanyeol yang mengepal di atas meja mereka.
" Krissss, stop it. Kau sama saja dengan mereka. Entah kenapa mereka membuatku tidak nyaman dengan tatapan mereka," rengek Chanyeol. Kris terkekeh membalas rengekan menggemaskan itu.
" Kau tahu kenapa mereka menatapmu seperti itu?"
" Wae?"
" Mereka terintimidasi olehmu," kata Kris singkat. Chanyeol menelengkan kepalanya tidak mengerti dengan penjelasan Kris.
" Kau cantik. Sangat sangat sangat cantik, sampai-sampai aku takut mereka mencurimu dariku," aku Kris. Muka bulat Chanyeol memerah mendengar pengakuan tersebut.
" Tidak, aku tidak ada apa-apanya dibandingkan denganmu. You looks so damn amazing in suit, and hot," tambah Chanyeol dengan suara lirih di akhir kalimatnya. Kris menyeringai mendengar pujian tersebut.
" Why thank you, dearest. Tapi kita berbeda, jika aku terlihat bersinar dan hot, kau sendiri terlihat sungguh sangat bersinar dan sangat cantik," wajah manis Chanyeol pun langsung memerah mendengar pujian tersebut.
.
.
Song: Pretty Boy - M2M
Pair : Krisyeol
Warning: I love cheesiness
.
.
Pretty Boy
Kris berbaring dan menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih polos. Bayangan kejadian sore tadi membuatnya terjaga meskipun malam telah semakin larut.
" Faan-hyunggggg," suara rengekan yang sangat menggemaskan itu terputar kembali seolah si pemilik suara kembali memanggilnya dengan begitu menggemaskannya.
Telinga lebar dan wajahnya yang memerah sempurna saat ia mengecup bibir merah itu untuk yang pertama kali masih terekam denganjelas dalam ingatannya. Wajah tampan miliknya pun ia yakini berubah memerah saat ia sadar betapa kurang ajarnya alam bawah sadarnya mencuri ciuman dari sang kekasih yang sangat polos dan manis itu.
Semua yang ada di dalam diri Park Chanyeol akan sangat serasi jika disandingkan dengan kata manis dan cantik. Kris mengusakkan wajahnya gemas pada guling teman tidurnya membayangkan betapa manisnya sang kekasih.
Mulai dari tatapan matanya, senyumya yang cerah dan semanis gula. Dan kini ia telah berhasil membuktikan bahwa bibir tebal itu sama manisnya dengan semua yang ada di diri Chanyeol. Bahkan Manisnya bibir tebal itu masih meninggalkan rasa yang bisa Kris cecap setiap kali ia mengatupkan mulutnya.
Kekasih pertamanya itu memang sangatlah cantik.
Sayang sekali laki-laki manis selalu marah dan merajuk saat ia menyebutnya cantik. Tetapi suara merajuknya yang manja lagi-lagi membuat Kris mengerang keras. Ia ingin mendengar suara manja itu lagi, lagi, dan lagi.
Membayangkan betapa menyenangkannya jika ia bisa mendengar suara itu seumur hidupnya, membuat senyum merekah lebar dari ujung pipinya hingga ke ujung pipinya yang lain.
Semoga mereka bisa terus bersama dan menghabiskan waktu di masa tua bersama, begitu pikir Kris sebelum akhirnya ia lelah dengan fantasinya dan jatuh tertidur.
.
.
Song: All My Love is For You - Girls Generation
Pair : Krisyeol
Warning: viva la cheesiness
.
.
All my Love is For you
Chanyeol memandang landasan pacu yang makin lama telihat makin menjauh. Pesawat yang ia tumpangi membawanya makin lama makin menjauh dari daratan tempat ia dibesarkan dan menempuh masa sekolah hingga ia sampai pada titik dimana ia harus menempuh pendidikan lanjutannya di negeri orang. Ia kini semakin dekat dengan langit dan awan pun semakin mudah untuk di raih. Bukan sebuah hal yang mustahil untuk meraih awan dan menjelajahi langit di saat seluruh aspek kehidupan sudah dikuasai oleh teknologi.
Dan karena kemajuan teknologi itulah ia harus meninggalkan tempat ia dibesarkan dengan sangat berat hati. Mengingat wajah kedua orang tuanya dan Yura saat melepas kepergiannya barusan membuat setitik air mata jatuh dari pelupuk matanya. Orang tua mana yang bisa tahan melihat anak bungsu mereka, anak yang paling mereka manjakan pergi dari sisi mereka entah untuk berapa lama. Tiga tahun paling cepat.
Tapi dari semua kejadian yang ada di bandara, sosok pirang tinggi yang melepasnya dengan sebuah senyuman yang terlihat sangat dipaksakanlah yang membuat hatinya serasa dipelintir dengat sangat kuatnya.
Terdengar sangat durhaka sebagai seorang anak, tetapi sosok itulah yang satu-satunya sepenuhnya mendukung keputusannya setahun yang lalu untuk menyanggupi pihak sponsor untuk menempuh pendidikan di negara Uncle Sam.
.
" Appa, Eomma, noona, aku ingin menyampaikan sesuatu kepada kalian."
" Ada apa anakku? Kau terlihat sangat gelisah, ini seperti kau biasanya."
" Kau ingin menyampaikan apa, Park Porkie? Ingin menikahi kekasih tampanmu itu sebelum noona-mu ini menikah hah?"
" Aish, noona, aku serius. Aku ingin membicarakan sesuatu pada kalian."
" Bicaralah, Park Chanyeol. Dan kau, Park Yoora, harap tenang."
" Aish ayah ini."
" Bicaralah sayang. Apa yang mengganggu pikiranmu?"
" Sebelumnya aku ingin minta maaf karena sudah mengambil keputusan tanpa meminta pendapat kalian, tetapi hanya ini kesempatanku."
" Keputusan apa itu, sayang?"
" Begini, eomma, appa, noona. Setahun yang lalu, professor pembimbingku menawarkan kesempatan untuk bergabung dengan kelompok para mahasiswa yang mendapatkan sponsor pendidikan. Disanalah aku berkenalan dengan banyak sponsor yang sanggup untuk membiayai kelanjutan kuliahku."
" Tunggu, jangan bilang kau mendapatkan sponsor dan memutuskan untuk melanjutkan pendidikan?"
" Itu yang kumaksud, appa. Aku mendapatkan sponsor yang tertarik dengan penelitianku dan ia bisa membiayai pendidikan dan penelitianku di universitas yang kutuju."
" Dan kau tentu saja mengambil kesempatan itu dan mengikuti tes di universitas tujuanmu, benar begitu?"
" Iya, appa. Dan hari ini adalah pengunguman lulus tes universitas tersebut. Hasilnya aku diterima."
" Omo! Uri adeul! Itu berita yang sangat baik kalau begitu!"
" Appa mungkin bangga padamu nak, tetapi bisakah kau mengkonsultasikan semuanya kepada kami sebelumnya?"
" Aku takut kalian semua tidak akan menyetujui keputusanku."
" Apapun hasilnya kau harus tetap membicarakannya, adikku tersayang."
" Lalu dimana kau diterima, sayang?"
" Mungkin jika itu di Jepang kau masih bisa tinggal bersama bibimu yang ada di Tokyo."
" Betul sekali, eomma. Dan mungkin kita bisa mengunjungi eggyolk kita ini di sana sering-sering. Melihat betapa manjanya bungsu kita ini."
" Aish kalian berdua ini. Kita belum tahu dimana dia akan melanjutkan doktoralnya, dasar."
" Jadi, dimana kau akan bersekolah, uri adeul?"
" Hnggg itu..."
" Bicara yang jelas , Park Chanyeol."
" Harvard."
" Apa?"
" HARVARD."
" WHAT?!"
" MWOYA?!"
.
Setelah itu, keluarga Park pun mengalami perang dingin yang sangat hebat. Disatu sisi Chanyeol sangat tidak ingin berpisah dengan keluarganya, tetapi disisi lain ia sangat tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang tidak datang dua kali itu. Dan keluarga Park merasa sangat-sangat tidak rela dengan keputusan Chanyeol.
Meskipun di belakang Chanyeol mereka membanggakan prestasi bungsu mereka itu, tetapi jika sudah di dalam lindungan rumah minimalis mereka, perseteruan dan ketidak setujuan melayang setiap menitnya.
Alasan mereka adalah bagaimana pangeran kecil mereka yang sangat-sangat manja itu bisa bertahan di negeri orang. Bertahan tiga bulan di Jeju saja sudah beruntung, bagaimana dengan di negeri orang yang jaraknya ribuan kilometer dari Seoul dengan perbedaan waktu yang lebih dari sepuluh jam.
Akan jadi apa Chanyeol saat ia pulang nanti? Tengkorak berjalan?
Penugasan tiga bulan di Jeju saja sudah membuat Chanyeol berlari dengan lebay-nya ke arah keluarga Park saat mereka menjemputnya di Gimpo. Apalagi berpisah entah berapa tahun di tanah nan jauh di sana.
Beruntung ia memiliki seorang Wu Yifan yang mendukung keputusannya sepenuh hati, meskipun candaan akan jadi apa Chanyeol saat pulang ke Korea nantinya, menjadi favorit Yifan selama beberapa saat. Sampai akhirnya Chanyeol mengibarkan bendera perang pada Yifan yang dibalas dengan bendera kekalahan Yifan tak sampai sehari.
Bahkan Yifan sempat menampung pacar manjanya itu saat perang dingin mencapai puncaknya dan Chanyeol sudah sangat tidak tahan dengan itu. Selama perang dingin Yifan juga tak jarang menjadi korban dari keluarga Park. Padahal sebelumnya Yifan sudah sangat cocok dengan tuan Park yang memiliki profesi yang sama dengannya. Bahkan ibu Chanyeol pun sudah menganggap Yifan sebagai anak mantunya sendiri.
.
" Jadi, kau mendukung keputusan Chanyeol bersekolah di luar negeri?"
" Tentu saja, abeonim. Ini bisa jadi kesempatannya untuk belajar lebih banyak dan membuktikan dirinya sendiri."
" Jangan-jangan kau yang mengusulkan semua ini?"
" Apa maksud abeonim?"
" KAU! KAU MENGHASUT PUTRA KECILKU UNTUK BERSEKOLAH DI LUAR NEGERI!"
" Eomonim, aku tidak pernah melakukannya. Itu murni keinginan Chanyeol sendiri."
" KAU! Kau sudah mengetahuinya dari awal!"
" Tidak, abeonim. Aku baru saja tahu saat ia lulus tes penerimaannya. Aku yang menemaninya untuk membuka amplop penerimaannya."
" KAU BERBOHONG! KAU YANG MEMBUJUKNYA!"
" Aku tidak percaya ini!"
" PERGI!"
.
.
Oke itu memang dramatis, tetapi begitulah kejadiannya. Dua minggu penuh Yifan menampung Chanyeol dan Yifan yang juga diusir dari rumah Chanyeol.
Masalah tersebut selesai setelah besan mereka (read: keluarga Yifan) datang dan bersedia untuk menampung Chanyeol selama ia menempuh pendidikannya di Amerika. Yang itu artinya ada berani menjamin dan memanjakan putra bungsu mereka yang sangat sangat sangat manja, dan mereka bisa sedikit lega.
.
.
" Aku mencintaimu."
" Aku pun begitu. Jangan khawatir, kau harus belajar dengan serius di sana, supaya kau bisa segera kembali."
" Tentu saja. Kau juga harus sering-sering menengokku di sana."
" Akan ku usahakan. Berunding dengan baba bukanlah hal yang kusukai, tapi apapun untukmu."
" Aku akan berusaha untuk tidak tertarik pada pria bule di sana."
" Kau tidak akan bisa. Cincin ini pasti akan mengingatkanmu akan keberadaanku di sini."
" Um-um kuharap kau juga begitu."
" Tentu saja, siapa yang bisa menghapus kerutan anehmu saat kau tertawa dari ingatanku?"
" YA!"
" Pergilah, Park Chanyeol. Aku akan sangat menunggu hari kepulanganmu dan melanjutkan hubungan kita di atas hitam dan putih."
" Aku juga menanti saat itu."
" Manisnya tunanganku."
" Tunanganku yang tampan."
" Hmm."
.
.
Chanyeol tersenyum tipis memandang obyek berkilauan yang melingkar di jari manisnya. Benar, ia tidak perlu khawatir, karena ia yakin cinta mereka akan membuatnya lebih kuat.
Cincin pertunangannya juga akan selalu mengingatkan dirinya akan cinta dan komitmen kekasihnya untuk menunggunya kembali.
.
.
- DAY 1 END -
Pojok Kim:
Loha.. Kim datang lagi~~ kali ini dengan project song drabble (ff pendek berdasarkan lagu random yang di play oleh Kim) jadi ini bener-bener random
Ada 35 fic pendek yang udah Kim selesaikan berdasarkan 35 lagu... dan setiap harinya Kim akan post 5 dari 35.. yang artinya akan berjalan selama 7 hari berturut-turut, mungkin.
Yah semuanya tergantung minat readers sekalian~~
Kalau udah bosen ya Kim berhenti hehe... jadi silahkan kirim pendapat kalian oke? ;-))
Minat kalian menentukan postingan Kim~~
So, until next day~~
Kim Sora
