FANFIC SUDAH DIPERBARUI

.

.

Mitsuki HimeChan

Present

The Twin Sapphire

Chapter 1

Pair . SasufemNaru . OC

Genre . Family . Romance

Disclaimer . Masashi Kishimoto

Summary . Ayaka dan Ayaki dua gadis kembar bermata sapphire yang berusaha untuk menyatukan kedua orang tuanya yang berpisah tapi rintangan yang dibuat penyihir gulali membuat mereka cukup kualahan. Berhasilkah mereka?

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"AYAKI!" teriak seorang wanita gendut, wanita itu kesal melihat seorang gadis berusia dua belas tahun yang berlarian dipasar dan tanpa sengaja menambraknya.

"Maaf bibi!" serunya dengan senyuman lebar. Dialah Namikaze Ayaki putri dari Namikaze Naruto. Dia gadis berisik dan juga selalu berbuat seenak jidatnya, rambutnya berwarna hitam pendek seperti laki-laki, warna kulitnya sedikit gelap tapi tidak hitam.

Ayaki memiliki saudara kembar bernama Ayaka. Walaupun mereka kembar identik tapi sifat mereka 180 derajat berbeda. Ayaka selalu terlihat tenang, gadis itu berambut panjang sepinggang, kedua sapphirenya selalu terlihat dingin begitu juga dengan ekspresinya.

Naruto sendiri merasa bahwa Ayaka sangat mirip dengan ayahnya, suka makan tomat, dingin, jarang bicara, senyum pun jarang sedangkan Ayaki mirip sepertinya dan tidak suka tomat.

Ayaka tampak biasa-biasa saja, dia berjalan dengan tenang memasuki gerbang sekolah dan Ayaki mengejarnya dari belakang. Ayaki sangat susah bangun pagi dan karena takut terlambat Ayaka lebih dulu pergi meninggalkan adiknya itu.

"Kakak tunggu!" teriak Ayaki histeris. Ayaka berhenti dan berbalik kebelakang.

"Lambat." ujarnya saat Ayaki berhenti didepannya.

"Kakak kenapa tidak membangunkan ku." Ayaki mulai bergerutu. Ayaka mendengus sebal lalu langsung masuk saja ke area sekolah tak peduli dengan pandangan benci yang orang-orang berikan padanya dan juga adiknya.

"Hei kalian masih sanggup sekolah?" ejek seorang remaja tanggung seusia mereka. Emosi Ayaki cepat tersulut dan hendak mengejar dan menghajar anak itu tapi tangan Ayaka lebih cepat menarik kerah leher adiknya.

"Jangan membuat masalah lagi." ujarnya dingin.

Ayaki berusaha melepaskan diri tapi kakaknya malah menyeretnya membuat dirinya tercekik..

"Akh! kak le-pas akh! kan." Ayaka tetap diam dan terus berjalan maju tapi langkahnya terhenti oleh seorang anak perempuan.

"Dasar anak tidak jelas ibu mu adalah wanita kotor pe-la-cur!"

Plak!

Tangan Ayaka melayang dengan indah dipipi anak itu.

"Kau boleh menghina ku tapi tidak dengan ibuku. Kau akan tahu akibatnya." ujar Ayaka mengancam.

Ayaka memang membenci ibunya karena ibunya selalu menyembunyikan jati diri ayahnya dan karena ibunyalah dia selalu di ejek anak haram tapi meskipun begitu dia tidak akan membiarkan siapapun menghina atau membuat ibunya menangis karena tanpa ibunya dia tidak ada di muka bumi ini bersama adiknya.

Begitu juga dengan Ayaki tapi Ayaki tidak membenci ibunya dia sayang mendengar ibunya mengatakan bahwa mereka anak sah dan punya ayah sudah cukup membuatnya percaya. Pemikirannya memang pendek dan mudah percaya, berbeda dengan Ayaka yang berpikir kritis.

Gadis itu tersenyum meremehkan tapi saat melihat pandangan menusuk dari sapphire milik Ayaka membuat nyalinya menciut. Ayaka bukan tandingannya karena mereka adalah si kembar yang cukup membuat hampir semua murid satu sekolah tutup mulut karena tidak berani menghina si kembar kecuali Yumi end the genk.

Karena mereka menyaksikan sendiri perkelahian si kembar melawan lima orang pencuri ditengah pasar.

Pulau Konoha adalah pulau kecil yang letaknya cukup jauh dari Jepang. Dan karena kecil itulah apapun informasi yang ada pasti akan cepat menyebar.

Sekolah yang mereka tempati saat ini memilik tiga gedung dari SD SMP dan SMA. Satu gedung memiliki tiga ruang kelas. Jadi untuk SD ada yang masuk pagi dan ada yang masuk siang. Satu ruangan di isi satu tingkat kelas.

Ayaka berhenti menarik kerah baju Ayaki dan beralih menarik lengan adiknya dan berjalan bersama, Ayaki menjulurkan lidahnya ke arah Yumi and the genk.

Wanita itu tidak boleh lemah. Itulah salah satu prinsip yang ibu mereka ajarkan dan mengapa mereka bisa tiga ilmu beladiri sekaligus itu karena ibunya menguasai ketiga jenis beladiri dan di ajarkan kepada mereka agar mereka bisa melindungi diri sendiri jika Naruto tidak ada disamping mereka.

Si kembar pun beruntung karena ibu mengajari mereka ilmu bela diri seperti Judo, Karate dan Wing Chun. Mereka lebih suka Wing Chun. Ibu mereka bilang kalau ibunya belajar Wing Chun saat masuk SMA.

"Oh ya kak bagaimana rencana kita itu?" tanya Ayaki menatap wajah kakaknya yang selalu dingin seperti es.

"Tentu saja akan kita lakukan mulai hari ini." jawab Ayaka.

"Bagaimana dengan ibu?"

"Kau tak perlu khawatir." Ayaki menganggukkan kepalanya mengerti.

...

Sementara itu di Tokyo, Sasuke hanya bisa menghela napas lelah melihat tumpukan berkas diatas meja kerjanya semakin hari semakin bertambah, akibat kemarin dia tidak datang hampir satu bulan karena ingin mencari sang istri yang melarikan diri akibat ulahnya sendiri. Tak lama pintu ruang kerjanya diketuk dan dia mempersilahkan orang tersebut untuk masuk.

"Maafkan aku Sasuke-sama. Aku gagal lagi menemukan Naruto-sama." ujarnya menyesal.

"Sudahlah Kakashi ini sudah hampir dua belas tahun. Dia mungkin tidak akan mau lagi melihatku." ujar Sasuke pasrah. Pria berambut putih itu mengangguk patuh.

"Libur lah untuk seminggu kau pasti lelah."

"Iya tuan terima kasih. Anda juga kalau lelah beristirahatlah, jangan terlalu dipaksakan."

"Hn."

"Saya permisi." Kakashi membungkuk'kan badannya lalu keluar dari dalam ruangan dan secara bersamaan sosok wanita berambut merah masuk kedalam ruang kerja Sasuke.

"Hei mau makan siang?" ajaknya.

"Hn." Sasuke mengangguk pelan dan sepertinya dia memang harus melupakan istrinya dan mulai hidup baru, kesalahan yang pernah dia buat tidak akan bisa lagi di perbaiki.

Wanita itu tersenyum lalu menggandeng lengan Sasuke dengan manja.

"Ada apa dengan wajah mu yang kusut ini, apa Naruto tidak ditemukan lagi?" tanya wanita itu.

"Begitulah." Sasuke mengangguk pasrah.

Wanita itu menghela napas, "Aku tidak tahu harus berbuat apa saat ini, tapi satu hal yang harus kau tahu Sasuke..." wanita itu berhenti melangkahkan kakinya begitu juga dengan Sasuke sendiri.

"Kau egois dan begitu pula dengannya. Ego kalian tinggi, jika saja salah satu dari kalian mau mendengarkan dan juga memahami, aku yakin saat ini kalian pasti masih bersama. Kau terlalu bodoh karena percaya akan diagnosa Sakura tentang Naruto yang tidak bisa memiliki keturunan." wanita itu melepaskan gandengan tangannya untuk bisa melihat kedua onyx milik Sasuke.

"Aku sebagai sahabat baik mu dan juga sepupu Naruto hanya bisa bilang. Jika dewa sudah mentakdirkan kalian untuk bersama maka kalian akan bersama, meskipun saat ini kalian sedang berpisah tapi nanti kalian pasti akan bersama, aku yakin itu." Onyx Sasuke menatap kedua mata ruby didepannya lalu tersenyum tipis. "Terima kasih Karin." ucapnya tulus. Wanita itu tersenyum lalu mereka kembali berjalan menuju kantin tanpa bergandengan tangan.

...

Naruto menatap kedua anaknya tidak percaya lalu memandangi surat ditangannya, kemudian kembali melihat kedua anak gadisnya yang tampak biasa-biasa saja dengan raut wajah tanpa dosa. Naruto menghela napasnya.

"Kalian dikeluarkan?" kedua anak gadisnya mengangguk bersamaan.

"Kenapa?"

"Yumi sering mengejek ku anak haram bu, jadi aku menghajar mereka lalu mereka mengadu, kan itu salah mereka duluan." ujar Ayaki layaknya anak kecil.

"Ibu sudah bilang, ilmu bela diri yang ibu ajarkan itu untuk menolong orang dan menjaga diri bukan untuk berkelahi! Kalian anak sah dan punya ayah." ujar Naruto kesal sambil memijit pelipisnya pelan.

"Mereka menyebalkan mu! Mereka selalu mengejek ku bahkan menghina ibu, kami tidak rela ibu di hina." ujar Ayaki bersungut-sungut.

"Kalian–"

"Siapa ayah kami? Siapa namanya? Seperti apa wajahnya? Dia dimana? Apa dia masih hidup atau sudah mati? Kalau hidup kami ingin tahu dimana keberadaannya kalau sudah mati, kami ingin tahu dimana makamnya. Kalau memang dia tidak mau melihat ibu, aku dan Ayaki maka aku tidak akan menemui ayah dan menganggu kehidupannya." ujar Ayaka cepat memotong perkataan Naruto.

Naruto terdiam dengan pandangan tidak percaya, mendengar apa yang Ayaka katakan membuat jantungnya berkerja lebih cepat bahkan keringat dingin mulai membasahi tubuhnya.

"Kami di hina anak haram karena ibu. Dan kami tidak suka dihina atau direndahkan. Kami berdua akan selalu melawan jika di hina. Kalau saja ibu memberi tahu siapa ayah ku mungkin itu lebih baik atau paling tidak ibu katakan saja kalau ayah ku sudah mati, jadi aku tidak perlu merasa hina karena tidak ada ayah karena ayah ku sudah mati tapi mendengar kata-kata ibu yang mengatakan kalau aku dan Ayaki punya ayah yang sah dan ada, membuat kami terus berharap bahwa ayah memang ada dan membuat orang semakin senang menghina kami." Ayaki meraih salah satu tangan Ayaka dan meremasnya pelan. Ayaki menatap ibunya sendu, dia sangat takut kalau ibunya akan sedih dengan perkataan kakaknya. Ayaki tidak mau melihat ibunya menangis.

"Atau kami memang anak haram hasil hubungan gelap mu." ujar Ayaka sarkastik membuat Ayaki memandangi wajahnya tak percaya.

Jleb!

Hati Naruto terasa tertusuk ribuan duri mendengar perkataan Ayaka tapi hal itu sudah biasa dia dengar dari mulut orang lain tapi kali ini bukan mulut orang lain yang berkata tapi Ayaka, putrinya sendiri.

"Ibu akan mendaptarkan kalian kesekolah ke pulau Uzu." ujar Naruto mengalihkan pembicaraan mereka dengan cepat lalu berdiri dari duduknya.

"Kenapa kau tidak suka dengan apa yang aku katakan? Baiklah. Aku ingin sekolah di Tokyo. Aku dan Ayaki tidak akan mau sekolah kalau tidak disana." ujar Ayaka. Ayaki menatap ibu dan kakaknya bergantian. Naruto mengepal kedua tangannya lalu pergi meninggalkan kamar si kembar.

Sepeninggalan Naruto, Ayaki menangis membuat kakaknya bingung. "Hey kenapa kau menangis Ayaki?" tanya Ayaka bingung.

"Kakak jangan seperti itu sama ibu, ibu kan sudah susah payah membesarkan kita. Kata-kata kakak seperti di film-film bodoh itu, kata-kata kakak tadi adalah kata yang dapat melukai hati seorang ibu, kakak benar-benar kejam." jawab Ayaki disela tangisnya. Ayaka terdiam lalu mengelus kepala adiknya. "Berhentilah menonton sinetron Ayaki." desis Ayaka tak suka.

Ayaka tadi hanya sedikit emosi melihat ibunya yang selalu menyembunyikan identitas ayahnya, Ayaka akui bahwa dirinya memang tidak dapat mengendalikan cara bicaranya yang memang sedikit tajam maka dari itu di sering diam. Dan lagi Ayaka pandai menyembunyikan emosinya tapi tidak dengan kata-katanya. Ya tepikal Uchiha sekali berbeda dengan adiknya yang berotak polos.

Naruto duduk diam diteras rumah memandangi langit malam tanpa bintang, dia hanya duduk ditemani cahaya lilin yang tak jauh dari tempat dia duduk.

Naruto menghembuskan napasnya secara perlahan lalu duduk dengan memeluk kedua lututnya karena angin yang berhembus, terasa dingin menusuk tulang. "Apa yang harus aku lakukan?" gumam Naruto pelan dengan pandangan kosong. Selama dia tinggal di Konoha, memang banyak sekali gunjingan yang dia terima dari sana-sini, Naruto pernah bilang kalau dia bercerai dari suaminya tapi mereka tidak percaya sama sekali dan sekarang kedua anaknya menjadi korbannya.

"Haruskah aku kembali ke Tokyo?" gumamnya lagi.

Sreekk...

Pintu geser disebelah Naruto terbuka dan sosok gadis berambut pendek layaknya laki-laki keluar lalu duduk disampingnya.

"Ibu. Ku harap ibu melupakan apa yang kakak Ayaka katakan." ujar Ayaki menyesal.

Naruto tersenyum lalu mengelus rambut putrinya.

"Tidak apa. Dia memang seperti ayahnya." ujar Naruto lembut membuat Ayaki menoleh cepat kearahnya sedangkan Ayaka yang duduk dibelakang dinding tepat dibelakang tubuh Naruto ikut mencuri dengar.

"Benarkah? Seperti apa ayah bu?"

"Sifatnya sama seperti kakak mu. Dingin, suka makan tomat, tidak banyak bicara dan kosa kata 'Hn.' adalah kesukannya, suka berkata tajam terkadang, tapi dibalik semua sifatnya itu, dia adalah pria yang penyayang meski berego tinggi."

Ayaka menyentuh dadanya tepat di area jantung.

"Benarkah kalau aku mirip siapa?"

"Mirip ibu. Polos, hiperaktif, suka ramen, tomboy dan karena polosnya ibu mempercayai seseorang dengan mudahnya, orang yang hanya memanfaatkan ibu karena ketidakberdayaan ibu. Mereka memanfaatkan kepolosan ibu, Ayaki. Dan Ibu harap kau tidak polos seperti ibu apalagi Ayaka selalu menjaga mu."

Ayaki menatap kedua sapphire milik ibunya lama lalu mengangguk mengerti. Sedangkan Ayaka yang berada didalam hanya duduk diam dengan pandangan kosong.

"Kalau kau dan Ayaka memang ingin sekolah di Tokyo. Baiklah besok kita ke Tokyo."

"Benarkah bu?" tanya Ayaki setengah tidak percaya dengan apa yang baru saja ibunya katakan.

"Iya sayang karena ibu merasa pergaulan kalian memang seharusnya di kota bukan di pulau terpencil." Naruto tersenyum sambil mencubit pipi Ayaki lembut.

"Ibu."

"Iya?"

"Apa aku boleh tahu nama ayah ku please hanya nama saja bu, aku mohon."

"Untuk apa?"

"Kalau aku tahu namanya aku ingin melihat wajahnya."

"Nanti saja kalau ibu siap mengatakannya."

"Haaa~ Baiklah bu." Ayaki menghela napas lalu menyenderkan tubuhnya ke tubuh Naruto dan Naruto dengan senang hati memeluk tubuh mungil putrinya.

...

Setelah beres-beres rumah dan mencuci semua pakaian kotor lalu menunggunya hingga kering Ayaka dan Ayaki dengan semangat menyetrika dan melipat semua pakaian lalu Naruto menyusunnya kedalam koper dan setelah semuanya selesai mereka pergi menuju pelabuhan kecil dan untungnya ada kapal yang akan keluar pulau.

Ayaka dan Ayaki sudah siap dengan ranselnya sedangkan Naruto membawa dua koper dan ransel yang dijinjing berisi makanan untuk perjalanan mereka. Setelah ketiganya naik keatas kapal, kapal pun berangkat membawa lima puluh orang penumpang.

Ayaki tampak senang melihat kapal yang berlayar lalu apalagi setelah kapal mulai menjauh dari bibir pantai, mereka bisa melihat belasan lumba-lumba yang melompat keluar dari dalam air, Ayaka yang jarang memperlihatkan ekspresinya pun terlihat tersenyum karena tiba-tiba ada lumba-lumba yang melompat didepan matanya.

Semua penumpang tampak terhibur melihat banyaknya lumba-lumba lalu burung-burung yang terbang diatas mereka.

Naruto tersenyum melihat kedua anak gadisnya senang lalu Naruto menghela napas karena sebentar lagi mungkin dia akan bertemu dengan Sasuke, ayah dari Ayaka dan Ayaki.

"Tadaima." gumam Naruto lalu menutup kedua kelopak matanya untuk sejenak.

Bersambung~

Oke chapter 1 sudah aku perbarui, ku harap kalian suka.

Maaf yang versi kemarin kacau balau, hal tersebut dikarenakan aku dipaksa ibu ku untuk menemani tamu-tamu kakak sepupuku dan fanfic yang sedang aku kerjakan langsung aku simpan dan ku post asal karena ku pikir sudah selesai. Maafkanlah.

Dan karena ibuku dan ayah ku juga aku harus duduk didepan mereka semua hampir satu jam, aku cuma bisa dia karena tidak tahu harus berbicara apa karena jujur aku tidak pandai berbicara didepan orang banyak dan ya sudahlah abaikan saya.

Terima kasih yang sudah baca dan reviews #Membungkuk 90°