MOONLIGHT (Gekkou)

Cast: Aomine Daiki, Kise Ryouta, Akashi Seijuurou, Midorima Shintarou, Murasakibara Atsushi, Kuroko Tetsuya

Genre: Drama, Romance, Family, Fantasy, Crime

Pair: AoKise

Disclaimer: Fujimaki Tadatoshi

ENJOY~~~~~

Bercak darah menjadi motif yang menghiasi pakaian seorang pemuda berkulit tan dengan surai navybluenya dan pemuda itu terlihat berumur sekitar 20 tahun, ia baru saja menghabisi 'target'nya. Dia bekerja sebagai pembunuh bayaran selama 15 tahun yang lalu. Dengan kepandaian, kecepatan, dan kelincahannya itulah yang membuat dia menjadi pembunuh bayaran yang begitu ahli juga profesional. Tetapi selama beberapa bulan terakhir, ia merasa ia bosan dengan 'profesi'nya yang sekarang. Ia muak dengan darah juga jeritan targetnya. Ia tak ingin menjadi pembunuh lagi, namun ia tak dapat berhenti karena beberapa alasan.

"Aku sudah membunuhnya." Pemilik suara bass itu berbicara dengan seseorang didalam telponnya. Pemuda ini bernama Aomine Daiki, ia dibesarkan oleh seorang pembunuh bayaran yang bernama Nijimura Shuuzou. Aomine telah menjadi pembunuh bayaran sejak usianya 5 tahun. Dunianya hanya penuh dengan genangan darah dan jeritan, ia tak pernah merasakan apa itu kehangatan dari kasih sayang orang tua juga bagaimana rasanya mendapatkan teman yang ia tau hanyalah membunuh, membunuh, dan membunuh. Sampai ia mulai muak dan ingin berhenti. Ia telah banyak membunuh nyawa orang yang bersalah ditangannya. Aomine tak ingin melakukannya lagi. Ia ingin merasakan hidup normal tanpa darah juga jeritan. Andai saja ada cahaya yang dapat masuk kedalam dunianya yang gelap ini, pikir Aomine.

:Gekkou.

Praannggg. Teko kaca berisi anggur merah yang dipegang oleh pemuda berambut pirang terjatuh pada saat ia menuju ruangan kakaknya.

"Kise-chin? Kau memecahkan teko lagi?" Murasakibara Atsushi, anak ketiga dari raja Shiroku.

"Teko ini sangat mahal-nodayo." Midorima Shintarou, anak kedua dari raja Shiroki sekaligus kakak kedua dari Murasakibara.

"Sungguh tak berguna. Kerja seperti itu saja pun kau tak becus. Kau tak lebih dari sekedar anak pelacur. Kau paham bukan, Ryouta?" nada emperor itu terdengar begitu dingin. Ia menatap pemuda berambut pirang itu dengan tatapan jijik. Akashi Seijuurou, anak pertama dari raja Shiroki. Mereka bertiga sangatlah tak memandang pemuda berambut pirang itu, bagi mereka bertiga pemuda itu hanyalah anak dari seorang pelacur dan pantas menjadi pangeran bagi kerajaan ini. Namun ayah mereka begitu menyayangi pemuda berambut pirang tersebut, sehingga ia enggan membiarkannya.

"Kau baik-baik saja, Kise-kun?" Kuroko Tetsuya, anak keempat dari raja Shiroki, hanya dialah satu-satunya yang menganggap pemuda pirang itu sebagai keluarganya. Terkadang ia kasihan melihat pemuda pirang itu diperlakukan dengan sangat tak layak oleh ketiga kakaknya itu.

"Um, aku tak apa onii-sama." Ia tersenyum walaupun sesungguhnya ia begitu sakit dengan perkataan Akashi barusan. Kise Ryouta, putra bungsu dari raja Shiroki, seperti yang kakak pertamanya katakan, ia bukanlah anak yang lahir dari kandungan ratu atau wanita yang mempunyai status tinggi melainkan ia lahir dari kandungan seorang pelacur. Ya ibunya seorang pelacur, walaupun begitu Shiroki, ayah kandung Kise sangat mencintai Himawari dan Kise. Tetapi kakak-kakak Kise selain Kuroko sangatlah tak senang dengan kehadiran Kise. Mereka selalu menganggap Kise begitu rendah hanya karena lahir dari rahim seorang pelacur. Kise selalu dijadikan budak oleh mereka. Tetapi Kise tak dapat menolak, ia pun sadar akan posisinya itu walaupun itu menyakitinya. Ia selalu berpikir, apakah salah jika kau lahir dari rahim seorang pelacur? Bukankah kita sama-sama manusia? Tetapi mengapa aku begitu rendah dimata kalian?

Kise adalah pangeran, tetapi ia diperlakukan seperti budak oleh ketiga kakaknya. Bahkan saat ayahnya sedang tak berada di istana, Akashi tak memberinya makan dan menyuruhnya memakan makanan sisa yang ada ditong sampah. Kise terpaksa memakan makanan sisa dari tong sampah itu. Sewaktu-waktu Kise sangat ingin keluar dari penjara yang selalu menyiksanya dan menginjak harga dirinya itu. Ia tak peduli lagi jika ayahnya mencari dan mengkhawatirkannya, ia benar-benar ingin keluar dari sana secepatnya hingga waktu itu pun tiba.

Kise berjalan tanpa tujuan ditemani sinar purnama yang menerani jalannya hingga ia melihat sesosok yang tengah tergeletak diatas rumput dengan darah yang yang mengotori bajunya, sepertinya orang itu terluka, pikir Kise, lalu ia pun menghampiri orang itu dengan tujuan ingin menolongnya.

"Nee, bertahanlah!" Kise menepuk pelat pipi pemuda itu.

:Gekkou.

Nee zutto matte ita

Kono hi ga kuru koto

Yumemite ita

Aomine membuka matanya perlahan, ia merasakan perih diperutnya. Ia terkena panah karena ia sedikit lengah. Pada saat ia membuka mata ia melihat sosok pemuda yang begitu cerah, secerah sinar bulan purnama. Untuk pertama kalinya sseorang Aomine melihat cahaya didunianya yang kelam. Aomine selalu menunggu saat-saat ini, ia selalu menunggu akan datangnya cahaya kedalam kehidupannya yang kelam ini dan membawanya keluar dari sana.

Anata no te no

Atatakasa ni tsutsumarete

Hontou no kimochi

Tsutaeru hi wo

Aomine dapat merasakan kehangatan dari sentuhan tangan pemuda ini pada saat ia menyentuh pipinya. Akhirnya datang hari dimana Aomine dapat menemukan seseorang yang bisa menunjukkan betapa indahnya cahaya itu. Aku menyukai orang ini, pikirnya. Aomine jatuh cinta padanya.

"Nee, kau baik-baik saja?" Suara Kise menyadarkan Aomine dari lamunannya. Suara itu begitu hangat juga lembut ditelinga Aomine.

"A-aku...akh!" Ia meringis karena merasakan perih pada perutnya.

"Tunggu, jangan bergerak." Kise merobek pakaian dibagian lengannya lalu sobekkan tersebut ia gunakan untuk menutupi luka Aomine agar pendarahannya dapat berhenti.

Aomine bangkit dari posisinya yang berbaring menjadi duduk sambil memegangi perutnya. "Terima kasih." Lalu ia berdiri namun ia kehilangan keseimbangan.

"Jangan paksakan dirimu, lukamu juga lumayan parah." Kata Kise dengan begitu hangatnya. Lalu ia menopang tubuh Aomine agar ia tak terjatuh. "Aku akan mengantarmu, rumah mu dimana-ssu?" Sambung Kise sambil melihat Aomine.

"Tak usah. Aku tak mau merepotkan orang. Lagipula aku seorang pembunuh bayaran, kau tak takut denganku?" Jawab Aomine.

"Eh?! Kau pembunuh bayaran?" Kise terkejut dengan perkataan Aomine. "T-tapi kau sedang terluka! Aku harus menolongmu." Ia malah tersenyum dan ia tak menunjukkan rasa takut sedikitpun diraut wajahnya.

Orang ini aneh, pikir Aomine. "Terserah kau saja." Aomine menghadap kearah lain.

"Aku Kise Ryouta! Salam kenal, etto...?" Kise melihat kearah Aomine sambil menunjukkan ekspresi bertanya-tanya.

"Aomine...Daiki." Jawabnya singkat.

"Un! Aomine-cchi salam kenal!" Kise tersenyum hangat kearah Aomine, begitu hangat sampai Aomine merasakan wajahnya sedikit hangat karna tersipu.

:Gekkou.

Kise membuka pintu rumah berwarna putih dan dipadukkan dengan cream itu sembari memapah Aomine, lalu ia membawa masuk Aomine kedalam rumah yang tidaklah besar itu namun tak juga kecil. Ia mendudukkan Aomine diatas sofa secara perlahan, takut luka Aomine mengeluarkan darah lagi.

"Ada ember kecil dan handuk kecil?" Tanya Kise sambil menatap Aomine.

"Cari saja dibelakang." Jawab Aomine acuh sambil memegang luka diperutnya. Setelah mendengar jawaban dari Aomine, Kise langsung melangkahkan kakinya ke belakang. Sementara itu, Aomine memerhatikan pungung Kise sambil berpikir kenapa pemuda itu ingin menolongnya padahal ia tau bahwa dirinya seorang pembunuh, apa dia ingin meminta uang setelah menyelamatkan ku? Dikepala Aomine penuh dengan pertanyaan, apa sebaiknya ku tanyakan saja? Pikir Aomine lagi.

Kise kembali dengan membawa seember kecil air bersih dengan handuk, lalu ia meletakan ember tersebut diatas meja. Setelahnya ia membuka sobekkan bajunya yang mengikat luka Aomine untuk menghentikan pendarahan itu. Ia meletakan kain sobekkan itu lalu ia mengambil handuk kecil dan ia celupkan kedalam ember yang berisi air bersih itu, lalu ia memerasnya agar mendapatkan handuk yang lembab. Setelahnya ia membersihkan luka Aomine, Aomine meringis, lukanya terasa perih, ya tentu saja terasa perih. Dimana-mana luka jika terkena air akan terasa perih bukan? Dengan perlahan Kise membersihkan luka Aomine, ia seperti sudah biasa melakukan hal ini. Setelah selesai Kise meletakkan handuk kecil itu kedalam ember, suasana pun menjadi hening untuk beberapa saat.

"Kise bukan?" Akhirnya salah satu dari mereka memecah keheningan.

"Um." Kise hanya mengangguk sambil tersenyum ramah kearah Aomine.

"Kenapa kau menolongku?" Tanya Aomine seperti seorang polisi yang tengah mengintrogasi seorang pelaku kejahatan.

"Memangnya salah? Ibu ku bilang, jika kau melihat seseorang tengah kesulitan sebaiknya kau tolong. Tak peduli apa status dari orang yang kau tolong itu-ssu!" Jawab Kise dengan polos.

"Hm, kau yakin, kau sengaja menolongku lalu sebagai imbalan karena telah menolongku kau meminta sejumlah uang padaku?" Tanya Aomine masih tak percaya dengan niat baik Kise. Ayolah dia sering melihat orang seperti ini, menolong seseorang yang tengah kesulitan, lalu meminta imbalan karena telah menolongnya.

"Hah?! Untuk apa aku melakukan itu? Untung juga tidak-ssu!" Kise sedikit kesal saat Aomine menganggap dirinya seperti itu.

"Banyak manusia di dunia ini yang munafik, kau tau?" Timpal Aomine.

"Tapi aku bukan salah satu dari mereka-ssu! Jangan seenaknya menilai seseorang-ssu!" Kise tak terima, sangat tak terima jika ia dibilang munafik.

"Jadi tujuanmu apa?"

"Aku hanya ingin menolong! Kau ini kenapa sih? Apakah kau tak bisa bersyukur? Ataupun berterima kasih kepada seseorang yang telah menyelamatkanmu?" Kise semakin kesal, lalu ia meninggalkan Aomine kebelakang untuk menyuci handuk bekas membersihkan luka Aomine itu.

Kenapa dia marah? Pikir Aomine. Ia hanya bingung dengan perlakuan Kise terhadapnya, karena ia tak pernah mendaapatkan perlakuan seperti ini sebelumnya. Walaupun sedikit, timbul perasaan aneh dalam hati Aomine, mungkin kau bisa menyebut perasaan itu dengan kata senang. Dan juga ia merasa sedikit bersalah kepada Kise karena telah mengatakan hal seperti itu. Lalu ia beranjak dari sofa yang didudukinya dan ia segera melangkahkan kakinya menuju belakang untuk menyusul Kise dan meinta maaf atas perkataannya barusaan.

:Gekkou.

Kise tengah menyuci handuk di wastafel sambil bergumam, entah apa yang ia gumamkan, namun jika melihat ekspresinya saat ini dari pantulan bayangannya yang ada dicermin, mungkin ia masih kesal dengan apa yang dikatakan Aomine barusan.

"Dasar orang tak pandai berterima kasih! Bukannya berterima kasih tetapi malah menyamakan ku dengan orang munafik. Apa-apaan itu-ssu!" Ya, Kise masih kesal dengan Aomine.

"Oi." Suara bass itu memanggil Kise. Namun orang yang dipanggil tak menoleh, bahkan meresponpun tidak.

"Oi, Kise, aku...minta maaf."

"Huh? Untuk apa-ssu?" Jawab Kise ketus.

"Perkataanku barusan." Ia melihat punggung Kise sambil berharap Kise menoleh dan memafkannya.

Akhirnya orang dimintai maaf pun menoleh tetapi wajahnya terlihat seperti belum memaafkan Aomine. Lalu ia melipat kedua tangannya menyilang didepan dadanya. "Hm?" Ia hanya bergumam sambil melihat Aomine.

"Tsk, maaf karena aku menganggapmu sebagai orang munafik. Dan terima kasih karena telah menolongku." Kata Aomine sambil membuang tatapannya kearah lain dan menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal juga, tampak semburat merah tipis dipipinya.

Kise menghela nafas pelan lalu tersenyum kecil. "Baiklah Aomine-cchi, aku memaafkanmu dan jangan menilai orang dari luarnya saja, juga menyamakan mereka dengan orang lain." Kise sedikit memajukkan bibirnya tanda ia masih sedikit kesal cuma tak terlalu.

"Ya, maaf. Aku-" Aomine menggantungkkan kalimatnya.

"Hm?" Kise melihat Aomine dengan tatapan bingung karena ia merasa baru saja digantungkan oleh perkataan Aomine barusan.

"Aku baru pertama kali merasakan hal seperti itu, kau tau kan, aku ini seorang pembunuh jadi, mana mungkin ada orang yang mau menolong pembunuh seperti ku, hanya kau saja yang mau, Kise." Aomine tersenyum miris. Lalu Kise menghampiri Aomine dan memegang kedua pundaknya. Aomine pun menatap Kise dengan bingung. Lalu Kise melempar sebuah senyuman yang lembut, begitu lembut hingga membuat pipi Aomine terasa panas.

Taiyou yori mo

Odayaka ni kokoro terasu

Tsuki akari mitai

Sasayaka de yasashikute

Marude koi no you datta

"Aku tak peduli jika Aomine-cchi seorang pembunuh atau bukan, aku akan tetap menolongmu-ssu! Karena Aomine-cchi sedang dalam kesusahan dan perlu ditolong bukan?" Aomine terdiam, kenapa orang ini? Pikirnya. Jatung Aomine berdetak begitu cepat. Dan untuk pertama kalinya, seorang pembunuh bernama Aomine Daiki jatuh cinta kepada seseorang. Aomine jatuh cinta kepada pria bernama Kise Ryouta.

"Um." Jawab Aomine singkat karena ia merasa gugup.

"Hah, baiklah aku akan pergi sekarang-ssu!" Kise melepaskan pegangan tangannya dari pundak Aomine, lalu melangkah menuju pintu.

"T-tunggu, Kise!" Aomine menahannya.

"Hm? Ada apa, Aomine-cchi?" Kise berbalik menghadap Aomine yang menahan tanggannya.

"Mau...pergi kemana? Mau aku antar?" Tawarnya.

"Eh, tidak usah-ssu, hehe. Lagi pula, aku juga tak ada tujuan." Jawab Kise pelan dengan ekspresinya yang mendadak berubah menjadi sedikit sedih.

"Tidak ada tujuan? Maksudmu?" Tanya Aomine bingung.

"Ya, aku tidak ada tujuan karena, aku baru saja kabur dari-" Tiba-tiba Kise berhenti bicara.

"Hah? Kau kabur dari apa?"

Kise panik, ia hampir saja mengatakan bahwa ia kabur dari istana dan bisa-bisa identitasnya ketahuan bukan? "Etto...a-aku kabur dari...rumah majikkan ku! Hehe." Cengenges Kise.

"Majikan?" Ekspresi Aomine sedikit tak percaya dengan apa yang dikatakan Kise barusan.

"I-Iya! Sebenarnya aku seorang pembantu! Dan aku selalu disiksa majikkan ku, maka dari itu aku kabur dari sana." Jawab Kise sambil berusaha meyakinkan Aomine.

Sebenarnya Aomine masih sedikit tak percaya dengan alasan Kise barusan, tetapi jika dilihat dari kelakuan Kise saat membersihkan lukanya itu terlihat sangat telaten dan juga sudah seperti biasa. Mungkin benar apa yang dikatakan Kise kalau dia itu seorang pembantu, pikirnya.

"Kalau begitu, tinggal di rumah ku saja. Lagi pula masih ada kamar kosong satu disini. Dan kau bisa membantuku dengan mengerjakan pekerjaan rumah." Kata Aomine dengan santainya.

"He?! Benarkah? Aku boleh tinggal disini? Huaaa arigatou, Aomine-cchi!" Dengan spontan, Kise memluk Aomine karena senang dan ia lupa jika Aomine mempunyai luka diperutnya.

"I-Itte!" Aomine meringis sakit. "Lu-luka ku, bodoh!" Aomine mendorong Kise pelan.

Kise pun terkejut lalu melepaskan pelukkannya sambil cengengesan. Aomine masih meringis kesakitan karena lukanya tersentuh oleh Kise barusan, dan lagi luka itu belum terlalu kering wajar saja itu sakit dan perih.

:Gekkou.

Sudah dua minggu semenjak Kise tinggal di rumah Aomine dengan status mereka yang masih 'berteman' itu. Tetapi akhir-akhir ini Kise merasakan ada yang aneh dari dirinya. Jika Aomine memegang tangannya, ia merasa sangat gugup dan terkadang pipinya terasa panas. Ia tak mengerti jika Aomine menatapnya, ia akan langsung salah tingkah, sebenarnya apa yang terjadi pada dirinya, ia sama sekali tak mengerti, pikirnya. Dan akhir-akhir ini Kise merasa bahwa Aomine sering memerhatikannya, perhatian padanya, dan itu membuat Kise semakin gugup. Tetapi dilain hal, entah kenapa ia merasa senang dengan itu semua, karena tak pernah ada yang selalu memerhatikannya seperti Aomine sekarang. Kalaupun ada, mungkin itu ayahnya dan itu sangat jarang. Mendapatkan perhatian seperti itu dari kakak-kakaknya? Heh, itu hal yang mustahil, pikir Kise.

"Tadaima." Suara bass itu membuyarkan lamunan Kise. Dan tanpa ragu ia langsung menyambut kepulangan pemilik suara bass itu.

"Okaeri, Aomine-cchi!" Kise langsung menghampirinya sambil tersenyum senang.

"Kau sudah makan?" Tanya Aomine, namun yang ditanya hanya menggeleng.

"Aku menunggu Aomine-cchi." Timpal si pirang.

"Kise, sudah kubilang jangan menungguku, makan saja." Aomine menghela nafas lalu mengelus surai pirang Kise.

Kise dapat merasakan jika pipinya memanas lagi. "Habis, jika tak ada Aomine-cchi terasa sepi-ssu." Kise memajukkan bibirnya, lalu membuang tatapannya kearah lain. Sungguh, ia tak dapat melihat Aomine sekarang, jika ia melihatnya, ia yakin pipinya akan terasa semakin panas.

Lagi-lagi Aomine menghela nafas, namun dihelaan nafas sekarang, terdapat senyum simpul yang menghiasi wajahnya. "Baiklah, ayo kita makan sekarang." Kata Aomine sembari menarik pelan tanggan Kise membawanya berjalan ke dapur. Sementara orang yang ditarik hanya mengikuti dari belakang.

:Gekkou.

Ruang makan terdengar hening, tak ada satupun diantara mereka yang membuka suara sampai akhirnya Aomine membuka suaranya.

"Na, Kise."

"Um? Ada apa Aomine-cchi?" respon Kise.

"Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu."

"Sesuatu? Um, kalau begitu bicarakan saja." Ia tersenyum.

"Mungkin lebih baik kubicarakan setelah makan." Aomine melirik kearah lain.

"Baiklah-ssu."

:Gekkou.

"Jadi, Aomine-cchi mau berbicara tentang apa-ssu? Sepertinya penting." Tanya Kise.

Namun orang yang ditanya sama sekali tak merespon melainkan ia menggapai tangan Kise dan menggenggamnya. "Mungkin ini terdengar aneh bagimu, tapi Kise, aku pikir..aku menyukaimu." Aomine mengeratkan genggaman tangannya sambil menatap Kise. Namun, Kise hanya terdiam, ia tak tau harus menjawab apa, ia sedikit kaget dengan perkataan Aomine barusan. Ia kembali mencerna perkataan Aomine, mencintainya? Pikir Kise. Kise bingung, jantungnya berdetak dengan sangat keras, mungkin Aomine dapat mendengarnya, pikir Kise lagi. Ah, dia harus menjawab apa? Ia sangat bingung, ini baru pertama kalinya Kise mendapatkan pernyataan cinta dari seseorang.

Karena tak dapat reespon, Aomine melepaskan genggaman tangannya, lalu ia tertawa. "Hahaha, maaf, apa kau kaget? Tentu saja. Seorang pembunuh tiba-tiba menyatakan perasaannya pada seorang pria, tentu saja kau merasa jijik. Aku akan pergi ke kamar." Aomine beranjak dari sofa dengan penuh kekecewaan, namun belum sempat Aomine melangkahkan kakinya, ia merasa tangannya dipegang, seperti ditahan. Lalu ia menoleh kearah belakang sambil melihat Kise yang tengah menunduk, ia bingung.

Jijik? Tidak Kise sama sekali tak jijik mendengar pernyataan cinta dari seorang Aomine, ia hanya bingung, kenapa bisa? Ia juga bingung harus menjawab apa. Namun sejujurnya Kise sangat senang, sangat sangat senang hingga ia ingin menangis, ntah kenapa ia pun tak tau. Sampai akhirnya ia berpikir, kenapa akhir-akhir ini jika didekat Aomine ia selalu mjerasa gugup, dan kenapa pada saat Aomine mengelus rambutnya dengan lembut ia sangat suka dan bahkan ia menginginkannya lagi dan lagi. Ia pikir, ia memiliki perasaan yang sama dengan Aomine, ya dia menyukai Aomine, sangat menyukainya. Bahkan saat Aomine bercrita tentang teman wanitanya saja Kise merasa cemburu. Ya, kini ia yakin bahwa ia menyukai seorang Aomine Daiki.

"Kise, kau kena-" Aomine tak sempat melanjutkan kalimatnya karena ia kaget dengan ekspresi Kise.

Watashi wa zutto

Anata dake mitsumete ita

Anata wa mikazuki

Itsu no hi ka kowasareta

Kokoro mitasaremasu youni

Kise melihat Aomine sambil tersenyum dengan airmata yang mengalir dipipinya. "Aku juga menyukaimu, Aomine-cchi." Aomine langsung memeluk Kise dengan erat, sangat erat dengan senyuman kebahagian yang menghiasi wajahnya. Begitu juga dengan Kise, ia sangatlah bahagia, ia juga sangat bersyukur dapat bertemu dengan Aomine yang telah memberinya kasih sayang yang telah lama tak ia rasakan semenjak ibunya meninggal dua tahun lalu.

"Aku mencintaimu, Kise." Bisik Aomine sembari mengelus lembut surai pirang Kise.

"Aku juga, Aomine-cchi." Kise mengeratkan pelukkannya. Tak lama Aomine melepaskannya, lalu ia memegang kedua pipi Kise, lalu ia membawa Kise kedalam ciumannya, bukan ciuman penuh nafsu melainkan ciuman hangat yang dapat mengutarakan perasaan mereka. Kise memenjamkan mata, membiarkan dirinya hanyut dalam kasih sayang yang Aomine berikan padanya. Aomine telah menemukan cahaya dalam kehidupannya yang kelam itu. Ya, Kise adalah cahayanya, ia bersumpah akan selalu melindungi cahayanya dan tak akan pernah membiarkannya redup.

TBC~

Note: hae hae para readers oke kali ini author maso ini /gak/ lagi gak ngebuat ff maso. :'3 mau buat yang fluff dolo. Dan sebenarnya ini ff oneshoot cuma...karna mendadak dapat inspirasi baru jadi gagal dijadiin oneshoot wkwkwk. XD dan rencananya juga di ff ini mau buat rate m, tapi banyak kendala jadi owe gak janji ya kalo di nextchap bakal ada adegan ini itunya(?) maapin owe m(_ _)m dan juga ini songfic kedua owe, terinspirasi dari lagunya mb Shion yang lagunya ada di ansatsu kyoshitsu itu loh pas ngeflashback kehidupan Koro sensei :'3 baper owe. Oke karna bacotannya kepanjangan, jadi sekian dari owe. Wait for nextchap eaaa~ tapi kalo gak ada yang nunggu gak owe lanjutin wkwkwk /oi/ oke sekian. Salam maso '^')9