Sudut Berdebu

Standard Disclaimer Applied

Rate T


Improvement

Sudut berdebu, meja yang sedikit lapuk, rak yang berwarna putih tulang terlihat kentara diantara rak lain yang berwarna coklat kayu, beberapa buku tebal tersusun rapi, buku literatur khusus medis. Hanya nampak beberapa kursi saja di meja tersebut, sekitar 3 sampai 4, tak banyak yang mengunjungi sudut itu pada sore hari kecuali seorang perempuan berambut panjang berwarna merah yang terikat sembarangan. Petugas perpustakaan menyapanya dengan panggilan er ketika perempuan itu masuk, dia menoleh sejenak, tersenyum tipis kemudian berlalu menuju sudutan itu. Sebelum duduk biasanya dia mengambil sekitar satu sampai dua buku, hari ini dia membawa sebuah buku anatomi, beberapa detik kemudian dia menggeser satu kursi paling ujung dari sudut tersebut, membuka buku tersebut dan terhanyut sendiri, fokus pada setiap informasi yang terangkai dengan baik dan efektif pada setiap paragrafnya.

Ketika seorang pemuda serampangan dengan tanda aneh di wajah bagian kanan datang terburu er sedang sangat serius dengan bacaannya. Pemuda tersebut menggeser kasar sebuah kursi tepat di hadapan er, duduk di sana kemudian membaringkan kepalanya pada lengan kanan yang sengaja dijulurkan. Sepertinya pemuda tersebut memang tidak berniat membaca, melainkan mencari tempat tenang agar dia bisa tidur tanpa terganggu.

Sebuah dering kecil bernada sederhana membangunkan pemuda itu bersamaan dengan er yang menutup buku bacaannya kemudian mengembalikannya pada tempat asalnya. Tulisan 18.00 berwarna merah nampak ketika er meraih sakunya kemudian mematikan alarm di handphonenya. Er biasanya datang sekitar pukul 16.00 kemudian pergi sekitar pukul 18.00. Masih berdiri sembari menatap layar handhonenya, pemuda itu bangun, menegakkan tubuhnya, duduk dengan posisi yang seharusnya.

Tatapan pemuda itu masih lemah ketika er menolehkan wajahnya kearahnya.

"Apa tidurmu nyenyak?" er bersuara

Senyap kemudian, pemuda itu menunjuk dirinya sebagai respon, bermaksud bertanya apa mungkin er bertanya padanya.

"Tentu saja, kau bisa lihat disini hanya ada kau dan aku. Aku sedang membaca buku dan kau tidur" pemuda itu menguap kemudian merenggangkan tubuh seadanya.

"Cukup. Dering handphonemu mengganggu. Kalau aku boleh jujur" er sedikit terkejut dengan jawaban pemuda itu

"Ah, maaf" er membungkuk

"Tak apa." Pemuda itu mengibaskan sebelah tangannya untuk meyakinkan

"Tapi disini cukup nyaman, mungkin lain kali aku akan kembali ke sini." Suara pemuda itu serak

"Untuk tidur?" er bertanya namun bagi pemuda itu terdengar seperti sebuah sindiran

"Sepertinya iya. Siapa namamu?" pemuda itu menguap lagi

"Erza Scarlet."

"Aku Jellal. Jellal Fernandes." Pemuda itu berdiri kemudian menjulurkan tangannya ke hadapan er, er meraihnya kemudian menjabat tangan itu sebantar

"salam kenal" ujar mereka berbarengan

Sore hari sudutan itu biasanya hanya er yang mengunjungi, namun sepertinya beberapa hari kedepan pemuda bernama Jellal akan ada di sana. Untuk tidur meringkuk pada lengannya atau ikut tertarik pada buku medis seperti er kemudian membacanya. Siapa yang tahu.


Author Note

Semoga berkenan ketika post story baru dan belum meneruskan beberapa story lain.

^^ RnR guys