So Sorry
.
A Naruto Fanfiction
Disclaimers: Masashi Kishimoto
Story by Mystical Gold
Pairing:
(Sasuke Uchiha & Sakura Haruno)
Rated: T
Genre: Romance, Drama
Multi Chapter (sepertinya. Atau bisa juga jadi Three shot)
.
Lets To The Story!
Chapter 1
Sasuke Point Of View
Aku merindukannya. Sangat merindukannya. Kehangatannya, Keceriaannya, Perhatiannya, dan yang terpenting adalah wajah manisnya yang selalu menungguku keluar dari kelas saat istirahat dan pulang sekolah.
"Sasuke-kun!" Panggilnya dengan semangat sembari berlari menuju hadapanku. Ada sekotak bento di tangannya. Aku bisa menebak, pasti itu untukku! Dan yang paling aku takutkan adalah isi dari bento laknat tersebut!
Jahat memang aku menyebutnya sebagai bento laknat. Ya mau bagaimana lagi, memang rasanya aneh dan membuatku eneg!
Aku menengok padanya tanpa kata dengan pandangan 'Apa?'
"Aku membawanmu bento!" Firasat ku tadi benar. "Ayo kita makan bersama! Jadi, Istirahat ini kau tidak usah ke kantin! Dengan begitu uangmu bisa ditabung!" Katanya dengan semangat.
"Tidak mau." Seperti biasa, aku selalu menolaknya. Bodoh. Aku sebenarnya sangat ingin makan bento berdua dengannya. Tapi ego sialan ini rasanya mengekangku dengan cepat.
Raut wajahnya memancarkan kekecewaan seketika. "Kenapa, Sasuke-kun? Ini buatanku sendiri! Kujamin kau tidak akan sakit perut seperti waktu itu! Makanlah, Sasuke-kun!" Pintanya memelas.
"Bento buatanmu tidak enak. Aku tidak mau." Sekali lagi, aku ingin mengutuk ego bodohku ini. Aku berharap dikehidupan kedua nanti aku tidak di lahirkan sebagai seorang Uchiha yang memiliki ego setinggi langit.
Aku kasihan melihat emerald yang selalu memancarkan keceriaan itu meredup. Rambut bak bubblegum dikuncir duanya juga terlihat melemas. Senyuman manisnya berubah melengkung kebawah.
Ia tersenyum masam. "Tidak enak ya, Sasuke-kun? Yasudah, aku akan makan sendiri saja. Tapi aku janji akan terus berlatih membuat bento untukmu! Sekali lagi, maaf ya Sasuke-kun!"
Gadis berkulit seputih porselen itu berjalan pergi. Rasanya ingin kaki ini berlari dan menahannya. Tapi lagi lagi egoku tak mampu. Aku pun memutuskan untuk membuntutinya diam diam.
Ternyata setelah kuikuti, Gadis merah muda itu duduk di kursi halaman sekolah sendirian. Aku sendiri berada dibalik pohon. Ya, aku seperti seorang stalker saja!
Kupandang ia tanpa berkedip. Seolah tak ingin kehilangan sedetik pun dia. Gadis manis itu mulai membuka bento buatannya. Kemudian ia memakan bentonya perlahan. Setelah memakan sebuah onogiri, si gadis ceria ini memuntahkannya.
"Hueek...! Sasuke-kun benar. Bentoku memang tidak enak. Rasanya aneh." Kata Sakura. Gadis bermata emerald menyejukkan itu beranjak berdiri dari kursinya dan pergi meninggalkan bento yang masih terbuka tersebut.
Sepertinya aku sangat jahat. Aku menolak mentah mentah bento dari orang yang aku cintai. Karena merasa bersalah, akupun mencoba memakan bento milik si pinky.
Kugigit perlahan dan kutelan dengan susah payah satu buah sushi salmon. Rasanya sangat tidak enak! Percampuran antara rasa asin dan pahit. Tapi, dengan tekat ingin menebus rasa salahku, aku pun terpaksa harus menghabiskan sekotak bento laknat itu.
Dan akhirnya dengan perasaan lega aku sudah menghabiskan bento laknat itu.
"Sasuke-kun! Kenapa kau memakan bento itu? Rasanya kan tidak enak!" Tanpa kusadari gadis pinky itu sudah berada di belakangku. Aku sangat malu kepergok memakan bento yang sudah kutolak tadi. Rasanya seperti kepergok maling ayam saja.
"Kau ini bagaimana?! Makanan itu tidak boleh asal disisakan begitu saja! Baik lezat maupun tidak, Makanan itu juga berkah dari Kami-sama, jadi kita tidak boleh menyisakan atau meninggalkan begitu saja makanan itu!" Jawabku panjang lebar agar kelihatan lebih masuk akal.
Si manis ini kelihatan manggut manggut mengerti. Ini pertama kalinya aku berkata sepanjang itu. Tapi tiba tiba dia memelukku erat. Sangat erat.
Entah mengapa, aku merentangkan tanganku. Seperti tidak mau membalas pelukan gadis ini. Aku agak risih dengan sedikit semburat di pipiku. Sebenarnya aku sangat ingin membalas pelukanmu, tapi lagi lagi masalah egoku sendiri.
"Hey! Apa apaan kau ini? Lepaskan!" Kataku karena wajahku makin memerah. Ia malah mempererat pelukannya.
"Terimakasih, Sasuke-kun! Kau sudah mau bersusah payah memakan bentoku!" Kata si cantik ini. Oh.. tidak tahukah kau jika aku sangat senang mendengar kalimat terimakasihnya. Akhirnya kubiarkan dia memelukku sementara tanganku aku rentangkan (Yang sebenarnya ingin membalas pelukannya).
.
.
So Sorry
.
.
"Sasuke-kun! Tunggu!" Dengan samar kudengar suara gadis bermarga Haruno itu. Aku dengan cuek tetap berjalan. Gadis itu terus menyerukan namaku sambil terus berlari mengejarku.
Akhirnya ia dapat menyetarakan langkahnya dengan langkahku. Kini ia ada di sampingku.
"Huhh... Sasuke-kun! Tunggu! Kenapa langkahmu cepat sekali?" Bibirnya di majukan kedepan pertanda kesal. Lucu sekali! Rasanya ingin kucium bibir itu-eh? Kenapa dengan diriku?
Dengan 'cool'nya aku memasukkan tanganku ke saku celana. "Kenapa mengikutiku?" Tanyaku penuh selidik.
"Hehehe... aku ingin kerumahmu! Kau tahu bukan kalau kita libur dalam 3 hari kedepan? Nah, aku akan menginap di rumahmu!" Katanya. Hee? Menginap? Di rumahku? Dia ini gadis yang merepotkan! Pasti akan ada shopping, jalan jalan, dinner, salon, dan hal hal yang berbau perempuan nanti!
Aku mempercepat langkahku. Si gadis beraroma cherry ini berlari menyusulku yang berada jauh di depan.
"Akh!" Rintihnya. Ku balikkan badanku. Ternyata ia jatuh tersandung batu yang cukup besar. Dan lututnya berdarah dengan kaki yang terkilir.
Aku segera menghampirinya dengan rasa khawatir. "Hey, apa yang kau lakukan? Kenapa bisa jatuh? Kalau kakimu sakit bagaimana? Dasar bodoh!" Bentakku. Sepertinya yang bodoh disini adalah aku. Dia sedang sakit tapi kenapa aku membentaknya?
"Maaf, Sasuke-kun! Tenang saja, aku masih bisa berdiri-akh!" Rintihnya saat mencoba berdiri. Dengan perasaan bersalah, aku berjongkok membelakanginya.
Ia terlihat mengernyitkan alisnya tak mengerti. "Hn? Tunggu apa? Ayo naik! Kau tidak mungkin merangkak dari sini kerumahku kan? Cepat naik, sebelum aku berubah pikiran!" Kenapa ini? Kenapa aku membentaknya lagi? Tak bisakah aku bicara 'Ayo, aku akan menggendongmu. Kakimu sakit bukan? Nanti kuobati..'
Dengan ragu dan agak malu, ia naik ke punggungku. Kini aku menggendongnya. Aku mulai berjalan ke rumahku sambil menggendong dia.
.
So Sorry
.
Sakura Haruno. Ya, nama gadis manis itu Sakura Haruno. Ia berambut merah muda dan selalu di kuncir dua. Mata itu, mata emeraldnya sungguh membuatku sejuk. Gadis itu kadang menyebalkan dan Kekanakan. Tapi justru itulah yang membuatnya unik.
Aku mengenalnya 1 tahun yang lalu. Keluarga Haruno adalah sahabat ayah dan ibuku. Sakura memiliki kakak bernama Sasori yang tinggal di Amerika untuk kuliah. Aku paling kesal jika Sakura dan kakaknya itu bertemu! Mereka lebih pantas disebut sepasang kekasih daripada kakak beradik karena kemesraan mereka.
Sakura memang kekanakan, tapi dibalik itu dia sangat perhatian! Saking perhatiannya, sekarang aku tengah berada di supermarket menemani dia belanja! Dasar, padahal dia yang meginap dirumahku, tapi kenapa aku yang repot! Ibuku memang membuatku susah dengan keberadaan si pinky ini!
Selesai belanja, salju lebat turun melanda. Aku dan Sakura terjebak di antara reruntuhan air beku itu. Kami berteduh di sebuah halte. Disana hanya ada kami berdua karena cuaca sangat dingin.
Kulihat Sakura kedinginan karena ia hanya memakai kaos rajutan pink tipis berlengan panjang dengan rok jeans selutut. Aku memakaikan jaketku pada tubuh mungil Sakura.
Ia memandangku heran. Sedangkan aku seperti biasa, selalu membalas dengan pandangan 'apa?!'
"S-Sasuke-kun..?" Ucapnya pelan. "Hn?" Balasku.
"Pakailah jaketmu! Bukankah kau tidak tahan dingin? Aku tidak apa apa!" Katanya. Sok kuat sekali kau! Mana mungkin aku membiarkan kau kedinginan? Dan bagaimana ia tahu aku tidak tahan dingin? Pasti ibuku yang memberitahu!
Guna menahan gengsiku, akupun berkata dengan datar, "Siapa bilang? Aku memang tidak tahan dingin, tapi suhu sekarang ini tidak terlalu dingin bagiku."
Grep
A-apa? D-dia... dia memelukku? Oh, kenapa lagi?
"Aku akan berbagi kehangatan untukmu Sasuke-kun..." katanya. Seketika hatiku menjadi hangat mendengarnya dengan hati yang berdebar. Apakah ini yang namanya jatuh cinta? Perlahan tapi pasti, aku membalas pelukan Sakura.
Kami berpelukan di tengah lebatnya salju. Saling berbagi kehangatan diantara pelukan kami. Rasanya hawa dingin yang menusuk akibat lebatnya salju terganti dengan hangatnya mentari. Perlahan, kupejamkan mataku untuk menikmati momen indah ini. Kurasakan, saat ku buka mataku, pandanganku agak mengabur-
-Dan akhirnya akupun ambruk pingsan di pelukan Sakura.
.
.
. . Mystical Gold . .
.
.
Pagi harinya, saat aku membuka mata, kurasakan diriku sudah berada di kamarku sendiri. Seingatku kemarin aku sedang berpelukan dengan Sakura diantara lebatnya salju. Lalu kemudian aku pingsan dan-apa jangan jangan Sakura yang membopongku pulang? Oh tidak, mengapa bisa?
Kulihat Sakura yang membaringkan kepalanya disebelahku. Ia tertidur dengan posisi duduk di kursi dan kepala yang berada di kasurku. Aku mengusap rambutnya pelan. Sudah sejak lama aku ingin melakukan ini.
"Nggh.." lenguhnya pelan. Sepertinya ia tersadar akan usapanku di rambutnya. Sakura mengerjap matanya. Saat tahu aku susah sadar, Sakura langsung meletakkan telapak tangannya di keningku.
"Sasuke-kun, kau sudah sadar? Oh ya Tuhan, aku sudah sangat khawatir! Kau pingsan kemarin! Apalagi setelah aku membawamu pulang, suhu tubuhmu meningkat! Kau demam, Sasuke-kun! Tapi apakah sekarang kau merasa pusing? Apa kau masih sakit?" Tanyanya dengan nada yang terdengar khawatir. Perhatiannya padaku bahkan mengalahkan ibuku sendiri.
"Kau yang membopongku kemari?" Tanyaku penuh selidik.
"Ya, Sasuke-kun! Kau itu berat sekali!" Katanya.
"Sendirian?" Dia mengangguk. Oh, betapa kuatnya gadis ini! Kemudian aku memeluk Sakura penuh kehangatan. Pipi Sakura bersemu merah saat aku memeluknya. Hey, padahal kau juga sering memelukku, Sakura!
Aku melepas pelukanku dan menatapnya lekat lekat. Pipi yang bersemu merah dengan pandangan yang kosong.
"Sa-Sasuke-kun...? Kenapa kau tadi memelukku?" Tanyanya pelan. "Hn." Jawabku.
Dia mengerucutkan bibirnya kesal. "Huh, Sasuke-kun! Kenapa kau itu dingin dan menyebalkan hah? Selalu saja kata 'hn' yang kau ucap! Apa tidak ada kosakata lain dalam otakmu?!" Ucapnya kesal.
"Ada."
"Apa?" Tanyanya ketus.
Aku meletakkan kedua telapak tanganku pada pipinya. Debaran jantung Sakura sampai terdengar. "Seperti ini,"
Chuuuup~
Aku mencium bibir Sakura. Menuangkan semua perasaan terpendamku pada Sakura lewat ciuman berdurasi 20 detik itu.
"Sasuke-kun? Sakura-chan?" Terdengar suara ibu dari pintu. Saat kutengok lewat ekor mataku, ternyata itu benar ibu! Aku buru buru melepas ciumanku. Ibu hanya tersenyum jahil melihat adegan tadi.
Sakura yang wajahnya sudah seperti kepiting rebus pun malu. Sangat malu. Apalagi kepergok berciuman langsung denganku oleh ibu! "BIBI~" Teriak Sakura lalu berlari meninggalkan kamarku dan menarik ibu pergi.
.
So Sorry
.
"Ah... Sasuke-kun! Akhirnya kita sampai juga... ! Kakiku sudah pegal sekali! Untung saja aku kesini membawa 'pancing keberuntungan' ini!" Kata Sakura gembira sambil mengangkat tinggi tinggi pancingan berwarna pink miliknya.
Ya, keesokan harinya aku dan Sakura pergi memancing. Memancing? Di tengah musim salju ini? Hahaha... memang aneh. Tapi kenyataannya seperti itu.
Sakura memakai jaket yang sangat tebal dengan syal dan kupluk sebagai pelengkapnya. Oh, disaat seperti ini dia bertambah manis dan cantik saja!
Sedangkan aku? Bahkan aku memakai jaket dua lapis. Ya, memang aku tidak tahan dingin, tapi apakah tidak berlebihan memakai jaket dua lapis? Ini semua permintaan Sakura!
Aku mulai membolongi danau yang membeku itu untuk memancing. Aku membuat dua bolongan. Tentu saja untuk aku dan dia. Aku mulai mengeluarkan pancinganku.
Jarak antara lubang kami adalah 1 meter. Kami saling membelakangi.
Aku sudah merasakan rasa cinta terhadap gadis ini. Apa ini saat yang tepat untuk aku menyatakan cinta padanya?
Di sela sela aku memancing sambil menunggu ikan, Sakura berkata sesuatu, "Sasuke-kun! Sasuke-kun! sepertinya ada ikan disini! Tolong aku menarik pancinganku, Sasuke-kun!"
Aku berjalan kearahnya. Kulihat dia mulai menarik pancingannya. Dengan sigap, aku ikut menariknya. Posisi kami seperti aku memeluknya dari belakang. "Ugh... sepertinya ikan ini besar sekali, Sasuke-kun!"
"Hn." Ucapku datar. Dengan segenap tenaga, akhirnya aku dan Sakura mampu menariknya.
"HIAAAAH!" Teriak Sakura. Saking kuatnya tarikan kami, aku sampai terjerembab kebelakang sementara Sakura terjerembab tepat diatasku. Di atasku? Wah... momen yang sungguh langka!
Kurasakan ia terpaku sejenak dengan wajah memerah. Saat sadar, Sakura langsung buru buru bangkit dari atas tubuhku. "M-maaf, Sasuke-kun!"
Sakura menengok hasil tangkapan pancing yang ia sebut 'pancing keberuntungannya'. Aku tertawa saat melihat hasil tangkapan Sakura bukan ikan, melainkan sebuah sandal jepit berwarna biru. Yang parahnya, sandal jepit itu hanya sebelah.
Aku benar benar tertawa lepas. Sangat bukan Uchiha sekali! Aku harap ayah tidak mengutukku karena tingkahku yang keluar dari Undang Undang Uchiha. Sakura sendiri heran melihatku tertawa selepas itu.
"Hahahahaa...!"
"Waaah... Sasuke-kun tertawa! Aku baru pertama kali melihat kau tertawa selepas ini, Sasuke-kun! Huh... kalau saja kita lebih dulu dekat seperti ini... pasti tidak mungkin akhir bulan nanti aku pindah ke Amerika." Ucapnya disertai senyuman kecut. Aku menghentikan tawaku. Pindah? Amerika? Mengapa?
"Pindah ke Amerika?" Tanyaku penuh selidik. "Hu'um! Aku akan berkuliah disana! Kuharap nanti kau mengantarku ke bandara, Sasuke-kun. Aku ingin mengucapkan selamat tinggal langsung disana denganmu." Ucapnya riang.
Rasa sakit menjalar dihatiku. Kau.. kenapa pindah? Padahal ujian nasional tinggal menghitung hari. Kenapa rasanya aku tidak rela?
"Aku tidak mau mengantarmu." Ucapku tajam. Ia mengernyitkan alisnya. "Kenapa, Sasuke-kun? Tenang saja, kau tidak akan disuruh untuk mengangkati koperku!" Kata Sakura setengah bercanda.
"Memang kau siapa? Berani sekali menyuruhku mengantarmu." Ucapku datar. Kulihat raut cerianya berubah menjadi murung.
"S-Sasuke-kun? Tapi.. kau tidak.." Ucapnya pelan. Sakura, gadis ceria ini mampu membuatku jatuh hati dan kecewa dalam sekejap. Dengan perasaan muak, aku berkata,
"Tapi apa? Kau kira aku menyukaimu hn? Gadis bodoh sepertimu? Hanya karena aku memakan bento laknat sampahmu, menggendongmu, menemanimu belanja, dan mencium bibirmu, kau kira aku menyukaimu? Ternyata kau memang bodoh, ya? Kutegaskan padamu, AKU. SANGAT. MEMBENCI. DIRIMU!" Ucapku kasar penuh penekanan. Air mata mulai menggenangi mata Sakura. Maaf, Sakura, aku tidak bermaksud begitu.
Pandangannya kosong. Kemudian dia tertawa kecil. "Hm... hahaha.. begitu ya, Sasuke-kun? Aku tahu, aku memang bodoh. Hahaha... kukira... kukira kau menyukaiku.. ternyata aku salah... akhir pekan nanti kau tidak usah mengantarku. Kau cukup datang saja ke bandara sebelum jam keberangkatanku. Aku ingin melihat dirimu untuk yang terakhir kalinya.. Maaf ya, Sasuke-kun."
Apa kata kataku terlalu kasar? Aku melihat sebutir air menuruni pipi mulusnya. Tangan kiriku memegang bahunya sementara tangan kananku memegang pipinya. Kuhapus air matanya. Sakura terpaku menatap mataku.
Kemudian, kudekatkan wajahku padanya. Aku memiringkan wajahku lalu,
-Mencium bibir Sakura.
Ciuman yang sangat singkat namun mampu menghangatkan suhu di danau yang beku ini. Dengan bodoh, aku melepas ciumanku padanya dan kemudian lekas kukemasi alat alat pancingku.
Setelah itu,
-Aku pergi meninggalkannya yang masih terpaku.
.
.
So Sorry
.
.
Insiden yang sangat bodoh. Memang benar begitu. Setelah libur berakhir, aku tak pernah melihatnya mengunjungiku saat istirahat dan pulang sekolah. Dia tidak masuk sekolah? Kenapa? Apa karena kata kataku yang terlalu kasar padanya?
Begitu juga hari hari berikutnya. Ia tetap tidak masuk sekokah ataupun mengunjungi rumahku. Apa jangan jangan perpindahannya dipercepat? Tidak mungkin! Apa aku harus bertanya pada ibu? Tapi sangat memalukan bertanya begitu apa lagi ibu pernah memergoki aku dan Sakura berciuman!
Aku termenung sesaat. Tidak ada lagi warna dalam hidupku.
Disinilah aku sekarang. Di akhir bulan yang kubenci ini. Tokyo International airport. Bandara ini cukup ramai pagi ini. Aku sekarang tengah bersembunyi di sebuah kios ruko yang tutup. Untuk apa aku bersembunyi? Tentu saja supaya Sakura tidak tahu keberadaanku.
Maksudnya? Ya, sekarang aku sedang memperhatikan Sakura dari jarak jauh. Ia sedang menungguku. Bersama si setan merah.
Setan merah? Ya, tentu saja kakak nya yang bernama Sasori!
"Sakura-chan, apa yang sedang kau tunggu? Ayo lekas masuk! Sebentar lagi penerbangan menuju Amerika akan berlangsung." Kata Sasori. Tidak! Sakura, apa kau tau, aku ada disini! Aku ingin menghampirimu tapi lagi lagi... egoku terlalu tinggi...
"T-tapi, niisan, aku menunggu Sasuke-kun! Dia pasti datang! bolehkan aku menunggunya untuk beberapa menit lagi!" Ucap si manis berambut bak bunga Sakura. Bagus, Sakura!
Aku... sangat ingin menghampirimu... memelukmu, mengucapkan selamat tinggal padamu, dan juga mencium bibirmu- Hey! Apa apaan aku ini!
"Kenapa kau sangat yakin jika dia datang? Bukankah kemarin kau bercerita padaku jika dia telah meninggalkanmu? Bukankah dia telah mencampakkanmu?" Ucap si setan merah. Dasar setan! Aku ada disini! Tepat di kios belakang kalian!
"Tidak! Sasuke-kun pasti datang! Pasti! Dia pasti datang! Firasatku berkata begitu!" Ya Sakura! Firasat mu memang benar!
"Mengharapkan orang yang sudah mencampakkanmu itu sangatlah mustahil. Dia bilang 'dia sangat membencimu' bukan? Untuk apa mengharapkan sesuatu yang tidak penting seperti itu? Dia takkan datang, Sakura-chan. Percayalah padaku!" Kata Si Setan merah.
Bodoh! Jangan percaya Sakura! Tapi sepertinya Sakura mempercayainya! Sakura terlihat menundukkan kepala nya.
"Hah... sudahlah, kalau begitu, kita hitung sampai 5. Jika dia tidak datang juga, kita segera masuk ke pesawat!" Hey! Apa apaan si setan merah ini! Aku-
"Satu.." Bahkan aku sama sekali belum mempersiapkan mental-
"Dua.." hey! Cepat sekali kau menghitungnya! Aku-
"Tiga.." heh! Setan merah! Jangan menghasut Sakuraku! Kau-
"Empat.." Bahkan aku belum sama sekali bernafas sejak tadi! Jangan terlalu terburu-
"Lima.." bahkan aku belum sama sekali menggerakkan kakiku sesenti pun "Sakura, mungkin Sasuke Uchiha tidak datang. Dan TIDAK AKAN PERNAH datang. Ayo, kita masuk ke ruang penumpang."
Tidak Sakura! Jangan! A-aku... sepertinya kakiku telah di semen disini sehingga tidak dapat bergerak. Kulihat Sakura tersenyum! Pasti dia akan membatalkan penerbangannya!
"Kau benar, Sasori-nii. Sepertinya memang begitu. Hahaha... aku memang bodoh ya? Mengharapkan orang yang sama sekali tak melirikku. Bahkan dia membenciku.. Ya sudah, ayo kita masuk, Niisan." Ucap Sakura di sertai senyum kecut. Dengan samar aku melihat air mata telah membanjiri pelupuk mata Sakura. A-apa? Aku tidak melirikmu? Kau salah besar, Sakura!
H-hey! K-kalian benar benar pergi? Liriklah aku, Sakura! Sakura! Jangan pergi dulu!
Terlambat.
Sakura dan Sasori pergi ke ruang penumpang. Aku dengan secepat tenaga berlari. Ku ketuk ketuk kaca ruangan itu. Sakura dengarlah aku!
"Sakura!" Kudelik security di sebelah diriku. Ia tampak tak senang padaku. "Apa yang kau lakukan, bocah? Ini adalah bandara, tak semestinya kau berteriak begitu!" Apa? Bocah?
"Izinkan aku masuk!" Pintaku.
"Jika ingin masuk, belilah tiket terlebih dahulu!"
"Sebentar saja!" Pintaku lagi. Si security bodoh ini tak menghiraukan ucapanku. Saat ku arahkan pandanganku kedalam ruangan, Sakura dan Sasori mulai mengantri untuk masuk ke pesawat.
Dan akhirnya,
Mereka berdua masuk ke dalam pesawat.
Terlambat sudah.
"SAKURA!" Teriakku kencang. Orang orang disekelilingku mulai memperhatikanku. Aku tidak peduli! Oh, andai saja tadi aku keluar dari persembunyian bodohku dan menemui Sakura!
Andai saja...
Tak terasa, air mata telah menetes dari mataku. Aku menangis? Seorang Uchiha menangis? Hahaha... demi Sakura aku rela begini.
Aku memang bodoh.
.
.
So Sorry
.
.
A 6 Years later
6 Tahun berselang. Kini aku telah menjadi presdir perusahaan ayaku, Uchiha Corp. File-File bodoh selalu menumpuk di mejaku setiap hari. Penat selalu melanda diriku. Sekarang, aku akan ke cafe Shibeko untuk makan malam. Naruto bilang, pelayan pelayan di cafe ini selalu memakai rok mini. Memang, temanku yang satu ini agak mesum.
Aku kemari bersama Naruto Uzumaki dan Sai Shimura. Mereka berdua adalah sahabatku di masa kuliah. Saat ini kami akan makan di restoran Shibeko.
Aku melangkahkan kaki masuk. Seorang pelayan wanita berbusana maid menyambut kami. Yang mencolok adalah rok bawah pelayan itu yang sangat minim. Bayangkan saja, rok nya 30cm diatas lutut! Baju itu juga menampilkan leher jenjang dan bahunya yang putih! Dan baju sialan itu juga mengekspos perut ramping gadis itu.
"Selamat datang, para tuan! Disini kami menjual makanan makanan tradisional Jepang dan juga arak. Silahkan masuk!"
Deg
Gadis itu! Gadis yang mati matian berusaha aku lupakan! Dia... dia menjadi pelayan di restoran ini?! Dengan rok yang sangat minim! Ada apa denganmu? Kenapa kau lakukan ini,
-Sakura Haruno?
.
What This a Stupid Ending
.
To Be Continue...
.
A/N:
HolaaaHoleee... New Story by Mystical Gold!*tebar bunga! Di chapter 1 ini full Sasuke POV! Dan di Chapter 2 nanti gantian, Full Sakura POV! Aku akan buat adegan adegan romance (Insya Allah) di fict ini.. semoga feel nya dapet..! Ada apa ya dengan Sakura sehingga dia jadi pelayan di cafe itu? Hayoo... penasaran ga? (Readers: ga.) T_T ya sudah...Hohoho..
Salam degdegan, Mystical Gold
