Disclaimer : Matsuri Hino

Rating : T

Pairing : KaZe a.k.a Kuran Kaname & Kiryuu Zero

Warning : YAOI, Un-Beta, Typo, AU

Moshi-Moshi...Perkenalkan Mido disini, ini adalah cerita KaZe Pertamaku di fandom Vampire Knight mohon dukungan and Reviewnya yaaa minna?

Karena penuh typo dan tanda baca yg ga jelas maka saya memutuskan untuk mengeditnya... Semoga sekarang sudah bisa dibaca dgn lebih enak hehehe

.

.

Info penting :

Latar belakang cerita tentang dua negara yang saling berperang ; yaitu Sun Country di daerah selatan dengan tanah yang subur dan Moon Country di daerah utara. Meski tanah Moon Country tidak subur dan bercuaca ekstrim, namun memiliki banyak sekali tambang mineral juga permata.

- Moon Country dipimpin oleh Clan Vampire dari keluarga Kuran, ras dengan kekuatan spesial yang merupakan bentuk evolusi akibat kondisi alam ekstrim. Meski disebut vampir, darah bukanlah makanan utama, mereka hanya membutuhkannya untuk menambah kekuatan menjadi luar biasa. Manusia juga banyak yang menjadi penduduk negara ini.

- Sun Country dipimpin oleh Clan Hunter dari keluarga Kiryuu. Hunter sebenarnya memiliki nenek moyang sama dengan vampire, namun karena mereka tinggal di daerah yang berbeda, kebutuhan akan darah menjadi hilang. Meski kekuatannya terbatas, mereka mengandalkan senjata yang dibuat dengan logam khusus untuk berperang dengan bangsa vampire.

- Level E bukan hanya diciptakan oleh gigitan Pureblood tapi juga akibat dari pengkonsumsian berlebih suatu obat bernama 'Phantom', yang memiliki khasiat membuat manusia memiliki kekuatan setara dengan vampir. Obat ini menyebar di kedua negara sehingga Level E bertebaran dimana-mana.

#

#

#

Sore itu cuaca sangat bagus, matahari tak terlalu terik dan angin sepoi-sepoi berhembus, melewati jendela-jendela besar yang menghiasi lorong sebuah kastil bergaya Eropa di abad pertengahan. Kiryuu Zero seorang pangeran Clan Hunter yang memerintah 'Sun Country' berjalan pelan menyusuri lorong dengan balutan pakaian kebesarannya.

Jubah hitam bersulamkan benang perak dan ornamen indah berwarna violet tersampir dibahu. Tak jauh darinya tampak beberapa pengawal berseragam kelabu dengan setia mengikuti, demi menjaga keselamatannya dikastil yang berada didaerah perbatasan itu.

Sampai pada sebuah pintu besar Zero berhenti dan menghela nafas panjang, sejenak ia memejamkan mata seraya berdoa agar yang ditemuinya dibalik pintu itu adalah Yuuki. Putri cantik yang mampu menawan hatinya karena polos juga baik hati. Dengan tangan yang sedikit bergetar ia memutar gagang pintu.

CEKLEK!

Hancurlah harapan Zero saat yang terlihat adalah, sosok seorang pangeran tampan berambut cokelat tua. Jubah kebesaran berwarna putih dengan hiasan benang emas dan tatahan permata Ruby, membalut tubuhnya gagahnya yang berdiri sambil memandang keluar jendela.

"Kau telat, Kiryuu!" ucapnya tanpa membalikkan badan.

"Cih, cerewet!" seketika aura suram langsung menguar dari pangeran berambut silver, ia melangkahkan kaki kedalam ruangan dan meninggalkan para pengawal untuk berjaga diluar, wajahnya jelas menampakkan ekspresi tidak suka.

Merasakan aura itu sang pangeran berjubah putih berbalik dan balas menatap dengan tajam. Mereka berdua berhadapan, terdiam dan saling melemparkan tatapan membunuh, hawa dingin mencekam langsung dirasakan dalam ruangan, membuat orang-orang disekitarnya merasa merinding.

"Yang mulia, persiapan sudah selesai, silahkan memulai acara..." Suara seorang pelayan muda mengakhiri perang dingin itu. Kaname Kuran, sang pangeran berambut cokelat menengadahkan tangan kanannya, membuat alis berwarna perak mengerenyit,

"Apa!?" tannyanya kesal.

"Kemarikan tanganmu, "

Zero masih terdiam tak mengerti, hingga tiba-tiba tangan kirinya ditarik dalam sebuah genggaman erat,

"Apa-apaan sih! Lepaskan!" protesnya keras.

"Ck...kau benar-benar aktor yang buruk! Kendalikan dirimu dan tersenyumlah idiot!"

Tak menghiraukan usaha Zero untuk memberontak, pangeran berjubah putih terus menggenggam tangannya erat dan menariknya untuk berjalan berdampingan menuju sebuah aula besar.

Panggung besar sudah disiapkan ditengah aula, dihadapannya berkumpul para wartawan dari berbagai media, juga warga masyarakat yang tinggal di perbatasan. Meja besar dan dua buah kursi indah ditampatkan diatas panggung khusus untuk mereka, demi menjawab berbagai pertanyaan yang akan dilontarkan dalam konfrensi pers terbuka itu.

Lagi-lagi Zero mengambil nafas panjang saat panggung mulai terlihat, berusaha menenangkan dirinya sambil lagi-lagi berdoa 'Ini demi Ichiru, Yuuki dan semuanya...ya tuhaan apa yang kulakukan...' batinnya. Meski tak menampakkan senyum seperti pemuda disampingnya, paling tidak Zero tak memberontak dan memilih untuk menampilkan ekspresi wajah datar.

"MARI KITA SAMBUT, KEDUA PANGERAN YANG MULIA!"

PLOK! PLOK PLOK PLOK ! WAAAAWAAAAA

Tepuk tangan dan hiruh pikuk suara para penonton menyambut kedatangan mereka, akhirnya Kaname melepaskan genggaman tangannya. Dengan luwes ia maju untuk menarik sebuah kursi dan mempersilahkan pasangannya duduk. Lagi-lagi kernyitan muncul dialis Zero, tak suka pada sikap gentlemen sang patner.

Tapi agar tidak membuat masalah, dia memilih duduk dengan tenang. Meski sempat berjengit saat lagi-lagi pangeran dari clan Vampire itu menggenggam tangan Zero dan meletakkannya diatas meja untuk memperlihatkan cincin pinjaman yang melingkar di jari manisnya, sangat indah karena terbuat dari emas bermatakan batu Ruby dan diamond.

Dimulailah acara tanya jawab langsung tersebut, Kaname dengan kemampuan diplomasi dan mulut manisnya, dengan mudah mendominasi untuk menjawab berbagai pertanyaan yang dilontarkan. Sementara keringat mulai mengalir di pelipis Zero, dalam hati ia kembali berdoa agar penyiksaan ini segera berakhir.

"Kuran-sama dan Kiryuu-sama, apa yang membuat anda merasa telah menemukan orang yang tepat sebagai pendamping hidup?" akhirnya sebuah pertanyaan diluar perkiraan dilontarkan, semua hadirin terlihat antusias menunggu jawaban.

Sementara kedua pangeran terdiam, Zero bingung harus menjawab apa. Ingin sekali ia mengambil Blody Rose yang terpaksa dititipkan pada Ichiru, untuk menembak orang itu. 'Apa tidak cukup genggaman tangan sepanjang acara sebagai buktikan hubungan mereka!' teriaknya dalam hati.

Tiba-tiba pangeran berambut coklat tertawa kecil, membuat Zero memandangnya sambil merengut. 'Apa lagi yang dia rencanakan?' batinnya kesal.

Menopangkan kepalanya di kepalan tangan kiri, Kaname tersenyum dan memberikan tatapan intens kemata berwarna lavender itu, "Kurasa jawabannya mudah, aku tak pernah menemukan tatapan yang begitu berbeda sbelumnya dan itu hanya dimiliki oleh Zero,"

Meski cukup terkejut dengan jawaban tersebut, tapi Zero tak memutuskan pandangan mereka, ia terpaksa balas tersenyum. 'Ya tatapan ingin membunuhmu!' umpatnya dalam hati.

Untuk melampiaskan kekesalannya, Zero mengeram pelan dan sekuat tenaga mengeratkan genggaman tangannya, dengan niat meremukkan tangan Kaname, namun jika dilihat dari arah para penonton itu adalah moment yang sangat romantis. Para reporterpun langsung mengabadikannya dan para warga sibuk berbisik-bisik.

Saat pertanyaan terakhir dilontarkan Zero langsung menarik nafas lega, tapi tidak lama. Karena beberapa awak media memohon agar diijinkan mengambil foto bukti kemesraan mereka berdua. Terpaksa permintaan itu disanggupi agar tak memancing kecurigaan, jadilah kedua pangeran itu berdiri berdampingan menjadi objek foto.

Tetapi sepertinya para fotografer kurang puas, meski tak berani mengungkapkannya mereka saling berbisik dan mengeluh, telinga tajam sang vampir tentu saja bisa menangkap semua omongan itu.

Sebenarnya Zero tak terlalu peduli, tetapi bagi Kaname yang perfectsionis itu adalah kesalahan fatal. Dia tak ingin ada satu celahpun dalam rangkaian rencana besarnya ini,

"Oi...Kiryu," bisik sang vampir pelan, membuat pangeran berambut silver disampingnya langsung menengok,

CUP!

Sebuah kecupan mendarat dibibir pucat Zero, sukses membuat matanya terbelalak lebar hingga nyaris keluar. Meski ciuman itu tak berlangsung lama tapi sinar blits langsung menghujani mereka dan semuanya bersorak riuh.

Dengan wajah merah padam menahan rasa malu dan marah. Zero berniat memukul pangeran berambut coklat, namun dengan sigap sang vampir yang lebih tinggi hannya beberapa senti darinya itu langsung memeluk erat. Kaname membenamkan kepala sang hunter dipundaknya menahannya agar tak bergerak atau berteriak.

"Kendalikan dirimu, semuanya melihat kita..." bisiknya lagi dan Zero hannya bisa mengeram kesal, iapun hannya bisa menunduk dengan wajah dan kuping yang masih merah. Tangannya terkepal erat saat Kaname lagi-lagi berusaha menggandeng, membawanya masuk meninggalkan keramaian di aula itu.

.

BRAK!

Zero menutup pintu dengan kasar saat mereka sampai di sebuah ruangan yang sudah disediakan untuk beristirahat,

"Dasar kau Vampir brengsek! berani sekali kau mempermalukanku seperti itu!" umpatnya keras, sementara Kaname hannya memberikan tatapan tajam,

"Kau pikir aku suka apa, harus mencium mahluk rendahan sepertimu," jawaban yang tak kalah kasar itu membuat pangeran berambut silver meledak, dengan cepat ia medorong Vampir dihadapannya sangat keras hingga membentur tembok, lalu melayangkan sebuah pukulan,

DUAKH!

Kaname memiringkan kepalanya beberapa senti saja, untuk menghindari pukulan lawan yang membuat tembok dibelakangnya retak. Mata merahnya berkilau dan gigi taringnya memanjang, dengan cepat ia balas menyerang. Tangan yang berkuku runcing mencengkeram leher Zero dengan niat mencekiknya sampai mati.

"Onii-samaaa! Zeerooo-saaan!"

Teriakan dari luar pintu menghentikan aksi mereka dan keduanya sudah menjauh saat pintu kembali dibuka dengan kasar. Memunculkan seorang putri cantik berambut coklat panjang yang langsung menghambur memeluk mereka bergantian,

"Aku senang sekaliii! Rencana kita berhasil!" ucapnya disela-sela pelukan yang membuat wajah Zero memerah karena senang. Sang kakak yang tak menyukai pemandangan itu langsung menarik sang adik, lalu mencium dahinya lembut membuat sepasang alis berwarna perak kembali merengut kesal,

"Kenapa kau kemari Yuuki? Mana pengawalmu? Apa kau menyelinap lagi?" tannya Kaname sambil merangkul pundak adiknya mesra.

"Hihihi onii-sama selalu khawatiran, jangan cemas aku datang bersama Ichiru-san kok...aku kan ingin melihat langsung acara ini,"

"Ja...jadi kau melihat semuanya?" tanya Zero terbata, sungguh ia ingin masuk kedalam sebuah lubang yang dalam. Bagaimana tidak, ia dicium didepan umum oleh musuhnya, yang juga kakak dari gadis pujaanya.

"Iya nii-chan...kami lihat dari awal, teryata kalian berdua benar-benar serasi," sesosok berambut silver yang sangat identik dengan Zero menyusul masuk kedalam ruangan,

"Ichiru...kau juga datang?!"

"Tentu saja! mana mungkin aku tak menghadiri acara yang sangat penting bagi kedua negara kita ini." jawabnya antusias. Sungguh para adik yang tak bisa membaca perasaan kakaknya.

Kali ini Kaname dan Zero kembali bertatapan dan untuk pertama kalinya mereka kompak menghela nafas panjang.

"Haah..."

Demi melihat senyuman gembira dari para adik tersayangnya kedua pangeran itu sepakat untuk sementara mengadakan gencatan senjata. Sepertinya hari-hari mereka kedepan akan lebih runyam.

~ To be Continue ~

Chapter singkat ini hanya sekedar perkenalan atau preview dari cerita Romance, Drama selanjutnya, mengenai hal yang belum jelas bisa diketahui di chapter berikutnya... Mohon saran and reviewnya yaaa

Thaks for reading