wTITLE : LOVE QUADRILATERAL
DISCLAIMER: NARUTO © MASASHI KISHIMOTO
PAIRING : GAAINO & SASUHINA
GENRE : ROMANCE/FRIENDSHIP
RATE : T
WARNING : OOC, ABAL, BANYAK TYPO, DAN KEEKSOTISAN LAINNYA.
Masashi Kishimoto-sama~ pinjam chara-nya, ya!
Iya!
THANKZ! ;3 -sakarepe dewe-
Berita perkelahian geng Akatsuki dengan Geng Sano-Sasuke Naruto- kembali terdengar. Berbagai konflik muncul karenanya. Geng Akatsuki, yang dipimpin oleh Nagato sebagai anak dari gangster dunia, dikabarkan sebagai pihak yang menyerang geng Sano, yang dipimpin oleh Sasuke-anak presdir sebuah perusahaan yang telah mengeluarkan berbagai macam produk mobil, motor, traktor, AC, Kulkas, dll.- dan Naruto sebagai wakil. Tapi ada pula yang mengabarkan bahwa geng Sano-lah yang terlebih dulu menyerang Akatsuki.
Acara jumpa pers Yamanaka Ino pun mengungkit-ungkit hal tersebut, karena Ino, sang model idola adalah pacar Uchiha Sasuke.
"Apakah Anda tidak merasa cemas karena pacar Anda terus berkelahi?" tanya seorang wartawan.
"Maafkan aku bila kalian merasa cemas. Tapi saat bersamaku Sasuke-kun sangat baik, tak pernah sekalipun dia mengasariku, bahkan dia pernah membelaku mati-matian saat aku diganggu oleh sekelompok berandalan," jawab Ino dengan tegas.
"Lalu, bagaimana dengan perasaan fans Anda?" tanya seorang wartawan yang menggunakan kacamata.
"Para fansku yang setia, kalian tidak perlu khawatir. Percayalah, Sasuke-kun selalu bersikap baik padaku, dia senantiasa selalu melindungiku," kata Ino dengan lembut, seolah kalimat itu keluar dari lubuk hatinya.
Uchiha Sasuke, seorang anak berandalan yang membuat sebuah geng saat masih kelas 2 SMP bersama Naruto-anak dari presiden Negara Konoha-yang tentu saja dapat dengan mudah meredam segala macam permasalahan dalam sekejap.
Geng Sano kerap berkelahi dengan geng Akatsuki. Separuh dari SMA dikuasai oleh Geng Sano, separuhnya lagi dikuasai geng Akatsuki. Kecuali sebuah sekolah swasta khusus yang amat sangat elit, sekolah bagi mereka yang berprestasi tinggi, para artis, para jenius, dan berbagai macam lagi. Ino yang seorang model idola tentu saja bersekolah di sana. Ia mempunyai sahabat akrab sekelas yang sangat pemalu, Hyuuga Hinata.
Hyuuga Hinata adalah cucu Kepala Yayasan yang kini menjabat sebagai Menteri Kebudayaan sekaligus kepala sekolah elit itu, SMA Hokage Gakure. Sebagai seorang cucu Menteri Kebudayaan tentu saja ia harus memerhatikan tutur kata dan harus selalu menjaga sopan santun. Semenjak kecil, ia telah ditunangkan dengan Rei Gaara, seorang aktor sekaligus model bertatto kanji Ai yang sedang naik daun dan juga bersekolah di SMA Hokage Gakure.
Untuk memperakrab hubungan keduanya-yang satu pemalu, satunya dingin-, para orang tua sepakat untuk memberikan mereka sebuah apartemen elit untuk mereka tinggali bersama.
"Lalu… bagaimana pendapat Anda tentang Gaara? Bukankah Anda berdua sedang melakukan pemotretan bersama sebagai jilid khusus dari majalah About Trending?" sebuah pertanyaan yang tidak sopan meluncur dari bibir seorang wartawan, yah.. mau bagaimana lagi, itulah wartawan pikir Ino sekilas.
"Gaara? Menurutku, dia seseorang yang baik, tapi yah.. dia sangat dingin, aku bisa membeku bila sering-sering bersamanya," canda Ino.
.
.
.
Kedua tangan Ino meraba dada Gaara yang bidang. Sementara tangan kanan Gaara melingkari pinggang Ino yang ramping dan tangan kirinya memegang wajah Ino. Wajah keduanya mendekat, sampai mereka bisa merasakan hembusan nafas hangat milik makhluk indah di hadapannya. Hanya tinggal satu sentimeter hingga bibir mereka bertautan. Dan..
"Stop! Pertahankan posisi itu!" ucapan seorang fotografer menghentikan aksi mereka, lebih tepatnya hasrat Gaara untuk melumat habis bibir Ino yang bagaikan apel fuji yang telah ranum.
Gaara, meskipun ia telah ditunangkan dengan Hinata. Diam-diam dirinya menyukai Ino. Tapi ia melawan perasaan sukanya dengan kesadaran bahwa ia sudah punya tunangan. Gaara berprinsip bahwa ia hanya akan tersenyum pada gadis yang disukainya.
"Ino, Gaara! Kalian berdua mendapat istirahat 30 menit!" seru manajer sekaligus kakak Gaara, Temari. Ino dan Gaara mengangguk dan berjalan menuju ruang rias mereka yang digabung.
Gaara mengempaskan dirinya di sofa di sudut ruangan, berharap ia bisa melepaskan penat dengan waktu yang dimilikinya.
"Gaara-kun?" sebuah suara lembut memanggil menginterupsi Gaara. Gaara menoleh, dilihatnya Hinata yang sudah duduk di sampingnya menyodorkan sebotol air mineral padanya.
Gaara tersenyum tipis dan berkata, "Terima kasih." Gaara menerima botol mineral itu dan meminumnya. Hinata tersenyum simpul.
"Kau sudah tidak gugup lagi saat memanggilku ya, Hinata?" tanya Gaara.
Pipi Hinata bersemu merah. "A-aku masih gugup kalau ber-berdekatan denganmu, Gaara-kun," aku Hinata. Gaara memandang hangat dan menarik Hinata dalam pelukannya.
Hinata terkejut. "Ga..Gaara-kun?" panggilnya.
"Ada apa, Hinata?" tanya Gaara.
"To-tolong, lepaskan aku. Yang lain ja-jadi memandangi kita," jawab Hinata terbata-bata dengan rona merah yang mulai menjalari wajahnya.
"Memangnya kenapa? Mereka kan sudah tahu kalau kita bertunangan. Lagipula, aku ingin agar kau terbiasa berada di dekatku," jelas Gaara. Hinata terdiam, otaknya tidak bisa berfikir saking gugupnya.
Sementara Gaara, dari sudut matanya ia memandangi Ino yang duduk di depan meja riasnya. Ino yang sedang bersms-an dengan seseorang. Pasti Sasuke, pikir Gaara sekilas. Tepat! Ino memang sedang bersms-an dengan Sasuke, mari kita intip sms-nya..
From : Sasuke-kun
Message : Ino, kau ada waktu?
To : Sasuke-kun
Message : Jam 7 nanti aku luang. Ada apa Sasu-kun? :)
From : Sasuke-kun
Message : Bagaimana kalau kita pergi makan malam?
Ino tersenyum dan matanya berkilat nakal.
To : Sasuke-kun
Message : Mau makan di mana? Di warung ramen Ichiraku? (^_^)v #peace
From : Sasuke-kun
Message : Oi.. oi.. masa kita kencan di sana..
Ino tertawa. Kening Gaara berkerut samar. Apa yang sedang mereka bicarakan? tanyanya dalam hati.
"Gaara-kun, ma.. maukah kau mele..paskan pelukanmu?" tanya Hinata.
Gaara mengalihkan pandangan pada Hinata dan melepaskan pelukannya. "Hinata, kau pulanglah dulu. Aku akan menyusulmu, nanti," ucap Gaara lembut.
Hinata mengangguk. "Baiklah, Gaara-kun. Aku juga akan membuatkanmu makan malam," balas Hinata.
"Arigatou, Hinata," sahut Gaara.
Hinata bangkit dan berjalan menuju pintu. Sebelum pergi Hinata berkata, "Jaa ne, Gaara-kun."
"Jaa ne, Hinata," balas Gaara.
Setelah Hinata benar-benar pergi, Gaara bangkit berdiri dan menghampiri Ino yang sedang tersenyum. "Kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Gaara.
Ino berbalik dan mengerjapkan matanya. "Oh, Gaara! Sasuke mengajakku makan malam di restoran yang baru di buka," jawabnya riang.
"Oh.." sahut Gaara.
"Lalu, bagaimana denganmu?" tanya Ino.
Gaara mengangkat alisnya. "Aku bagaimana?"
"Apakah kau ada rencana makan malam keluar?" tanya Ino lagi.
"Tidak," jawab Gaara.
"Dan?" Ino memiringkan kepalanya. Menuntut keterangan.
"Hinata akan memasak untukku," jawab Gaara.
Ino membulatkan matanya. "Benarkah? Hebat sekali, Hinata! Aku saja tidak bisa memasak!" seru Ino kagum.
"..."
"Kau baik sekali, Gaara! Kalau Sasuke, pasti dia sudah mengejekku habis-habisan," puji Ino.
Dada Gaara berdesir mendengarnya. "Ino—" Ucapan Gaara terputus begitu Temari masuk membuka pintu.
"Gaara! Ino! 10 menit lagi giliran kalian, sekarang kalian harus bersiap-siap!" seru Temari. Gaara memandang Temari dengan death glare andalannya.
Temari yang merasakan aura gelap Gaara segera mundur beberapa langkah. "A-ada apa, Gaara?" tanya Temari dengan gugup, keringat dinginnya mulai mengucur di ruangan ber-AC itu.
Gaara berbalik, sadar bahwa barusan ia nyaris mengeluarkan perasaannya. "Tidak apa-apa," balasnya datar.
.
.
.
"Aku pulang," ucap Gaara ketika memasuki apartemen miliknya yang juga milik Hinata. Gaara menutup pintu, melepaskan sepatu, dan menaruhnya di rak sepatu. Mata jade-nya beralih pada rak sandal, ia mengambil sebuah sandal merah berbulu dari rak.
Setelah memakainya, Gaara pun berjalan menuju kamarnya. Saat melewati ruang tengah yang terhubung dengan dapur sekaligus ruang makan dan dipisahkan oleh sebuah pintu yang kini terbuka, ia mencium wangi yang menggelitik perutnya. Gaara terhenti. Langkah kakinya beralih menuju dapur.
"Hinata?" panggil Gaara.
Hinata yang sedang mengaduk-aduk sup menoleh pada Gaara yang menghampirinya. "Gaara-kun! Ma-maaf aku tidak menyambutmu," ucap Hinata canggung. Yah, siapa yang tidak canggung bila tiba-tiba laki-laki yang ditunangkan tanpa bisa kau tolak tiba-tiba muncul di dekatmu.
"Tidak apa. Ngomong-ngomong ini sup apa?" tanya Gaara sambil mengambil sendok sup dari tangan Hinata.
"Sup Miso. Tidak suka, ya?" tanya Hinata, raut mukanya menjadi khawatir.
Gaara menyesap sup yang diambilnya. "Suka, kok. Lagipula ini enak," puji Gaara.
Hinata blushing. "A..ariga..tou".
"Baiklah, aku ganti baju dulu," ucap Gaara. Hinata mengangguk. Gaara berbalik dan berjalan menuju kamarnya. Sedangkan Hinata, ia kembali berkonsentrasi pada sup yang dimasaknya. Setelah dirasanya matang, Hinata mematikan api dan menutup panci. Hinata membuka lemari di mana peralatan makan disimpan dan mengambil mangkuk sup beserta tatakannya, sendok sup, dll. Hinata menata semua itu di meja dengan rapi, kemudian ia menaruh sup di tengah-tengah meja sebagai sentuhan terakhir.
Saat Hinata melepaskan celemeknya, ia mendengar langkah kaki dan menoleh. Dilihatnya Gaara menghampiri meja makan. "Gaara-kun, makan malam sudah siap," ucap Hinata sambil tersenyum simpul.
"Hng.. arigatou," balas Gaara datar. Sebelum Hinata sempat membalasnya, Gaara menarik kursi dan memberi isyarat pada Hinata untuk duduk.
Pipi Hinata bersemu merah. "A-arigatou..," ucap Hinata malu-malu sambil duduk.
"Douita," balas Gaara sambil duduk di kursi di seberang Hinata.
"Itadakimasu."
.
.
.
"Kita mau ke mana, Sasu-kun?" tanya Ino pada cowok yang sedang fokus menyetir di sampingnya.
"Kau akan tahu nanti," jawab Sasuke tanpa menoleh. Mata aquamarine Ino menangkap sudut bibir Sasuke yang sedikit naik. Ino mengalihkan pandangannya pada jalanan, Pada saat-saat tertentu Sasu-kun memang terlihat misterius pikirnya sekilas.
Deru mobil mulai melamban, BMW i8 Spyder itu memasuki sebuah restoran yang belum pernah Ino lihat.
"Ayo turun," ajak Sasuke sesudah memarkirkan mobilnya. Ino turun dari mobil dan mengamit lengan Sasuke, mereka berjalan memasuki restoran. Restoran itu bernuansa romantis, sangat romantis malah, terdapat lilin dan setangkai bunga mawar di tiap-tiap meja yang memperkuat nuansanya. Di seluruh mejanya terdapat ukiran-ukiran dari kuningan yang memantulkan lilin. Dan pada penutup kursi juga terdapat sulaman-sulaman dari benang khusus yang memantulkan cahaya namun tidak membuat mata menjadi silau di bagian belakangnya sehingga bagian depan yang diduduki yang masih polos nyaman untuk diduduki.
Ino dan Sasuke memilih untuk duduk di meja nomor 02 yang terletak di dekat jendela. Dari sana, mereka bisa melihat kerlap-kerlip lampu mobil dan bangunan yang melambangkan indahnya malam perkotaan.
"Kau mau makan apa?" tanya Sasuke sambil menatap pacarnya yang sedari tadi tersenyum. Sasuke merasa puas. Benar-benar keputusan yang tepat membawa Ino ke sini, pikirnya.
Ino memandangi buku menu, matanya menulusuri setiap menu yang ada. "Aku mau..."
.
.
.
Ino terus tersenyum tanpa henti, membuat setiap orang yang dilewatinya selalu bertanya-tanya.
Ada apa dengan gadis ini? atau..
Yah, cantik-cantik, gila atau..
Dia belum minum obat, ya? bahkan,
Apa dia orang yang kabur dari RSJ kemarin?.
Kalau sampai Ino ini bisa membaca pikiran orang lain, ia akan mengirim orang yang berpikir pemikiran terakhir tadi ke rumah sakit.
Ino berjalan memasuki gedung agency, ia dipanggil oleh direktur agensi-nya, katanya ada yang ingin dibicarakan. Ino memencet tombol lift up untuk menuju ke atas. Ia menunggu beberapa saat sebelum pintu lift terbuka. Begitu Ino masuk dan pintu lift sudah setengah tertutup, sepasang tangan kekar memaksa untuk membuka pintu lift. Seorang cowok bersurai merah memasuki lift, Gaara.
"Gaara? Kenapa kau kemari?" tanya Ino, diam-diam Ino kagum pada Gaara. Rupanya Gaara kuat juga.
"Entahlah, aku dipanggil oleh direktur kemari," jawab Gaara datar, dalam hati ia senang sekali, dapat bertemu Ino baginya adalah sebuah keberuntungan.
Lift bergerak menuju ke atas dan berhenti di lantai yang mereka tuju, lantai 9. Gaara dan Ino berjalan keluar dari lift menuju ruang direktur.
"TOK! TOK!" Gaara mengetuk pintu.
"Masuk!" seru seorang lelaki dengan suara khas, berat dan dalam.
Gaara membuka pintu dan dengan sopan ia mempersilahkan Ino masuk terlebih dulu. "Arigatou," ucap Ino sambil tersenyum simpul.
"Douita," balas Gaara datar.
Pandangan Ino beralih pada ayahnya, sang direktur agency. "Ayah, ada apa? Kenapa memanggil kami?" tanyanya.
Inoichi, ayah Ino memandang Gaara dan putri kesayangannya dengan penuh selidik. "Jadi, sebenarnya ada sebuah tawaran untuk kalian berdua."
"Lalu?" Ino memandang ayahnya. Meminta keterangan.
"Tawaran ini memberi keuntungan yang sangat besar pada kalian berdua maupun agency ini. Tapi, aku mengkhawatirkan kalian.." Nada Inoichi berubah menjadi cemas.
"Maaf, bisakah Anda menjelaskan pada kami mengenai tawaran itu?" tanya Gaara dengan sopan. Ino melirik Gaara sekilas, ia merasa kagum akan kesopanan Gaara. Gaara yang mengetahui bahwa Ino melirik padanya dalam hati merasa bangga. Ia berhasil menarik perhatian gadis yang disukainya! Kira-kira begitulah jeritan hati Gaara sekarang.
Inoichi memandang Gaara dengan senang, senang karena ia memiliki seorang aktor sekaligus model yang sopan, Sayang sekali ia sudah memiliki tunangan pikirnya sekilas. "Mengenai tawarannya, kalian ditawari untuk melakukan pemotretan di pulau Jeju, Korea Selatan. Waktu untuk pemotretan itu sekitar 1 bulan. Selain itu, kalian berdua akan menjadi model dalam sebuah iklan Valentine," jelasnya. "aku tidak yakin untuk memberitahukan manajer kalian tawaran ini karena kalian sendiri belum pasti bisa. Dan Ino, kupikir kau belum sembuh dari traumamu..." lanjut Inoichi.
Wajah Ino memucat. Ia teringat kembali trauma yang menimpanya saat ia masih kecil. "A-aku, aku tidak bisa akting," ucapnya lirih.
Kening Gaara berkerut samar. Ada apa dengan Ino? tanyanya dalam hati.
Inoichi menghela nafas. "Aku tidak akan memaksa kalian, kuberi kalian waktu satu minggu untuk memutuskannya."
.
.
.
Gaara melirik jam tangannya, Jam 9 malam, aku harus cepat pulang. Gaara menyalakan mobilnya dan mulai melaju. Ferrari Ultralight F430 berwarna hitam itu dengan mulus melewati jalanan. Di telinga Gaara masih terngiang-ngiang ucapan sang direktur. 'Dan Ino.. kupikir kau belum sembuh dari traumamu...' Memangnya Ino trauma apa? Kenapa aku tidak tahu? pikir Gaara kesal. Kakinya menginjak pedal untuk menambah kecepatan. Karena terus berpikir, Gaara mulai merasa gerah dalam mobil ber-AC itu. Ia membuka jendela mobilnya yang seketika menyambutnya dengan angin malam dan terus melaju. Beberapa gadis yang melihat Gaara segera menjerit histeris meskipun mereka hanya dapat melihat idola mereka sekilas. Gaara tidak menyadari bahwa ia sudah melaju dengan kecepatan 240km/jam.
Saat akan berbelok, sebuah motor melaju kencang ke arahnya. Gaara segera membanting setir namun tubuhnya terlempar keluar.
"DUAKK!..." terdengar bunyi keras aduan kepala Gaara dengan helm sang pengendara motor Ducati Streetfighter 848. Helm pengendara tersebut terlepas dan tampak surai raven darinya, Sasuke.
Tubuh Sasuke terhempas dari motor dan mengenai pohon. "Bruaak!"
Sasuke merasa tubuhnya berdenyut-denyut dan jiwanya seolah terangkat. Sasuke sempat membuka matanya sekilas sebelum pingsan, ia melihat dirinya yang tergeletak dengan darah yang mulai mengalir. Gelap.
TO BE CONTINUE
V
JANGAN LUPA REVIEW!
DON'T BE A SILENT READER, PLEASE..
V
V
V
