PROLOGOUE
[pic]
My Best Friend's Secret
Harry memegangi dadanya dengan sedikit menunduk sambil menyandarkan satu tangannya di pohon cemara, napasnya terengah-engah. Tampaknya ia baru saja melarikan diri dari sesuatu, atau ada yang lain? Tiba-tiba saja terdengar suara auman keras dari belakang Harry, untungnya suara itu masih jauh. Harry menoleh dan mulai lari lagi. Ia lari secepat mungkin, berusaha untuk keluar dari hutan. Tapi sejak tadipun dia sudah berusaha mencari jalan keluar dari hutan itu dan dia sampai sekarang masih terjebak di dalam hutan itu. Sejak tadipun dia mencoba ber-disapparate, namun tidak bisa karena dia tidak berkonsentrasi. Harry terus berlari sambil mencoba berkonsentrasi untuk mencari jalan keluar segera keluar dari hutan terkutuk ini. Tiba-tiba saja ada cahaya sangat terang muncul di depannya. Harry melindungi matanya dengan refleks tangannya yang sudah berada di depan matanya. Dari cahaya itu muncul seorang wanita, cantik sekali, rambutnya coklat lurus panjang dengan pakaiannya yang putih dia tampak seperti malaikat. Wanita itu memejamkan matanya dan dia tidak berjalan tapi mengambang di udara. Harry hanya bisa terpana melihat wanita itu. Dia perlahan mulai mendekati wanita itu, dia juga mengulurkan tangannya supaya tahu wanita itu nyata atau hanya mimpi. Tinggal sedikit lagi tangannya sampai pada lengan mulus wanita itu, dan... ZAP!
Harry terbangun dari tidurnya. Ternyata semua itu hanyalah mimpi. Harry mengusap keringat dingin di dahinya, melihat jam dindingnya; jam 2 pagi. Lalu dia beranjak dari ranjangnya dan keluar ke dapur untuk mengambil minum.
" Apa maksudnya mimpiku tadi ya? ", Harry bertanya pada dirinya sendiri. Kemudian dia kembali ke kamarnya untuk kembali tidur, karena dia harus bangun jam 5 nanti. ** " Harry, apakah kamu kurang tidur? ", tanya Hermione keesokan paginya di Kementrian Sihir.
Harry menguap, " Huahh. Yah, karena aku terbangun jam 2 pagi, jadi kurang tidur. Kenapa? Keliatan sekali ya? "
Hermione mengangguk.
Harry dan Hermione, teman lamanya di Hogwarts, sama-sama bekerja di Kementrian Sihir bagian misteri. Mereka berdua sama-sama tidak sengaja bertemu kembali sejak 3 tahun lulus dari Hogwarts. Kini mereka kembali menjadi tim.
" Apa yang terjadi? ", tanya Hermione lagi ketika mereka berdua menunju ruangan masing-masing.
" Tidak apa-apa. Aku cuma mendapatkan mimpi yang aneh, itu saja. ", Harry menjawab dengan malas.
" Mimpi aneh? Mungkin perlu diselidiki, Harry? "
" Hermione, kita tidak lagi di Hogwarts. Kita bukan lagi anak kecil yang suka main detektif-detektifan. Kita sudah dewasa sekarang, sudah bekerja, di Kementrian Sihir lagi. Tak ada yang perlu dikhawatirkan jika ada sesuatu yang agak aneh. "
" But, Harry. Kemungkinan apapun bisa terjadi kan? Kenapa tidak kita coba saja? Mumpung kita lagi tidak ada kasus. "
" Ah, Hermione. Kamu memang temanku yang tetap sama dari dulu sampai sekarang, tetap suka ngotot. Hehe.. "
" Harry! Kau tahu kan aku suka sesuatu yang sedikit aneh-aneh begitu. "
" Iya, sampai kau dulu membuat perkumpulan untuk kesejahteraan para elf. Aku masih ingat itu, kamu nggak bisa menemukan satu orangpun yang mau menjadi anggotamu, lalu kamu memaksa aku dan Ron untuk menjadi anggotamu. Very nice, Miss Granger, kamu telah melakukan paksaan padaku dan Ron. "
" Hee... Yah, memang aku telah memaksa um... sedikit memaksa maksudku. Tapi, itu kan memang demi kebaikan Dobby dan teman-temannya. Benar kan? "
Mereka berdua sudah sampai di ruang kerja Harry, Harry duduk dan membereskan berkas-berkas di mejanya.
" Yah, kamu memang suka hal yang aneh-aneh kan? Jadi aku dan Ron tidak heran kalau kau melakukan hal itu. "
Hermione tersenyum, " Well, ya sudah. Jangan dibahas lagi. Ngomong- ngomong soal Ron, kau tahu dimana dia sekarang? "
Harry berhenti membereskan mejanya, " Ron? Entahlah, aku tak pernah mendengar kabar tentangnya lagi. "
" Sayang sekali. Kalau kita tahu di mana dia sekarang, kita bisa mengadakan reuni. Seperti dulu lagi. Ya tidak? ", Hermione menyikut pelan lengan Harry. Hal itu membuat Harry yang sedang merapikan berkas-berkasnya menjadi berantakan lagi.
" Hermione! "
" Oops, sorry. Ya sudah, aku akan ke ruanganku saja. Hubungi aku bila ada sesuatu. "
" Okay. "
Hermione meninggalkan Harry di ruangannya sendiri. Harry kembali merapikan berkasnya, ketika sebuah perkamen jatuh ke lantai. Harry memungutnya, dan membacanya. Ternyata sebuah surat, surat dari seseorang yang pernah dikaguminya dahulu, Cho Chang.
" Aku tak percaya surat ini masih saja ada. ", tetapi Harry tetap membacanya.
Dear Harry,
Aku tahu kamu seorang yang baik dan perhatian padaku. Khususnya ketika Cedric meninggalkanku, kamu semakin baik padaku. Tapi perlu kau ketahui, aku tak pernah punya perasaan apapun padamu. Aku hanya menganggapmu sebagai teman biasa saja, dari dulu sampai sekarang. Aku tidak berminat bersama siapa-siapa, sampai hatiku kembali cair dari kehilangan Cedric. Aku akan terus menyendiri, sampai hatiku luluh kembali. Harry, ketahuilah, bagaimanapun perasaanku padamu, kumohon jangan marah. Aku juga ingin kita tetap menjadi teman baik, sampai kapanpun. Sebentar lagi kita akan berpisah, pastilah kita akan memilih jalan yang berbeda. Kuharap kau tak pernah melupakanku sebagai teman, Harry. Kumohon, Harry, lupakanlah perasaan sukamu padaku. Karena hal itu sia-sia, kita tidak akan bisa bersama. Tidak selama hatiku belum pulih dari sedih ini.
Cho Chang
Harry mendesah, lalu menggulung perkamen itu dan memasukkannya ke dalam laci mejanya. Saat itulah, seseorang mengetuk pintunya yang terbuka.
" Knock, knock, Is Harry here? ", tanya suara itu.
" James! Masuklah. Bagaimana kabarmu? Lama sekali kita tidak ketemu. I miss you man! ", Harry menyapa gembira James, seorang kenalannya yang juga murid Hogwarts ketika baru saja lulus dari Hogwarts.
" yah, aku baru saja kembali dari Amerika. Aku ditawari mengajar selama 3 bulan di sekolah sihir di sana. Kau tahu Salem Institute? Yah, disanalah aku mengajar. Kau tahu, ternyata Hogwarts jauh lebih baik daripada sekolah itu. "
" Oh ya? Memang kenapa dengan sekolah itu? "
" Well, pertama sekolah itu juga punya 4 asrama, sama seperti Hogwarts. Ada satu asrama yang mirip Slytherin, mungkin lebih parah dari Slytherin. Seluruh murid Parsymian, nama asrama itu, bahkan lebih gila daripada anak-anak Slytherin. Saat aku mengajar Transfigurasi pada mereka, mereka sama sekali tidak bisa diam. Mereka terus berbicara sendiri, dan bahkan ada yang mengerjai teman mereka sendiri dengan Mantra Pembeku Tubuh. Bayangkan! Untunglah Slytherin tidak separah itu. ", James bercerita panjang lebar pada Harry, dan Harry mendengarkannya dengan seksama.
Harry tertawa pelan, " Ah James, kelihatannya dari dulu sampai sekarang kau selalu mengajar sekolah-sekolah dengan murid-muridnya yang terkenal gila ya? "
" Yep. Dan aku tak tahu kenapa, apakah itu takdirku? Ah, sial sekali nasibku ini. ", James memukul pelan jidatnya sendiri.
" Tenanglah James, anggap saja semua itu sebagai permulaan dari keberuntungan terbesarmu. "
" Hmm, benar juga. "
" Benar kan? Baiklah. Oh, kau mau minum apa? Panas, dingin, hangat, atau air putih saja? "
" Hmm, bagaimana jika kau memberiku sebuah potion mujarab yang bisa mengembalikan staminaku? Badanku sedikit pegal nih. "
" Baiklah. Tapi kurasa Hermione yang menyimpan potion-potionku. Hermione! ", Harry memanggil Hermione dengan keras. Hermione dalam 2 detik segera masuk ke dalam ruangan Harry dengan terburu-buru.
" Harry! Kalau kau membutuhkan aku, jangan teriak-teriak seperti itu dong. Eh, James! Apa kabarmu? ", Hermione menyalami James dengan penuh semangat, seakan-akan mereka sudah tidak bertemu selama bertahun-tahun.
" Kabar baik, Hermione. Kabar buruknya, aku minta potion yang bisa mengembalikan staminaku. Boleh kan? "
" Oh, tentu saja. Akan kuambilkan. ", dalam 1 menit Hermione sudah kembali dengan sebuah botol kecil di tangannya, " Ini potionnya. Namanya Restore-Power-Up Potion. Sangat mujarab untuk mengembalikan stamina. Aku dan Harry sering menggunakannya jika badan kami sudah capek sekali. Cobalah. "
" Terima Kasih Hermione. ", James segera meneguk habis potion tersebut, dan dalam seketika dia merasa segar kembali seperti sedia kala, "wah, aku kembali segar. Terima kasih atas potionnya. "
" Sama-sama, James. Well, Harry, apa kau butuh sesuatu dariku? "
" Ya, pergilah dari ruanganku. Aku ingin bicara dengan James. ", kata Harry dengan sedikit bercanda.
" Harry! ", Hermione hanya bisa memasang tampang kesal lalu meninggalkan Harry dan James yang tertawa-tawa.
" Apakah dia begitu setiap hari? ", tanya James pada Harry.
" Yah, kau tahu dia adalah perempuan yang sensitif tapi juga cerdas dan teliti. Beruntunglah kami menjadi partner. "
" Ya, kau beruntunng sekali mempunyai sahabat seperti dia. Kalau aku, ingin punya pacar seperti dia saja. "
" Apa? Pacar seperti Hermione? Wah, kau takkan betah deh kalau bersamanya. Dia itu cerewet sekali. "
James hanya bisa tersenyum, tapi wajahnya sedikit memerah.
" Ada apa James? Kau benar-benar suka dia ya? ", tanya Harry heran.
Kali ini wajah James lebih merah lagi, " Ti.. tidak kok. Aku cuma mengaguminya saja. "
" Ah, kamu cuma mau menutupi kenyataan saja. Bilang saja kau suka dia, aku takkan marah kok. Malah aku akan mendukungmu. "
" Harry, sudah kubilang aku hanya kagum. Tidak lebih dari itu. ", kalimat yang terakhir terdengar pelan dan kali ini wajah James benar-benar merah padam.
" Hahaha... sudah kubilang, kalau kau suka, katakan saja pada dia. Kujamin deh, kamu nggak bakal ditolak. "
" Hey, sedang membicarakan aku ya? ", Hermione tiba-tiba muncul di depan pintu Harry sambil berkacak pinggang.
" Tidak kok, 'Mione. Ada apa? ", tanya Harry.
" Bos baru saja menghubungiku. Dia bilang ada sebuah kasus yang harus kita tangani. Katanya seorang witch di London baru saja dibunuh, menurutnya witch itu dibunuh dengan Avada Kedavra. "
" Apa? Kalau begitu kita harus segera ke sana. James, maaf ya kau terpaksa harus pulang. Karena aku dan Hermione akan segera pergi untuk menangani kasus ini. "
" Boleh aku ikut saja? Aku kan juga bekerja di Daily Prophet, siapa tahu belum ada wartawan Daily Prophet yang meliput berita ini. ", tawar James.
Harry menatap James, lalu menatap Hermione yang membalasnya dengan mengangkat bahunya, " Baiklah. Kamu hanya bertindak sebagai wartawan Daily Prophet saja. Tapi kamu harus janji, bila ada hal-hal yang bukan urusanmu, sebaiknya kamu segera pergi. Mengerti? ", mendadak Harry menjadi serius.
" I got it, Harry. Kita pergi sekarang? "
" Yeah, we go now. Ayo, Hermione. ", lalu mereka bertiga ber- disapparate ke lokasi pembunuhan tersebut. **
[pic]
My Best Friend's Secret
Harry memegangi dadanya dengan sedikit menunduk sambil menyandarkan satu tangannya di pohon cemara, napasnya terengah-engah. Tampaknya ia baru saja melarikan diri dari sesuatu, atau ada yang lain? Tiba-tiba saja terdengar suara auman keras dari belakang Harry, untungnya suara itu masih jauh. Harry menoleh dan mulai lari lagi. Ia lari secepat mungkin, berusaha untuk keluar dari hutan. Tapi sejak tadipun dia sudah berusaha mencari jalan keluar dari hutan itu dan dia sampai sekarang masih terjebak di dalam hutan itu. Sejak tadipun dia mencoba ber-disapparate, namun tidak bisa karena dia tidak berkonsentrasi. Harry terus berlari sambil mencoba berkonsentrasi untuk mencari jalan keluar segera keluar dari hutan terkutuk ini. Tiba-tiba saja ada cahaya sangat terang muncul di depannya. Harry melindungi matanya dengan refleks tangannya yang sudah berada di depan matanya. Dari cahaya itu muncul seorang wanita, cantik sekali, rambutnya coklat lurus panjang dengan pakaiannya yang putih dia tampak seperti malaikat. Wanita itu memejamkan matanya dan dia tidak berjalan tapi mengambang di udara. Harry hanya bisa terpana melihat wanita itu. Dia perlahan mulai mendekati wanita itu, dia juga mengulurkan tangannya supaya tahu wanita itu nyata atau hanya mimpi. Tinggal sedikit lagi tangannya sampai pada lengan mulus wanita itu, dan... ZAP!
Harry terbangun dari tidurnya. Ternyata semua itu hanyalah mimpi. Harry mengusap keringat dingin di dahinya, melihat jam dindingnya; jam 2 pagi. Lalu dia beranjak dari ranjangnya dan keluar ke dapur untuk mengambil minum.
" Apa maksudnya mimpiku tadi ya? ", Harry bertanya pada dirinya sendiri. Kemudian dia kembali ke kamarnya untuk kembali tidur, karena dia harus bangun jam 5 nanti. ** " Harry, apakah kamu kurang tidur? ", tanya Hermione keesokan paginya di Kementrian Sihir.
Harry menguap, " Huahh. Yah, karena aku terbangun jam 2 pagi, jadi kurang tidur. Kenapa? Keliatan sekali ya? "
Hermione mengangguk.
Harry dan Hermione, teman lamanya di Hogwarts, sama-sama bekerja di Kementrian Sihir bagian misteri. Mereka berdua sama-sama tidak sengaja bertemu kembali sejak 3 tahun lulus dari Hogwarts. Kini mereka kembali menjadi tim.
" Apa yang terjadi? ", tanya Hermione lagi ketika mereka berdua menunju ruangan masing-masing.
" Tidak apa-apa. Aku cuma mendapatkan mimpi yang aneh, itu saja. ", Harry menjawab dengan malas.
" Mimpi aneh? Mungkin perlu diselidiki, Harry? "
" Hermione, kita tidak lagi di Hogwarts. Kita bukan lagi anak kecil yang suka main detektif-detektifan. Kita sudah dewasa sekarang, sudah bekerja, di Kementrian Sihir lagi. Tak ada yang perlu dikhawatirkan jika ada sesuatu yang agak aneh. "
" But, Harry. Kemungkinan apapun bisa terjadi kan? Kenapa tidak kita coba saja? Mumpung kita lagi tidak ada kasus. "
" Ah, Hermione. Kamu memang temanku yang tetap sama dari dulu sampai sekarang, tetap suka ngotot. Hehe.. "
" Harry! Kau tahu kan aku suka sesuatu yang sedikit aneh-aneh begitu. "
" Iya, sampai kau dulu membuat perkumpulan untuk kesejahteraan para elf. Aku masih ingat itu, kamu nggak bisa menemukan satu orangpun yang mau menjadi anggotamu, lalu kamu memaksa aku dan Ron untuk menjadi anggotamu. Very nice, Miss Granger, kamu telah melakukan paksaan padaku dan Ron. "
" Hee... Yah, memang aku telah memaksa um... sedikit memaksa maksudku. Tapi, itu kan memang demi kebaikan Dobby dan teman-temannya. Benar kan? "
Mereka berdua sudah sampai di ruang kerja Harry, Harry duduk dan membereskan berkas-berkas di mejanya.
" Yah, kamu memang suka hal yang aneh-aneh kan? Jadi aku dan Ron tidak heran kalau kau melakukan hal itu. "
Hermione tersenyum, " Well, ya sudah. Jangan dibahas lagi. Ngomong- ngomong soal Ron, kau tahu dimana dia sekarang? "
Harry berhenti membereskan mejanya, " Ron? Entahlah, aku tak pernah mendengar kabar tentangnya lagi. "
" Sayang sekali. Kalau kita tahu di mana dia sekarang, kita bisa mengadakan reuni. Seperti dulu lagi. Ya tidak? ", Hermione menyikut pelan lengan Harry. Hal itu membuat Harry yang sedang merapikan berkas-berkasnya menjadi berantakan lagi.
" Hermione! "
" Oops, sorry. Ya sudah, aku akan ke ruanganku saja. Hubungi aku bila ada sesuatu. "
" Okay. "
Hermione meninggalkan Harry di ruangannya sendiri. Harry kembali merapikan berkasnya, ketika sebuah perkamen jatuh ke lantai. Harry memungutnya, dan membacanya. Ternyata sebuah surat, surat dari seseorang yang pernah dikaguminya dahulu, Cho Chang.
" Aku tak percaya surat ini masih saja ada. ", tetapi Harry tetap membacanya.
Dear Harry,
Aku tahu kamu seorang yang baik dan perhatian padaku. Khususnya ketika Cedric meninggalkanku, kamu semakin baik padaku. Tapi perlu kau ketahui, aku tak pernah punya perasaan apapun padamu. Aku hanya menganggapmu sebagai teman biasa saja, dari dulu sampai sekarang. Aku tidak berminat bersama siapa-siapa, sampai hatiku kembali cair dari kehilangan Cedric. Aku akan terus menyendiri, sampai hatiku luluh kembali. Harry, ketahuilah, bagaimanapun perasaanku padamu, kumohon jangan marah. Aku juga ingin kita tetap menjadi teman baik, sampai kapanpun. Sebentar lagi kita akan berpisah, pastilah kita akan memilih jalan yang berbeda. Kuharap kau tak pernah melupakanku sebagai teman, Harry. Kumohon, Harry, lupakanlah perasaan sukamu padaku. Karena hal itu sia-sia, kita tidak akan bisa bersama. Tidak selama hatiku belum pulih dari sedih ini.
Cho Chang
Harry mendesah, lalu menggulung perkamen itu dan memasukkannya ke dalam laci mejanya. Saat itulah, seseorang mengetuk pintunya yang terbuka.
" Knock, knock, Is Harry here? ", tanya suara itu.
" James! Masuklah. Bagaimana kabarmu? Lama sekali kita tidak ketemu. I miss you man! ", Harry menyapa gembira James, seorang kenalannya yang juga murid Hogwarts ketika baru saja lulus dari Hogwarts.
" yah, aku baru saja kembali dari Amerika. Aku ditawari mengajar selama 3 bulan di sekolah sihir di sana. Kau tahu Salem Institute? Yah, disanalah aku mengajar. Kau tahu, ternyata Hogwarts jauh lebih baik daripada sekolah itu. "
" Oh ya? Memang kenapa dengan sekolah itu? "
" Well, pertama sekolah itu juga punya 4 asrama, sama seperti Hogwarts. Ada satu asrama yang mirip Slytherin, mungkin lebih parah dari Slytherin. Seluruh murid Parsymian, nama asrama itu, bahkan lebih gila daripada anak-anak Slytherin. Saat aku mengajar Transfigurasi pada mereka, mereka sama sekali tidak bisa diam. Mereka terus berbicara sendiri, dan bahkan ada yang mengerjai teman mereka sendiri dengan Mantra Pembeku Tubuh. Bayangkan! Untunglah Slytherin tidak separah itu. ", James bercerita panjang lebar pada Harry, dan Harry mendengarkannya dengan seksama.
Harry tertawa pelan, " Ah James, kelihatannya dari dulu sampai sekarang kau selalu mengajar sekolah-sekolah dengan murid-muridnya yang terkenal gila ya? "
" Yep. Dan aku tak tahu kenapa, apakah itu takdirku? Ah, sial sekali nasibku ini. ", James memukul pelan jidatnya sendiri.
" Tenanglah James, anggap saja semua itu sebagai permulaan dari keberuntungan terbesarmu. "
" Hmm, benar juga. "
" Benar kan? Baiklah. Oh, kau mau minum apa? Panas, dingin, hangat, atau air putih saja? "
" Hmm, bagaimana jika kau memberiku sebuah potion mujarab yang bisa mengembalikan staminaku? Badanku sedikit pegal nih. "
" Baiklah. Tapi kurasa Hermione yang menyimpan potion-potionku. Hermione! ", Harry memanggil Hermione dengan keras. Hermione dalam 2 detik segera masuk ke dalam ruangan Harry dengan terburu-buru.
" Harry! Kalau kau membutuhkan aku, jangan teriak-teriak seperti itu dong. Eh, James! Apa kabarmu? ", Hermione menyalami James dengan penuh semangat, seakan-akan mereka sudah tidak bertemu selama bertahun-tahun.
" Kabar baik, Hermione. Kabar buruknya, aku minta potion yang bisa mengembalikan staminaku. Boleh kan? "
" Oh, tentu saja. Akan kuambilkan. ", dalam 1 menit Hermione sudah kembali dengan sebuah botol kecil di tangannya, " Ini potionnya. Namanya Restore-Power-Up Potion. Sangat mujarab untuk mengembalikan stamina. Aku dan Harry sering menggunakannya jika badan kami sudah capek sekali. Cobalah. "
" Terima Kasih Hermione. ", James segera meneguk habis potion tersebut, dan dalam seketika dia merasa segar kembali seperti sedia kala, "wah, aku kembali segar. Terima kasih atas potionnya. "
" Sama-sama, James. Well, Harry, apa kau butuh sesuatu dariku? "
" Ya, pergilah dari ruanganku. Aku ingin bicara dengan James. ", kata Harry dengan sedikit bercanda.
" Harry! ", Hermione hanya bisa memasang tampang kesal lalu meninggalkan Harry dan James yang tertawa-tawa.
" Apakah dia begitu setiap hari? ", tanya James pada Harry.
" Yah, kau tahu dia adalah perempuan yang sensitif tapi juga cerdas dan teliti. Beruntunglah kami menjadi partner. "
" Ya, kau beruntunng sekali mempunyai sahabat seperti dia. Kalau aku, ingin punya pacar seperti dia saja. "
" Apa? Pacar seperti Hermione? Wah, kau takkan betah deh kalau bersamanya. Dia itu cerewet sekali. "
James hanya bisa tersenyum, tapi wajahnya sedikit memerah.
" Ada apa James? Kau benar-benar suka dia ya? ", tanya Harry heran.
Kali ini wajah James lebih merah lagi, " Ti.. tidak kok. Aku cuma mengaguminya saja. "
" Ah, kamu cuma mau menutupi kenyataan saja. Bilang saja kau suka dia, aku takkan marah kok. Malah aku akan mendukungmu. "
" Harry, sudah kubilang aku hanya kagum. Tidak lebih dari itu. ", kalimat yang terakhir terdengar pelan dan kali ini wajah James benar-benar merah padam.
" Hahaha... sudah kubilang, kalau kau suka, katakan saja pada dia. Kujamin deh, kamu nggak bakal ditolak. "
" Hey, sedang membicarakan aku ya? ", Hermione tiba-tiba muncul di depan pintu Harry sambil berkacak pinggang.
" Tidak kok, 'Mione. Ada apa? ", tanya Harry.
" Bos baru saja menghubungiku. Dia bilang ada sebuah kasus yang harus kita tangani. Katanya seorang witch di London baru saja dibunuh, menurutnya witch itu dibunuh dengan Avada Kedavra. "
" Apa? Kalau begitu kita harus segera ke sana. James, maaf ya kau terpaksa harus pulang. Karena aku dan Hermione akan segera pergi untuk menangani kasus ini. "
" Boleh aku ikut saja? Aku kan juga bekerja di Daily Prophet, siapa tahu belum ada wartawan Daily Prophet yang meliput berita ini. ", tawar James.
Harry menatap James, lalu menatap Hermione yang membalasnya dengan mengangkat bahunya, " Baiklah. Kamu hanya bertindak sebagai wartawan Daily Prophet saja. Tapi kamu harus janji, bila ada hal-hal yang bukan urusanmu, sebaiknya kamu segera pergi. Mengerti? ", mendadak Harry menjadi serius.
" I got it, Harry. Kita pergi sekarang? "
" Yeah, we go now. Ayo, Hermione. ", lalu mereka bertiga ber- disapparate ke lokasi pembunuhan tersebut. **
