ia hanya ingin merasakan bagaimana rasanya disayang oleh kedua orangtuanya,tertawa bersama dan melihat senyum tulus orang tuanya untuknya.
Kim minwoo,seorang anak berumur 4tahun. Anak tunggal dari pasangan Kim mingyu dan Kim -Jeon- wonwoo yang sudah resmi menjadi pasangan lima tahun yang lalu. Pernikahan mereka didasari oleh cinta,tidak ada paksaan seperti perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tua. setahun setelah mereka menikah siapa yang tau kalau mereka dikaruniai seorang anak? Jika pasangan pada umumnya akan merasa sangat bahagia dan bersyukur lain halnya dengan mingyu dan wonwoo. Walau menolak dan merasa belum siap akan kehadiran sang buah hati tapi mingyu dan wonwoo tidak sejahat itu untuk menggugurkan buah hati mereka.
—
"Eomma" senyum lebar terpancar dari wajah manisnya ketika melihat ibunya sedang duduk diruang keluarga sendirian sambil menonton televisi. Minwoo beranjak naik keatas sofa duduk tepat disamping sang ibu. Pandangannya tak teralihkan sedikitpun dari wajah sang ibu. Senyum pun tak luntur dari wajahnya walau ibunya itu sama sekali tidak menjawab panggilannya
"Eomma" untuk yang kedua kalinya minwoo memanggil ibunya,kali ini mendapatkan respon berupa lirikan sekilas dari sang ibu. Tangan mungil minwoo terulur memberikan kertas putih berisi deretan tulisan yang minwoo sendiri tidak tau apa isi dari kertas yang diberikan oleh gurunya semalam.
"Ini,ada surat dari ibu diberikan untuk eomma dan appa" ujar minwoo,wonwoo hanya melirik ke arah minwoo sekilas lalu pandangannya beralih ke kertas yang kini berada digenggaman sang putra. Wonwoo mengambil kertas itu dan membacanya,sekolah minwoo sering mengadakan jumpa dengan orang tua,setiap bulannya orang tua diwajibkan datang ke sekolah untuk bertemu guru dan diberitau tentang perkembangan sang anak setiap bulannya. Bulan kemarin,tidak ada yang berubah,nilai minwoo tetap seperti bulan bulan sebelumnya.
Setelah kembali melipat kertas pemberitahuan dari sekolah yang diserahkan minwoo,wonwoo menyimpannya didalam saku celananya lalu kembali fokus menonton,mengabaikan pria mungil disampingnya yang masih setia memandangi wajah ibunya itu,wajah yang akan sangat manis apalagi jika tersenyum namun sangat disayangkan minwoo bukanlah orang yang beruntung bisa mendapatkan senyuman dari pria manis itu. Minwoo bingung,apa kesalahannya sampai sampai ibunya itu hampir tak pernah tersenyum padanya,begitupula orang tuanya tetap membiayainya,menyediakannya makan dan terkadang membelikannya mainan walau sangat sulit bagi minwoo untuk membujuk meminta dibelikan mainan baru.
"Eomma,kemalin jaehun belcelita pada minwoo" seperti biasa,hanya minwoo yang memulai percakapan. Menceritakan tentang apa saja yang terjadi saat disekolah. Dan wonwoo hanya diam berpura pura tidak mendengar dan tidak perduli.
"Jaehun pelgi libulan ke pololo land,minwoo juga ingin eomma. Kata jaehun disana sangat kelen! Jaehun juga beltemu dengan pololo dan yang lainnya. Minwoo juga mau eomma,minwoo cangaaat cuka pololo" kali ini minwoo bukan hanya sekedar bercerita,minwoo tau sia sia saja ia mengajak wonwoo atau mingyu berlibur karena itu tidak akan terjadi. Namjn yang kali ini minwoo berharap banyak,minwoo sangat menyukai pororo jujur saja ia merasa iri dengan temannya itu karena bisa berlibur dengan kedua orang tuanya ke pororo land.
Minwoo tidak bisa bersikap layaknya anak pada umumnya,ia seperti orang asing dirumah ini. Ia tak bisa seenaknya keluar masuk kamar orang tuanya untuk sekedar melihat kedua orang tuanya,atau meminta gendong pada ayahnya,menyambut ayahnya saat pulang kantor,atau bermanja pada ibunya,membantu memasak,atau menjahili keduanya. Minwoo lebih banyak diam dirumah tanpa melakukan apapun,ia lebih sering memperhatikan kedua orang tuanya dari kejauhan. Ada rasa bahagia ketika melihat kedua orangtuanya saling melempar senyum,senyum yang tak pernah minwoo dapatkan dari kedua orang tuanya itu,apalagi ketika melihat keduanya tertawa bahagia di ruang televisi,sangat berbeda ketika minwoo datang ditengah tengah merasa lebih baik ia melihat dari kejauhan seperti ini dari pada harus hadir ditengah kedua orang tuanya itu dan membuat senyum bahagia itu hilang dari wajah kedua orangtuanya,digantikan dengan ekspresi datar. Minwoo kecil sering kali melakukan sesuatu untuk menarik perhatian kedua orang tuanya. Ia merasa senang ketika orang tuanya marah padanya,ia tak perduli dengan bentakan keras dan kata kata menyakitkan yang berhasil membuat tubuhnya bergetar takut dan air mata yang otomatis akan tergenang dan mengalir menuruni pipi gembulnya kata kata yang tidak seharusnya dikatakan oleh orang tua pada minwoo. Yang ia perdulikan hanya kedua orang tuanya menatapnya ketika mereka marah,kedua orang tuanya berbicara lebih banyak dari biasanya dan ketika ia mendapat hukuman maka orang tuanya akan terus mengawasinya,hal itu membuat minwoo senang karena biasanya ia seperti tidak dianggap tidak ada dirumah ini.
TBC/End?
Maaf aku galanjut yang chanbaek,aku udah gatau lagi gimana lanjutinnya(?) gatau tiba2 feelnya ilang hehe. btw ff ini ampir sama sama ff yang sebelumnya cuman ini versi meanie dan alur ceritanya yang agak berbeda dari yang ff versi chanbaek. Lanjut atau enggaknya tergantung sama review kalian,karena youngie bakal semangat kalau kalian kasih mau kritik/saran juga boleh,biar aku bisa perbaiki di chapter selanjutnya.
