A/N : Hai-hai-hai Minna
Ketemu lagi nih ama Nami hehe
Kali ini Nami bawa fanfict baru, sebenarnya ini fic lama ding, udah pernah publish di Facebook, bru berani publish disini moga suka ya ^^


Disclamer : Masashi Kishimoto

Story by Kuronami_71

Rated : T semi M

Pair : Kushina.U x Minato.N

Warning : AU, LIME, Two shoot

.

.

.


Happy Reading^
Read It—Enjoy It

CHAPTER 1

.

.

.

.

Mentari sendu bersembunyi di balik awan kelabu. Gemuruh menggelegar menghiasi langit sore. Pertanda gemericik air kehidupan akan segera merangkak turun membasahi daratan bumi. Dan benar saja hujan pun melanda.

"Kaa-chan Nalu pengen main hujan-hujanan" rengek bocah berumur 5 tahun.

"Naru gak boleh main hujan-hujanan. Nanti Naru sakit" tukas wanita bersurai red-rose. Dia tak ingin anak semata wayangnya sakit. Kendati itulah sebisa mungkin ia harus mencegah keinginan putranya.

Bocah lucu bersurai light-yellow itu menggeleng cepat seakan dia menyatakan keberatan atas persepsi wanita yang dipanggilnya Kaa-chan itu.

"Nalu gak bakal cakit! Nalu kan anak yang cehat dan kuat" tukasnya seraya memamerkan deretan gigi putihnya yang mungil. Tak lupa dia juga berlagak selaiknya orang dewasa yang memamerkan ototnya. Mencoba menunjukan bahwa dia itu sehat dan kuat.

Sang ibu hanya tertawa melihat tingkah polos putranya. Rasa gemas pun tercipta.
"Kaa-chan tahu, Naru itu anak yang sehat dan kuat. Tapi bisa saja setelah Naru main hujan-hujanan. Naru jadi sakit" tukasnya sekali lagi seraya mencubit pipi sang anak yang tengah mengembung lantaran kesal.

Raut wajah kecewa terpancar jelas dari wajah mungil sang Namikaze muda. Rasa keibuannya muncul, apakah ada seorang ibu yang tega melihat buah hatinya sedih? Tak ada bukan?

Terkecuali ibu tiri yang tega membuat seorang bocah menitikan air mata. Tapi Kushina bukan seorang ibu tiri, bahkan Kushina adalah seorang ibu bidadari yang sangat menyayangi malaikat kecilnya.

Dia pun menghela nafas. Mengaku kalah dengan sang anak.
"Baiklah! Tapi jangan lama-lama—" ucapnya belum usai namun, Naruto kecil sudah melompat kegirangan.

"Baik Kaa-chan" balasnya seraya berlari keluar.

"Dan jangan bermain di jalan raya" teriak Kushina kepada Naruto kecil yang baru saja melewati ambang pintu utama.

"Iya, Kaa-chan" jeritnya.

Kushina hanya geleng-geleng kepala, putra kecilnya cukup keras kepala juga rupanya. Mungkinkah Ia menuruni watak keras darinya? Mungkin saja.

Alunan tawa kecil mewarnai telinga seorang Ibu muda. Rasa penasaran itu muncul. Dia pun berjalan keluar hendak melihat tingkah sang buah hati yang begitu senangnya bermain dengan air hujan.

Senyum tipisnya terukir. Menatap Naruto kecil berlarian kesana kemari. Kedua tangannya ia tekuk di depan dada. Dengan mata masih menatap malaikat kecilnya.

Seseorang merengkuhnya dari belakang.
"Naru kecil sangat menyukai hujan tak seperti dirimu yang dulu, Kushina." ucap pria bersurai mentari, Ia lebih mempererat dekapannya. Mencoba membangun kehangatan.
"Uh, ternyata kau masih mengingatnya. Seharusnya aku memberikan hadiah pukulan atas kelancanganmu itu" seringai Kushina.

Lelaki yang menyandang status suaminya itu hanya tertawa renyah. Mengingat kejadian tujuh tahun yang lalu.
"Tapi kau senang, bukan?" ujar Minato menggoda sang istri. Tak dapat dipungkiri lagi. Rona merah telah menghiasi wajah cantiknya. Minato makin menyeruakkan kemenangannya. Dia berhasil membuat pipi sang istri menjadi semerah tomat.

Flash Back On

"Uh, mendung pasti sebentar lagi hujan." dengusnya seraya mempercepat langkahnya.

Baru saja Ia ingin berlari berharap hujan tak segera turun dan mengguyur dirinya.

Namun rupanya, sang hujan ingin bermain-main dengan dirinya. Hujan deras mengguyur tanpa kata.
Gadis bersurai merah itu pun segera berlari berusaha menjaga bajunya agar tetap kering. Dia pun akhirnya memutuskan untuk berteduh di depan kios roti yang telah ditutup.

Petang kian memperdalam, namun hujan tak kunjung berhenti. Gadis bersurai merah itu merengkuh kedua lengannya, mencoba menjaga kehangatan tubuhnya.

Sering kali Dia terlihat menggosokkan kedua telapak tangannya, guna menciptakan sensasi kehangatan walau tak seberapa.

"Kushina, kau belum pulang?" tanya seorang pemuda bersurai light-yellow yang tak lain adalah Minato Namikaze, pria yang menyandang status temannya selama kurang lebih setahun belakangan ini. Dia baru saja menyelesaikan kuliah malamnya. Dan dia juga senasib dengan Kushina. Terjebak di dalam hujan deras yang tak kunjung berhenti.

"Apa kau tak melihatku berdiri kedinginan disini?" jawab Kushina geram. Minato hanya mengangkat sebelah alisnya.
"Ya pasti aku belum pulang, Minato! Karena aku masih disini bersamamu sekarang. Astaga ku kira anak jenius sepertimu tak akan bertanya pertanyaan bodoh seperti itu!" oceh Kushina makin menjadi-jadi.

Minato hanya tersenyum tipis, memahami moody Kushina yang sedang terjun bebas saat ini. Apa karena hujan? Tanya Minato dalam batin.

Namun dia hanya menyimpan pertanyaan itu dan mencoba menerkanya sendiri. Dia tak mau gadis tambatan hatinya kian gusar karena pertanyaannya yang tak penting itu.

Suasana hening di antara shappire dan violet, hanya gemericik air yang terdengar. Helaan nafas Kushina berulang kali menyatu dengan bisingnya air hujan.

Kesal? Mungkin itu yang ia rasakan. Bosan? Terlihat jelas dari raut wajahnya. Kendati faktanya Kushina adalah gadis yang tidak suka menunggu, apalagi menunggu sesuatu yang tidak ia sukai seperti hujan ini.

Entah apa yang ada dipikirannya? Mengapa dia tidak menyukai sang hujan? Padahal hujan itu sangat menyenangkan bagi temannya, Minato Namikaze.

"Hujan ini menyebalkan!" dengus Kushina dengan bibir manyun, siapa pun yang melihatnya akan gemas kepadanya.

Tak terkecuali Minato, Ia diam-diam mengambil selangkah lebih dekat, mendekati gadis itu. Kini hanya tersisa beberapa puluh centi saja.

"Memangnya kenapa? Hujan itu seru" tukas Minato tak setuju dengan persepsi Kushina.

"Seru? Kau bilang seru? Kheh" kushina mendengus, senyum sinis menyertainya.

"Dingin, berisik, merepotkan! Apanya yang seru ?" tukas Kushina tak mau kalah.

"Kau tak percaya" seraya menatap Kushina lekat-lekat.

Kushina melirik sinis Minato. "Tidak sama sekali" jawabnya mantap seraya membuang muka degan sorot mata yang tajam menatap setiap bulir air yang jatuh.

"Kau akan menyesal"

"Tak akan" jwbnya cepat.

Minato memperhatikannya, seculas seringai terlihat. Dengan secepat kilat, Minato menarik tangan Kushina menyeretnya paksa membuat sepasang violet itu terbelalak lebar dengan mulut menganga.
"Hei apa yang kau lakukan ? Kau membuatku basah kuyup das—!" oceh Kushina terhenti ketika bibir hangat Minato menyapu bibirnya. Jemari Minato menangkup wajah Kushina. Ia mulai menikmati bibir manis Kushina, yang selama ini hanya keluar kata-kata pedas yang menyanyat hati lawan bicaranya. Gadis itu hendak melawan.

Namun apa daya, sentuhan itu membuatnya lemas tak berdaya. Lalu kemana sifat keras kepala, galak, serta habanero style-nya? Kemana semua itu?

Mungkinkah semua itu telah terkubur dalam-dalam? Entah kekuatan apa yang di pergunakan Minato, sehingga dia dapat menjinakkan habanero yang terkenal garang di kampus mereka.

*Kushina POV*

Apa ini? Kenapa aku tak mampu menolaknya? Mataku terpejam begitu saja seakan aku tergiur untuk terus menikmatinya. Rasanya nyaman dan juga hangat. Ada apa dengan diriku? Wahai Kami-sama apa maksudnya ini? Aku masih tak mengerti! Perlahan Minato melepas ciuman itu, aku membuka mataku perlahan. sapphirenya menatapku lekat-lekat, senyumnya mengembang.

Astaga, aku bagaikan tenggelam melihat sapphirenya . Hatiku seakan luluh menatap senyumnya yang menawan. Apa ini? Mataku kembali terbelalak lebar, ketika ia melangkahkan kakinya dan berdiri tepat dibelakangku.

Jantung ini seakan menggebu-gebu. Dia menggapai tanganku dan perlahan merentangkannya. Jantungku makin berdecak tak menentu. Dia membisikkan sesuatu tepat di daun telingaku, membuatku bergidik seketika suara baritonnya begitu lembut bak beledu.

"Tutuplah kedua matamu dan rasakan setiap bulir air hujan yang menyentuhmu serta... biarkan ia mengalir sampai ke hatimu. Maka disitu kau akan menemukan sebuah ketenangan." Ucapnya disertai senyum tiga jari nan menawan.

Entah sihir apa yang ia pergunakan. Aku langsung menurutinya begitu saja. Tak ada pemberontakkan dariku sama sekali.

Perlahan aku menutup kedua mataku, membiarkan setiap butir kehidupan menyentuhku serta mengalir dengan leluasa. Dan benar, aku merasakan ketenangan.

Aku menoleh, menatap sapphirenya yang indah yang sedari tadi menyorotku tanpa pernah rasa jenuh. Tanpa kusadari aku mulai terhanyut dalam birunya sapphire, sebiru sora yang membentang.

Sebuah senyum yang menyejukkan. Rasa suka terhadap hujan mulai tumbuh, bukan hanya hujan yang berhasil mendapatkan hatiku. Tapi juga Minato, pemuda yang telah mengubah sudut pandangku selama ini.

Kini hanya tersisa kenangan, ternyata hujan itu tak seburuk apa yang ku pikirkan selama ini. Dan Kini aku mulai menyukai hujan serta mulai menyukai orang yang merubah persepsi konyolku itu. Suka? Apa iya? Haha, itu hal paling konyol yang pernah kukatakan. Entahlah aku juga belum mengerti! Aku bahkan tak pernah tahu bahkan mengenal akan arti cinta ataupun suka! Lantas, apakah ini pantas disebut jatuh cinta? Entahlah, biarkan waktu yang akan menguaknya.

*Normal POV*

Hujan telah reda, dengan canggung Kushina berpamitan kepada Minato. Namun, pemuda Namikaze itu memaksa mengantar Kushina pulang. Akhirnya mau tak mau Kushina menurut.

Dan beginilah hasilnya, suasana terasa canggung diantara mereka Minato yang merasa bersalah maupun Kushina yang mulai dilema. Hingga keadaan tak nyaman itu lenyap ketika Kushina mulai menggigil kedinginan.

Minato menatapnya kian cemas. Ia melepas jaket kulit hitam legam miliknya, dan dilingkarkan ke bahu Kushina.

"Maaf jika ini tak membantu!" ucapnya tercekat. "Tapi mungkin ini bisa membantu." sambungnya seraya menarik Kushina dalam dekapannya. Violetnya terkatup, merasakan hawa hangat yang mulai merasuki setiap tulang rusuknya. Beberapa menit berlalu, Minato masih mendekap Kushina lembut.

Gadis magenta ini hanya bisa terpaku. Sekiranya cukup Minato melepaskan pelukannya, namun lengan kekarnya masih melingkar di pinggang Kushina dengan protektif. Ia tak mau melihat gadis tambatan hatinya menggigil kedinginan apalagi hingga berujung kata sakit. Ia tak ingin hal itu terjadi. Namun ternyata..

"Haciihhhh... Ha..ha..haciihhh"
Kushina gegas menyedot ingusnya. Minato hanya melongo selaiknya kambing cengo.

Flash Back Off

To Be Continued..

Mind to Review...?

Nami menerima kritik dan saran asalkan bertanggung jawab. Kami para newbie butuh kritik dan saran yg membangun, bukan hanya flame semata.. .