Harmony Day Love

Genre: Romance & Family

Rated: K+

Pair: Ivan/Gretel, Dirk/Gretel, Dirk/?

Disclaimer: Kalo Harvest Moon punya Ray, rasanya Ray ndak perlu bikin fanfic abal kayak gini deh…

Summary: Ivan sudah cukup lama menyukai Gretel, tapi ia masih belum berani untuk menyatakan perasaannya. Begitu pula dengan Gretel. Ia mulai menyadari kalau Ivan adalah sosok yang dicarinya. Dirk yang mengetahui bahwa kakak dan sahabatnya saling menyukai mulai iseng untuk menyemangati –atau mengejek?- kakaknya.

A/N: Di sini Ray buat umur Dirk 21 tahun, Ivan 24 tahun, Angelo 25 tahun, Lloyd 24 tahun, Raul 29 tahun, Gretel 22 tahun, Antoniette 21 tahun, Freya 24 tahun, Sherry 22 tahun, dan Daisy 23 tahun. Hansel jadi kakaknya Gretel yang tinggal di Kota Sunshine –kota Ivan dan Freya bekerja-, umurnya sekitar 26 tahun.

Warning: Typo, OOC, alur kecepetan, ending maksa, etc, etc… xp

Don't like? Don't read~

Like? Happy reading~

.

.

.

.

.

Chappie 1: Jealous

-Spring 7th, year 3, at 5.30 p.m.-

-Zephyr Café-

Normal POV

'Sore yang cerah~' pikir pemuda imut dengan pakaian serba merah, Dirk, sambil mengelap meja makan. Sebentar lagi shift kerjanya akan selesai. Ia mengelap meja makan dengan penuh semangat, seperti biasa. Dirk memang selalu begitu. Selalu terlihat enerjik, seperti tidak ada kata lelah dalam kamusnya.

"Klining… klining…" seorang gadis manis masuk ke Zephyr Café. Ia menyapa Dirk, Marian, dan Joan, lalu memesan secangkir apple tea dan sepiring chocolate cake, lalu memilih tempat duduk di dekat pintu masuk bagian selatan. Menikmati lagu bernuansa riang yang sedang diputar di Zephyr Café, lagu yang memang sesuai dengan musim semi yang ceria dan hangat.

"Pesananmu, Nona Gretel… hehe~" Kata Dirk tersenyum. Atau mungkin memang senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya, sehingga kehadirannya membawa keceriaan tersendiri bagi penduduk Kota Zephyr? Entahlah, mungkin hanya Dirk yang tahu. "Tumben sekali Kak Gretel memesan makanan di sini? Biasanya Kakak masak makanan sendiri," lanjutnya, masih dengan senyum yang tak pernah luntur dari wajah imutnya.

"Aku sedang malas memasak, nih. Lagipula, aku ingin sekali-sekali memanjakan diri dengan menikmati makanan di café sambil mendengarkan lagu. Kurasa tidak buruk, malah kupikir menyenangkan".

"Hehe~ tak kusangka Kak Gretel yang rajin bisa malas juga. Tapi pasti lebih baik kalau kak Gretel mampir pada sore hari seperti ini, tapi jangan terlalu malam. Soalnya banyak bapak-bapak yang mampir dan terkadang sampai mabuk lalu menyanyi tidak jelas, sampai kadang naik ke atas meja dan berjoget. Tapi aku suka, sih. Aku 'kan memang mencintai semua yang ada di Kota Zephyr~" seru Dirk penuh semangat.

"Dirk~! Jangan mengobrol saja! Selesaikan pekerjaanmu atau shiftmu akan kutambah 3 jam?" ancam Joan dari balik meja.

"Haa~? Iya… iya… maaf, Nek. Jangan ditambahin, dong. Aku 'kan juga mau bersantai dan bermain~" kata Dirk memohon. Marian yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepala, sudah terbiasa dengan hal ini. Berbeda dengan Gretel yang memberikan ekspresi yang sulit dibaca, antara terkejut dan geli.

"Kak Gretel, silakan dinikmati hidangannya. Oh, ya, sebentar lagi shiftku selesai, lho~! Bagaimana kalau nanti kita berjalan-jalan sambil mengobrol?" tawar Dirk.

"Hmmm…" Gretel menimbang-nimbang. Ditatapnya Dirk yang sudah dianggap seperti adiknya sendiri. Wajah Dirk yang sekarang terlihat manis, seperti anak kucing yang memohon diberi makanan, mungkin. "Sepertinya menarik. Pekerjaanku di ladang juga sudah kuselesaikan semua, kok".

"Asikk~! Kak Gretel memang yang paling baik~!" teriak Dirk kegirangan.

"Dirk!" panggil Joan, sekedar mengingatkan.

"Baik, Nek~" Dirk segera mengambil lap dan mulai membersihkan meja lagi. 'Seperti Kevin yang sedang dimarahi Claire,' batin Gretel.

.

.

.

-Spring 7th, year 3, at 6.15 p.m.-

-Zephyr Bridge-

Normal POV

"Lalu, Kevin dikejar oleh Claire hingga larut karena menyimpan banyak belalang di kolong kasurnya. Ckckk~ itu semua karena kamu sering mengajaknya berburu belalang," cerita Gretel. Mendengar itu, Dirk tertawa. Ia tak menyangka kalau Kevin menyimpan belalang tangkapan mereka di kolong kasur. Kevin pernah bilang kalau ia akan menyimpan belalang mereka. Tapi Dirk pikir, Kevin akan melepaskannya kembali, ternyata malah dikoleksinya, di bawah kasur pula.

Melihat Dirk yang tertawa, Gretel akhirnya ikut tertawa. Lucu juga ketika ia sedang mampir ke tempat Claire tiga hari yang lalu untuk membawakan masakannya -yang terlalu banyak untuknya sendiri- malah disuguhi tontonan kejar-kejaran seperti Tom dan Jerry.

Tak lama, tawa mereka pun mereda. Hening. Hal yang umum terjadi ketika satu topik telah selesai dibicarakan. Mereka masih asik menikmati udara sejuk Kota Zephyr. 'Memang pantas dijuluki kota angin. Udara di sini, dari pagi hingga malam tetap nyaman untuk dinikmati,' batin Gretel.

"Kak Gretel, Kak Gretel… Menurut kakak, Kak Ivan itu bagaimana?" tanya Dirk riang, memecah kesunyian.

"Eh~?"

"Hehe~ aku mengerti kok kalau Kak Gretel kaget. Aku sebenarnya tidak mau mengagetkan Kakak. Tapi aku bosan kalau sunyi seperti tadi, sih. Jadi aku bertanya tentang Kak Ivan. Lagipula…" wajah Dirk berubah menjadi agak muram.

"Lagipula kenapa?"

"Lagipula kakakku itu…. Ugh~ hari ini dia menyebalkan~! Masa' aku tadi dimarahi. Katanya aku membuat dapur seperti kapal pecah. 'Kan sebentar lagi akan ada perayaan Spring Harmony, jadi aku ingin belajar membuat chocolate cake untuk Antoniette," katanya cepat –seperti tanpa tanda baca, tanpa spasi- dengan nada agak manja, seperti sedang mengadu. Mungkin itu karena baru kali ini ia menemukan sosok dewasa lain selain Ivan yang menurutnya asik untuk diajak bercanda maupun serius. Hening. Sedetik kemudian…

"Hahaha~ Kamu itu, ya, Dirk. Untuk siapa tadi? Aku salah dengar atau… Uph~" cepat-cepat Dirk membekap mulut Gretel dengan tangannya. Takut kalau nama Antoniette, yang tadi ia sebutkan karena keceplosan, akan disebut dengan suara Gretel yang keras.

"Husss~ Kak Gretel… jangan disebut. Aku takut kalau Paman Claude dengar. Apalagi kalau Antoniette, aku 'kan malu," kata Dirk pelan, seperti sedang berbisik, tapi dengan wajah panic, matanya melihat ke kanan-kiri, mencari sosok Claude atau Antoniette. Lalu ia menghela nafas lega, menyadari kalau tidak ada yang mendengarkan perbincangan mereka.

"Haha~ maaf… maaf… habis kamu juga, sih. Bicara tanpa spasi gitu. Jadi tak disaring lagi apa yang keluar. Terus wajahmu itu, lucu banget! Sebentar marah, lalu pas nyebut 'dia' tersipu gitu." Gretel berusaha meredam tawanya, sambil memberikan penekanan pada kata 'dia' membuat Dirk panik kembali.

"Sudah ah, Kak Gretel," bujuknya. "Jadi bagaimana Kak Ivan?" katanya berusaha mengalihkan perhatian.

"Ivan, ya…?" tanyanya, lebih ditunjukkan pada dirinya sendiri. "Menurutku Ivan itu baik, dewasa, ramah, pengertian, sabar, perhatian, dan penyayang," kata Gretel mengawang-awang. Tanpa sadar wajahnya memerah. Buru-buru dialihkan wajahnya, berharap Dirk tidak melihatnya, namun sepertinya terlambat. Dirk hanya tersenyum, sudah dari dulu ia tahu kalau Gretel menyukai kakaknya.

"Memang, sih. Tapi Kak Ivan itu galak~" biarpun tahu Gretel menyukai kakaknya, Dirk tetap tidak mau mengalah. Mulutnya mengerucut, menunjukkan ia masih kesal dengan kakaknya. Kalau sudah seperti ini, siapapun tidak bisa mengatakan 'tidak' pada Dirk. Bisa-bisa, sifat kekanakannya muncul lagi, dan semakin parah. Jadi Gretel memutuskan untuk mengangguk, lalu tersenyum. Seketika niat jahilnya muncul. Ia melepas topi Dirk, lalu mengacak-acak rambutnya. Sontak Dirk terkejut.

"Kak Gretel~~!" teriaknya.

"Haha~ sini, tangkap aku kalau bisa," ejek Gretel sambil berlari, menuju ke arah timur Kota Zephyr. Dirk yang emosinya sedang tak menentu –senang, kesal, malu- segera mengejar Gretel. Sampai di air mancur dekat Hotel.

"Hosh… hosh… cepat juga larimu, ya?"

"Haahh… haahh… tentu saja. Aku 'kan sering mengejar belalang~" jawab Dirk bangga.

"Hosh… iya, iya… Duduk dulu, yuk. Aku capek…" ajak Gretel.

.

.

.

-Spring 7th, year 3, at 7.03 p.m.-

-Hotel Area-

Ivan's POV

Hari ini benar-benar melelahkan. Tapi di sini aku bisa bersantai dan menikmati angin. Selain itu aku juga bisa melihat ikan-ikan yang bebas berenang di sungai yang jernih. Memang tempat ini adalah tempat yang tepat untuk menenangkan diri dari kepenatan dan kebisingan suasana kota.

"Lalala~ tangkap aku kalau kau bisa, wee~" kudengar suara seorang gadis agak berteriak.

"Berhenti~! Awas saja kalau sampai tertangkap~" kudengar suara lain menyusul.

'Tunggu sebentar… Bukankah yang barusan itu suara Gretel? Lalu suara lainnya itu… Dirk! Sedang apa mereka di sini?' pikirku. Kudongakkan kepalaku dari ikan-ikan yang kupandangi. Benar, itu mereka. Sedang berkejar-kejaran malam-malam begini. Aneh sekali. Kulihat lebih jelas. Mereka terlihat akrab sekali. Bukan! Bukan hanya akrab, tapi juga mesra. Seperti… seperti sepasang kekasih.

"Itu Dirk dan Gretel, 'kan?" terdengar suara dari sisi sebelah timur. Suara Angelo.

"Iya… kya~ mereka manis sekali, ya? Serasi… aku jadi iri, deh," jawab Daisy berada di sebelahnya.

Mendengar itu, hatiku terasa perih. Apa aku cemburu? Pada adikku sendiri? Aku terdiam, berpikir. Gretel memang manis, Dirk juga ceria dan menyenangkan. Semua warga di kota ini menyukai mereka. Sedangkan aku lebih banyak meninggalkan Kota Zephyr, jadi tidak terlalu mengetahui apa yang terjadi di sini. Bukan hal yang aneh kalau aku tidak tahu tentang hubungan mereka.

"Haha~ kalau gitu, bagaimana kalau bersamaku? Kamu mau jadi pacarku, Daisy?" tawar Angelo. Kuperhatikan wajahnya memerah. Begitu juga wajah Daisy. Daisy hanya mengangguk, tanda persetujuan. Sepertinya aku sedang ada di tempat yang tidak tepat.

"Ah, apa yang kupikirkan sih?" bisikku pelan. "Lebih baik aku pulang saja," kataku, pada diriku sendiri.

.

.

.

-Spring 7th, year 3, at 8.38 p.m.-

-Ivan's and Dirk's House-

Ivan's POV

Aku menimbang-nimbang perkataan Daisy tadi. 'Apa benar Dirk dan Gretel berpacaran? Apa aku yang terlalu pengecut untuk mengungkapkan perasaanku?' argh~ semuanya membuat kepalaku semakin pusing saja.

Aku memutuskan untuk membaca buku yang sebenarnya sudah kubaca semua sampai selesai. Cara tersingkat untuk mengalihkan pemikiranku dari mereka berdua atau apapun yang dikatakan Daisy. Aku membaca tiap baris dari buku itu. Tapi jujur saja, tidak ada yang masuk ke otakku. Apa pikiranku sekarang hanya tertuju pada Dirk dan Gretel?

"Ceklek… blam…!" terdengar suara pintu dibuka. Dirk sudah pulang. Wajahnya terlihat ceria, seperti biasa. Tapi entah mengapa, hatiku sakit melihat keceriaannya. Apa karena aku tahu bahwa penyebab keceriaannya hari ini adalah Gretel?

"Aku pulang~ Lho? Kakak sudah pulang? Tumben sekali~ biasanya aku yang menunggu kakak pulang," kata Dirk ketika melihatku.

"Iya, kakak sedang ingin bersantai lebih lama di rumah," jawabku sekenanya. Aku berusaha mengendalikan perasaanku. 'Semoga Dirk tidak menyadari kalau aku melihatnya tadi' batinku.

"Hehe~ kalau gitu aku tidur duluan ya, Kak~ selamat malam~"

"Iya. Jangan lupa sikat gigi dan cuci muka".

"Baik~~"

Kulanjutkan membaca, yang mungkin sebenarnya lebih tepat kalau melihat isi buku. Aku tidak benar-benar membacanya. Lagi-lagi aku terbawa perasaanku. Apalagi ketika tadi melihat senyum Dirk. 'Apa yang salah dengan diriku? Wajar kalau Dirk menyukai Gretel. Dia memang wanita yang pantas dicintai siapapun. Wajar juga kalau Gretel menyukai Dirk. Siapa warga kota ini yang tidak menyukai Dirk?' pikirku.

.

.

.

Apakah Ivan akan menyerah untuk mendapatkan hati Gretel?

Mungkinkah Ivan dan Gretel bersatu?

Ataukah mungkin Gretel disambar (?) pemuda lainnya?

Bagaimana tanggapan Dirk atas perasaan kakaknya?

Setuju atau justru menolak dengan tegas?

TBC

.

.

.

Hai, minna~ Ray balik lagi. Kali ini Ray coba bikin fic yang agak panjang. Mudah-mudahan reader suka sama pairnya.

Sekedar info… 'ckckk' itu maksudnya mendecak. Tapi Ray ga tau suara mendecak itu gimana. Kalo temen-temen Ray sih, SMS Ray katanya 'ckckk' itu mendecak… #gapentingbanget

Oh, iya. Chappie 2 nya lagi dalam proses pengetikan, kok. Jadi minna ga perlu khawatir. Ray sih pengennya chappie 2 bakal cepet keluar kalo ga ada hambatan (misalnya: Ray males, ide nyangkut #duak~!). Doain aja ya, minna. Hehe~

Ray udah periksa sih ga ketemu typo nya. Tapi namanya juga manusia, Ray takut masih ada typo yang nyelip. Jadi mohon maap kalo minna masih nemu typo yang tersebar di seluruh Indonesia #plak~! anuu… maksud Ray, di seluruh fic. Ray juga udah usaha buat bikin Ivan ato Gretel ato tokoh lainnya ga OOC. Tapi… ung~ kayaknya masih gagal juga, deh. Ray kayaknya ga bakat buat ngedalamin karakter #pundung di pojokan. Jadi kalo ga keberatan, Ray minta reviewnya ya?

Terus, soal flame, Ray tanya sama Superman, katanya ga bole buat bakar kolornya, nanti dia jadi lemes #duak~! Jadi, flame kali ini Ray pake buat bakar ayam… yummie~ #ditendang

Arigatou~ ^^