A fiction by Hyrrokkin,
.
"Keep It Playing"
.
ChanBaek
.
Prologue
Malam yang sangat sunyi di sebuah rumah berarsitektur eropa kuno itu. Penghuninya sudah terlelap hampir 1 abad lamanya. Tebalnya debu serta sarang laba-laba seakan menambah aura kelam akan rumah tersebut.
Tiap malamnya, akan terdengar alunan suara burung hantu disertai dedaunan yang diterpa angin. Kabut tebal juga mengelilingi rumah itu kala musim penghujan tiba.
Setiap bulan purnama, akan ada seorang yang berkunjung. Jika kalian bertanya, 'mengapa?', jawabannya ada pada diri orang itu sendiri dan kau. Orang itu bukanlah penyembah ataupun penganut aliran. Tiap orang yang datang ke rumah itu, nyawanya seolah sebuah kutub utara magnet, dan rumah itulah kutub selatannya.
Orang itu datang dengan rasa berani; berani karena penglihatannya telah dimanipulasi oleh sebuah mahkluk. Dibenaknya, ia seperti tengah berjalan menuju surga, dengan pemandangan putih nan suci. Gadis-gadis maupun pria tengah tersenyum kagum ke arahnya. Seolah-olah memuja orang itu. Setibanya di depan pagar, ia akan disambut oleh bidadari dengan sayap lembut mereka yang mengepak serta senyum 1000 makna miliknya.
"Selamat datang, 08," ucap bidadari itu dengan gestur mempersilahkan lewat. Membuat si korban tersenyum tak karuan.
Sampai di depan pintu, ia kembali dihadang oleh dua orang bidadari. Namun kadar kecantikannya berkali-kali lipat lebih cantik. Bidadari itu melafalkan sebuah mantra,
"Mit all das Gute, das Supreme, ziehen Sie das ganze Fata Morgana. schwache Seelen mit Ihnen kann es immer sein"
Perlahan, fatamorgana itu hilang. Bunga-bunga serta hamparan rerumputan yang hijau dan langit biru, tergantikan oleh bau busuk serta kabut tebal. Semua hitam.
Namun, pria itu tetap biasa. Ia melanjutkan langkahnya menuju dalam, tidak terkejut sama sekali dengan perubahan drastis yang ada.
Ya, itu karena matra tadi.
.
Dengan segala kebaikan yang Maha, cabutlah seluruh fatamorgana. Semoga jiwa lemah senantiasa bersamamu.
.
Di dalam, ia disambut oleh seorang gadis dengan rambut panjang bersimbah darah. Gaun tidur putih itu sudah berubah warna, seakan menandakan bahwa sang gadis tidak pernah sekalipun berganti pakaian.
"Welcome here, sir. Are you ready to face the game?"
Gadis itu bertanya layaknya anak kecil dan disambut oleh anggukan patuh si calon pemain.
"Okay. Let's start it!"
Gadis itu menarik jiwa kosong si pria. Seiring menjauhnya langkah kaki sang gadis, perlahan gadis itu mulai menampakkan wujud aslinya.
Dan saat itu pula, ia naik pangkat menjadi sang pemain.
Dengan seluruh kesadarannya, pria itu berteriak.
.
.
.
.
.
-To be continued-
