[REMAKE] Dating With The Dark by Santy Agatha
.
.
Main Cast: Luhan (GS), Oh Sehun.
Other Cast: Kris, Irene, etc.
Genre: Romance, Drama.
Rated: M
.
.
Warning: Genderswitch, OOC, Mature Content and No Bash!
Disclaimer: Saya me-remake novel dengan judul yang sama karya Shanty Agatha dikarenakan ceritanya yang sangat bagus.
.
.
Don't Like, Don't Read
Sorry for Typo.
Happy Reading~
.
.
Prolog
.
.
Ketika malam itu bergayut, Luhan duduk termenung di atas ranjang, entah kenapa malam ini tidak seperti biasanya. Luhan merasa ngeri, rasa ngeri ini hampir sama dengan kengerian yang selalu menyerangnya di malam-malam dulu. Burung di pepohonan depan yang rimbut berbunyi-bunyi dengan suara menakutkan, mencicit seolah memberi pertanda.
Tetapi pertanda apa?
Luhan bolak-balik memeriksa alarm pintunya, dan menghela napas panjang. Alarm sudah terpasang dengan sempurna, pintu sudah tertutup rapat dengan kunci dan gerendel terpasang. Kenapa dia tetap merasa takut?
Luhan masuk lagi ke kamar, mengunci pintu kamarnya dan berbaring, menarik selimutnya sampai ke punggung. Seharusnya dia sudah merasa bebas, seharusnya dia tidak didera ketakutan lagi. Tetapi kenapa perasaan ini sama? Rasanya sama seperti dulu... jauh di masa lalu, dimana kenangan buruk menyeruak, kenangan yang sangat ingin dilupakannya.
Tiba-tiba terdengar suara keras di pintu belakang rumahnya. Luhan begitu terperanjat sampai terlompat dari tempat tidurnya. Jantungnya berdebar dengan keras, dia menatap ke arah pintunya dan meringis...
Apakah dia tadi sudah mengunci pintu kamarnya?... Apakah ada seseorang yang menerobos pintu belakangnya? Bagaimana kalau orang itu masuk ke kamarnya?
Pertanyaan-pertanyaan itu mendorong Luhan melompat panik, dan kemudian memeriksa kunci pintu kamarnya.
Terkunci...tentu saja...
Luhan menghela napas panjang, dan menyandarkan tubuhnya di pintu. Lama dia menunggu, mungkin akan ada suara-suara lagi diluar sambil menahankan debaran jantungnya yang membuatnya makin sesak napas.
Tetapi suasana sungguh hening, tidak ada suara apapun. Luhan bahkan merasa bahwa dia hampir mendengar debaran jantungnya sendiri yang berpacu dengan begitu kuatnya.
Apakah suara di pintu belakangnya tadi hanyalah halusinasinya?
Setelah menghela napas panjang, Luhan membuka kunci pintunya. Dia tahu bahwa dia telah melakukan tindakan bodoh seperti di film-film horor yang sering dilihatnya, mendengar suara aneh... bukannya lari dan bersembunyi tetapi malahan mendatangi bagaikan ngengat yang tertarik mendatangi api yang akan membunuhnya.
Rumah Luhan kecil sehingga kamarnya langsung mengarah ke ruang tamu yang merangkap sebagai ruang keluarga dengan TV besar mendominasi bagian tengahnya, lalu ada lorong kecil ke area dapur... dapur tempat suara itu berasal.
Luhan menyalakan lampu ruang tengah dan menghela napas panjang ketika menyadari bahwa tidak ada siapapun di sana. Jantungnya makin berdebar ketika menunggu melangkah ke arah dapur... di sana gelap dan pekat. Dengan hati-hati Luhan menyalakan saklar lampu tetapi langsung mengerutkan kening ketakutan ketika saklar itu putus. Lampu dapur tidak menyala dan Luhan mengernyit menyadari kegelapan di depannya. Tangannya meraba-raba mencari ponsel yang tadi sempat dimasukkannya ke dalam saku piyama.
Dengan pencahayaan ponsel yang seadanya, Luhan melangkah maju memasuki area dapur itu. Cahayanya gelap dan remang-remang, membuat Luhan merasakan bulu kuduknya berdiri.
Tampaknya di dapur tidak ada siapapun. Tetapi kemudian mata Luhan terpaku pada sesuatu di dapur. Sesuatu yang membuat jantungnya berpacu cepat dan wajahnya pucat pasi. Sesuatu yang memancarkan cahaya lembut berwarna kuning redup terselubungi lilin yang berwarna biru.
Masa tenang kehidupannya sudah berakhir... impian untuk menjalani hari-harinya seperti orang biasa musnah sudah.
Luhan berpegangan ke dinding untuk menopang kakinya yang gemetaran, matanya menatap ke arah benda itu. Sebuah tanda...tanda yang samar-samar menyeruak ke dalam alam bawah sadarnya, menarik ingatan Luhan yang telah lama hilang dan mengingatkannya.
Seketika pengetahuan mendalam muncul di benak Luhan, membuatnya merasakan ngeri yang luar biasa. Lilin berwarna biru yang menyala itu adalah tanda, tanda yang ditinggalkan oleh sang pembunuh paling kejam yang dia tahu entah kenapa.
Pembunuh itu sudah menemukannya...
Selesailah sudah. Nyawa Luhan mungkin tinggal beberapa saat lagi. Matanya melirik ketakutan ke arah tanda di meja dapurnya.
Lilin berwarna biru itu...jumlahnya ada sembilan buah...diletakkan dengan rapi dan diatur indah setengah lingkaran di atas meja dapurnya, cahaya redupnya tampak kontras dengan ruangan dapur yang gelap gulita...
Lalu seperti muncul begitu saja dari bayangan gelap di belakangnya, jemari yang kuat tiba-tiba menyentuh lehernya dari belakang, lembut dan tenang. Luhan tercekat, tetapi tidak bisa memberontak, pada akhirnya yang bisa dilakukannya hanyalah memejamkan matanya.
.
.
Tanpa perlawanan yang berarti tubuh Luhan lunglai dalam pelukannya, ada rasa sakit dan terkejut luar biasa di sana. Mata Luhan yang membelalak mengatakan demikian. hingga beberapa detik kemudian, mata Luhan kehilangan cahayanya, menutup dengan lemah, meninggalkan bercak gelap yang merintih tak bersuara disana.
Sang Pembunuh alih-alih melarikan diri terburu-buru, malahan dengan tenang mengangkat tubuh Luhan yang pingsan dengan kedua tangannya, ke sudut ruangan, ke bagian ruang tengah rumah berlantai kayu yang dipernis mulus itu. Dia duduk di sana dan memangku tubuh Luhan yang lunglai tanpa daya, dibelainya rambut hitam panjang Luhan, diciuminya aroma leher korbannya. Sungguh diperlakukannya Luhan bagai kekasih tertidur yang akan ditinggal pergi diam-diam. Sorot mata Sang Pembunuh adalah sorot mata kekasih, penuh cinta dan harapan yang meluap-luap.
Bukan sekali dua kali ini ia membereskan seseorang yang lemah seperti Luhan, ia sering menyebutnya order kecil . Cepat, mudah dan tak jarang korbannya cantik luar biasa, seperti apa yang dilihatnya sekarang. Anehnya Sang Pembunuh selalu saja menetapkan harga yang amat sangat tinggi untuk order kecil seperti ini.
Tanpa alasan jelas, ia selalu bilang begitu kepada kliennya, karena tak mungkin mereka mengetahui bahwa Sang Pembunuh adalah pemuja wanita, butuh pengorbanan besar dari nurani untuk membunuh seseorang, tetapi bahkan ia akan mengorbankan lebih besar lagi untuk membunuh Luhan, satu-satunya wanita yang telah menyentuh hatinya.
Bibir sang pembunuh menyentuh bibir Luhan, melumatnya lembut penuh cinta. Sebelum akhirnya gelap dan pekatnya malam yang semakin dalam, menelan mereka berdua.
.
.
TBC
Setelah ngilang berbulan-bulan akhirnya saya balik lagi~
Kali ini saya membawa ff yang di remake dari novel karyanya Mbak Shanty Agatha :)
Jika ada yang berminat, saya lanjut, tapi jika tidak ada, saya stop sampai disini :D
So, Review juseyo~~
