"Anoo, Senpai, saya dari kelas 1-2, sayaー"
Seorang gadis menghampiri Tetsurou Kuroo yang sedang bermalas-malasan memakai sepatu voli-nya. Sebentar lagi latihan. Kau tau?
"Maaf saja, aku mau ikut kejuaraan jadi tidak ada waktu untuk pacar-pacaran." Cowok itu langsung menjawabnya dengan muka malas. Oh, ayolah, sudah berapa kali kuroo ditembak adik kelas, teman seangkatan, teman sekelas, bahkan pernah dulu waktu kelas dua ia pernah beberapa kali juga diajak pacaran sama kakak kelas.
Polanya terbaca sekali, deh. Sudah hafal betul Kuroo.
"Eh?"
Tapi apa ini? Kenapa anak itu malah terlihat kebingungan saat Kuroo menjawabnya seperti barusan, harusnya kan ia memperlihatkan wajah frustasi atau minimal patah hati. Biasanya Kuroo dibegitukan soalnya. Kalau ditolak cowok perfect kan memang seharusnya begitu. Eh, Apa dia tidak tau makna ditolak?
Kuroo pura-pura tidak lihat saja lah.
"Maaf senpai, saya hanya mau bilang, kalau saya mau mendaftar jadi manajer klub voli." Gadis itu menjawab dengan mata bulat yang polos.
Ini pasti kospirasi untuk mempermalukan Kuroo kan?!
Pasti tadinya dia mau nembak, karena sudah kepalang ditolak makanya langsung ganti haluan dengan bilang mau jadi manajer. Pasti begitu! Pasti!
Kuroo tidak menjawab dan menatap gadis itu dengan tatapan datar miliknya. Jahat sekali.
"Tadi saat saya tanya anak OSIS, kalau mau jadi manejer klub voli harus bilang ke Kuroo-senpai karena Kuroo-senpai adalah ketua klub volinya."
Hebat juga anak ini. Masa sudah di 'pelototi' Kuroo masih saja memasang wajah senyum polos tanpa dosa. Seakan tidak menyadari kalau bahaya mengintai.
"Boleh saja. Tapi kalau menjadi manejer tidak boleh bersantai-santai ataupun cuma modusin anak voli."
Gadis itu mengangkat tangannya dengan gaya memberi hormat. Semangat sekali mengatakannya.
Dan itu pertemuan pertama Kuroo dengan si Manejer voli Nekoma.
.
.
.
Disclaimer : ハイキュー!! punya Hairuichi Furudate-sensei, kuhanya pinjam tokohnya sebentar untuk memuaskan hasrat (?) fangirling-an.
.
.
M A N E J E R
Nopembermu 2018
.
.
.
Harus Kuroo akui, tim yang punya manajer itu sangat membantu.
Minus kelakuan Yamamoto yang rasa bahagianya menjadi liar lantaran punya manajer yang polos dan menyukai voli. Ia semacam over protektif. Seperti adatnya Karasuno pada manajer-manajer mereka, mungkin mulai besok kuroo akan menjauhkan Yamamoto dari pergaulan anak-anak anoying Karasuno.
Ya, si Manejer sangat menyukai voli. Sayang, gadis yang dibicarakan ini sangat payah dalam olahraga voli, mungkin itu sebabnya dia tidak diterima jadi anggota klub voli putri dan melarikan diri menjadi manajer voli putra.
"Manajer-san, bolehkah aku minta minum dua botol?" Kenma menghampiri si Manejer. Pemandangan seperti ini tidak luput dari kuroo, belakangan ia sering memperhatikan orang.
Dari dulu sih sepertinya.
"Sebentar Kenma-senpai, kuambilkan!" Dengan cekatan gadis itu akan lari dan mengambil dua botol persis seperti yang dimau Kenma.
Setelah mengucapkan terimakasih dengan suara super kecil, Kenma pergi berlatih lagi.
Dan setelah Kenma pergi, entah inisiatif dari mana, Kuroo menghampiri gadis yang sedang melipat beberapa handuk bersih dan menempatkan nya di keranjang. Kuroo memperhatikannya cukup lama sebelum si gadis menyadari bahwa kapten sudah berada disekitarnya.
Kuroo berjongkok tepat disebelah dengan tatapan lurus kearahnya.
"Ya, Kuroo-senpai ada yang dibutuhkan? Mau kubantu apa?" Gadis kelas satu itu langsung dalam posisi siaga. Seakan dalam hitungan ketiga ia akan melakukan apapun yang si kapten perintahkan.
"Hanya memperhatikanmu."
"Eh? Aku?"
"Ya."
Kalau cewek-cewek normal (setidaknya bagi Kuroo) biasanya akan salah tingkah dengan muka memerah seperti tomat kalau disuguhi kata-kata boyish Kuroo. Tapi gadis ini anti-mainstream, ia malah dengan wajah polosnya mengangguk-angguk seolah-olah paham, "Ohhh, memperhatikanku ya."
Kuroo mengangguk "Benar."
"Kapten ingin membantuku ya?"
Eh?
Dia tersenyum cerah sekali setelahnya, "Tenang saja, Capt. Meskipun pekerjaan manajer itu merepotkan tapi aku suka sekali melakukannya!"
Kuroo terpaku di tempat nya.
"Kapten tau tidak, aku sangat suka kalau kita sedang melakukan camp training bersama sekolah lain!"
"Benarkah?"
"Ya! Aku bisa melihat spiker super hebat dari Ace nasional yang buaaghhh gitu suaranya, hebat banget kan?"
"Aku bisa melakukannya." Jawab kuroo tanpa mengalihkan pandangannya dari si Manejer yang asik berceloteh.
"Ah iya juga sih, kapten hebat melakukan nya juga. Tapi si Ace nasional itu juga hebat sekali."
"Mungkin kau menyukainya."
"Ah, kapten bercanda, tidak tidak tidak," ia tertawa sambil mengibaskan tangannya, "Aku juga senang melihat serangan sinkronisasi yang kompak banget dari Shinzen, dan juga anak-anak Karasuno, si kepala jeruk itu, wahhh, dia kecil tapi spike-nya keren!"
"Kau nggak haus?" Sanggah Kuroo.
"Eh, enggak. Kenapa?"
"Ngomong terus." Kuroo tersenyum.
Manejer juga tersenyum. Benar ternyata kata orang, kalau senyum itu bisa menular. Baru tau Kuroo.
"Terimakasih ya, Capt. Berkatmu menolehkan aku jadi manejer klub voli, setiap hari jadi terasa menyenangkan. Aku yang payah sekali ini dalam voli, jadi bisa merasakan sensasinya lebih dekat, aku juga bisa bertemu para kakak kelas yang baik hati, Kenma senpai, Yaku senpai, Yamamoto senpai, semuanya." Ia mengambil napas setelah bicara panjang lebar, tapi tetap dalam senyumnya, gadis itu tetap.
"Kau tidak menyebut Lev?" Canda Kuroo.
"Ah, ayolah kapten aku kadang sebal sama dia." Ia lalu tertawa.
"Dasar、eh aku juga sih."
"Dan bertemu denganmu, Capt. Itu hal paling menyenangkan." Ujarnya, sekali lagi dengan senyum polosnya, tanpa dosa. "Aku sangat bersyukur bisa jadi manejer voli di Nekoma, kapten."
Waktu sekian detik itu berhenti bagi Kuroo.
Bagi cowok itu, ia menilai sangat rendah pada Manejer didepan nya ini. Menyepelekan malah. Kuroo selalu berpikiran bahwa gadis ini akan sama seperti para gadis lain yang selama ini tergila-gila padanya hanya karena satu senyum miring darinya.
Tapi tidak.
Gadis itu menganggapnya tak lebih dari seorang senior dan ketua eskul. Gadis itu tak pernah tertarik pada apapun selain voli. Seperti Kenma, hanya saja beda objek.
Gadis itu tergila-gila, tapi bukan pada Kuroo.
Dan karena rasa diabaikan itu, perlahan (dan seperti kebiasaannya juga sih) Kuroo selalu memperhatikan gadis itu, lantas setelahnya Kuroo langsung menemukan kesimpulan bahwa gadis itu cuma punya dua ekspresi; Tawa dan raut kebingungan.
Ia tidak pernah terlihat depresi, sedih, atau pun marahーia selalu bahagia, ia benar-benar gadis baik.
Dalam waktu sekian detik yang berhenti untuk adegan flashback dalam kepala Kuroo, untuk rentang waktu yang terbatas tersebut, si pemikir Nekoma bisa menarik kesimpulan, bahwaー
Kuroo membelakangi lapangan dan menghadap langsung kearah si Manejer, dan tanpa diperintah apapun ia memiringkan wajahnya tepat di depan wajah manejer, Kuroo menciumnya.
ーia menyukai gadis ini.
Kuroo sudah memastikan bahwa 'kejahatan' yang ia lakukan barusan itu tidak dilihat siapa-siapa. Hanya saja manejer masih membatu di tempatnya.
"Hei, Kuroo-senpai," gadis itu masih memasang ekspresi terkejut yang sama, dengan suara super lambanーpersis cara bicaranya Kenma.
Si cowok brengsek yang habis mencium anak orang itu tersenyum miring, "Ya?"
"Bukankah katamu kau tidak pernah tertarik dengan para gadis."
"Benar."
"Tapi kau menciumku kan tadi?"
"Ya, itu benar."
"Tapi orang hanya mencium orang yang mereka sukai'kan?"
"Ya, itu juga benar." Kuroo tersenyum sambil berdiri, membiarkan gadis polos itu dalam keterpanaannya.
"Aku tidak suka para gadis berisik, tapi manajer," cowok boyish itu memberi jeda.
"Kau pengecualian."
Ia lantas pergi memasuki lapangan, dengan bersuka cita. Dalam 17 tahun hidupnya, baru kali ini Kuroo menyatakan perasaan pada seorang gadis. Tidak buruk juga. Biasanya ia berpacaran karena di tembak cewek, dan ini pertama kali buatnya menggoda anak orang sampai terpana seperti itu.
Dasar, Kuroo tidak bertanggung jawab!
.
.
.
Selesai.
.
.
.
"Kuroo, aku boleh cerita?"
Malam itu sepertinya akan jadi malam terakhir yang besoknya akan kiamat. Kenapa? HEI KENMA MASUK KE KAMAR KUROO BUKAN MEMBAWA VIDEO GAME TAPI BERKATA , boleh aku cerita?
"Wow, apa sebentar lagi monster Ultraman akan keluar dari dalam laut?" Kuroo yang sedang goleran dikasur menyambut Kenma yang seperti biasa main ke tempatnya, paling game kan? Tapi seperti nya hari ini kepala puding itu membawa sesuatu yang berbeda.
"Berisik."
"Kenapa? Silakan cerita sajaa~"
"Kalau aku bertanya dulu bagaimana?"
"Oke, bertanyalah sesukamu."
Kenma malah diam, menyisakan suara AC yang mendominasi pendengaran keduanya.
Sepuluh detik berselang, masih tidak ada yang berbicara.
Kuroo tentu sabar, ia tau Kenma yang gugup seperti ini punya cerita penting tentang dirinya sendiri yang jarang ia bagi pada orang lain, termasuk ke padanya. Jadi ia bersabar.
Ia yang paling mengenal Kenma.
"Apa yang dilakukan orang saat mereka menyukai orang lain?"
GILA, GOKIL, KENMA SI HATI ES MENANYAKAN HAL-HAL SEPERTI INI?
Kuroo harusnya kau menyalakan perekam suara tadi. Soalnya kejadian langka yang bisa jadi hanya terjadi sekali seumur hidup.
"Seperti kau menyukai seseorang ya?"
Tidak seperti biasanya, Kenma kali ini menjawabnya dengan sangat yakin, "Ya, aku suka seseorang."
Kuroo tertawa senang, mungkin setelah Kenma bercerita ia juga akan bercerita kalau ia pun habis mencium anak orang karena suka, "Aku juga kayaknya lagi suka orang deh."
"Paling kau baru jadian dengan cewek-cewek kan?" Dengus Kenma.
"Bukan kok, ini beda." Kuroo melirik Kenma nakal, ternyata mereka ini sangat sehati, sampai suka sama orangpun di waktu yang bersamaan begini, "Jadi siapa perempuan yang kena sial disukai olehmu?"
"Manejer kita."
Suara AC lagi-lagi mendominasi keterdiaman tiba-tiba dalam ruangan itu.
Kuroo dan Kenma benar-benar sehati, kan?
"Kalau Kuroo, siapa perempuan yang kena sial disukai olehmu?"
.
.
.
Selesai (BENERAN INI MAH).
.
.
NOTE :
SELAMAT ULANG TAHUN KUROOOOO (LEWAT 2 HARI SIH WKWKWKWK) GIMANA, MENDING DILANJUT APA NGGAK NIH?MAKASIH BANYAK YA YANG SUDAH BERSEDIA MEMBACA KARYA ABALKU INI :')
