MY BODYGUARD
By Cha ChrisMon
.
Casts:
Jeon Wonwoo (GS)
Kim Mingyu
And others
.
Warning: para Uke as GS, AU, Lemon, typo(s), misstypo(s) dan hal lainnya yang tidak disadari oleh author.
.
The casts all belong themself, i am just an ordinary fan who use their name for my story.
.
Persembahan untuk Sapphire Crystal Eonnie tersayang yang bulan kemarin berulang tahun. Chukkae eonnie~~~ Mianhe telat banget kado ff nya #bow. Dibagi jadi 2 chapter biar ga kepanjangan.
Happy Reading for eonnie dan reader semua~
Lebih baik sambil mendengarkan lagu dari Ed Sheeran "Shape of You".
.
.
.
-oOo-
.
.
.
"Kau harusnya mencari seorang kekasih, oppa jadi tidak akan merasa ketakutan meninggalkanmu sendirian," keluh seorang pria yang kini duduk di atas kursi kebesarannya di dalam ruang kantornya.
"Kekasih? Kau yakin?" Tawa kecil mengudara seakan tak percaya dari seorang wanita yang terlihat lebih muda, duduk berhadapan sambil memainkan gagang cangkir berisi green tea miliknya yang tersisa setengah.
"Tentu, seorang pria yang mampu menjagamu."
"Yunho oppa sepertinya tidak ingat. Setiap pria yang aku perkenalkan, pasti selalu oppa tolak," keluh wanita yang bernama asli Jeon Wonwoo tersebut.
"Aku dapat membedakan mana pria yang baik untukmu."
"Tanpa menghiraukan apakah aku akan menyukai pria pilihanmu itu atau tidak."
"Oh, Wonie... bukan maksudku seperti itu. Kau ingat mantan terakhirmu, hm? Buktinya kalian berpisah." Jeon Yunho sedikit mengejek sang adik kandung.
Wonwoo mendengus pelan, "Yah... oppa jadi orang yang paling bahagia saat itu."
Yunho tergelak saat mengingat bahwa ia tidak menyukai pemuda bernama Kai yang merupakan seorang street dancer. Tampan namun kurang bertanggungjawab. Lagipula saat itu ia tahu jika Kai tengah menjalin hubungan dengan seorang wanita bernama Kyungsoo di belakang Wonwoo.
"Tenang saja, aku tahu seleramu."
"Kenapa aku merasa aneh. Oppa tidak berganti haluan menjadi seorang gay bukan?"
"Yak! Buktinya saja sudah ada Minhyun kecil. Kau masih meragukan kelelakian oppa-mu ini?!" seru Yunho gemas saat Wonwoo tertawa keras.
"Oh, iya. Kau tahu bukan kalau oppa lagi sering diincar oleh para pesaing perusahaan kita?" ujar Yunho saat tawa Wonwoo mereda.
Wonwoo menganggukkan kepalanya sekali dengan ragu karena tiba-tiba saja jantungnya berdegup kencang.
"Oppa mohon, kali ini kau mau dijaga oleh seorang bodyguard."
"Bodyguard?"
"Iya."
"Kenapa?"
"Karena oppa takut mereka mengenalimu. Selama ini kau selalu bersembunyi karena ingin bebas tanpa bayang-bayang marga Jeon. Dan oppa sangat menghargai segala keinginanmu, Sayang."
"Tapi kau mulai terlihat karena kau sempat menjadi model majalah Jaejoong." Yunho terlihat agak tegang, "Joongie bahkan bercerita jika banyak yang menanyakan dirimu siapa padahal ia sudah bilang jika namamu akan tetap dirahasiakan. Tapi melihat kemiripan kita berdua, ada yang mulai berpikir bahwa kau adalah adikku. Walau ingin sekali aku menjawabnya dengan bangga jika adikku yang cantik ini yang mereka bicarakan."
"Aku tahu, Oppa. Lagipula kau masih mendapatkan teror dari para saingan bisnismu itu. Walau kita belum bisa menemukan bukti kuat untuk menggugat mereka. Aku jadi kesal."
"Tenang saja. Aku sudah meminta bantuan dari pihak intel agar cepat dibereskan. Lagipula oppa sedang mencari cara untuk membongkar kasus permainan dana yang dilakukan mereka dengan para pejabat."
"Jangan sampai semakin membahayakan dirimu, Oppa."
Yunho bangkit dari duduknya, berjalan ke arah Wonwoo, memaksa sang adik berdiri kemudian memeluk tubuh yang jauh lebih mungil darinya itu. Merengkuhnya seerat mungkin yang dibalas oleh Wonwoo, tersenyum tipis saat Yunho mengecup puncak kepalanya.
"Jadi, mulai kapan aku mendapatkan penjagaan?" tanya Wonwoo dengan suara teredam masih dalam dekapan Yunho.
"Harusnya ia sudah datang sekarang. Setahuku ia selalu ontime." Yunho melepaskan pelukan mereka. Dahinya berkerut saat ia melihat jam tangan yang menunjukkan waktu perjanjiannya dengan sang bodyguard telah lewat dari 15 menit.
"Kau mengenalnya baik?" tanya Wonwoo penasaran.
"Begitulah."
"Apa ia pengangguran sehingga bisa menjadi bodyguard-ku?"
"Tidak. Hanya saja ia sedang ingin meliburkan diri."
"Stress?"
Yunho terkekeh kecil, "Seperti itu."
"Ia tidak akan dipecat?"
"Tidak, tentu saja tidak. Kau tenang saja, mungkin akan sedikit aneh jika kalian sedang dalam posisi santai dan ia berkutat dengan laptopnya."
"Jadi ia masih bekerja? Freelance?" tanya Wonwoo bertubi-tubi karena sebelumnya ia tidak pernah dijaga oleh bodyguard.
"Yang pasti ia masih berhubungan denganku, Wonie."
"Pria itu benar-benar bisa menjagaku, 'kan?" tanya Wonwoo mendadak tidak yakin.
"Setiap orang akan berpikir seribu kali saat melihatnya."
Percakapan mereka terhenti saat terdengar suara ketukan di pintu. Keduanya menoleh secara bersamaan ke arah pintu.
"Masuk!" seru Yunho.
Seorang pria tampan dengan tatapan matanya yang tajam disertai dengan tubuhnya yang begitu tegap dan kekar, sangat pas dengan setelan jas dan celana formalnya yang berwarna hitam. Begitu jantan. Bahkan aroma aftershave yang begitu menggoda dapat tercium baik oleh Wonwoo.
"Akhirnya kau datang juga! Perkenalkan, Kim Mingyu. Bodyguard yang akan menjagamu." Suara Yunho agak sedikit terdengar aneh karena nada antusias saat memperkenalkan pria itu.
"Kau?!" pekik Wonwoo tidak percaya
"Cukup panggil Mingyu."
"Mingyu. Oke," ucap Wonwoo dengan suara sedikit bergetar dan tiba-tiba saja merasa bodoh karena seketika terpikat pada bodyguard-nya.
"Kalian sudah saling mengenal?"
"Tidak, hanya pernah bertemu," jawab Wonwoo agak sedikit tercekat.
"Di mana?"
"Saat kami ingin membeli minuman," sahut Mingyu dengan sedikit seringai di bibirnya sambil menatap Wonwoo dengan kilatan matanya yang seakan menemukan buruannya. Mengirim getaran halus disekujur tubuh Wonwoo yang masih mengingatnya dengan baik.
Mingyu benar. Minuman beralkohol. Bar.
Tapi Mingyu tidak ingin mengungkit pertemuan pertama mereka di depan sahabatnya sendiri. Tidak, biar mereka berdua yang tahu apa yang terjadi. Mingyu sungguh tidak mengira jika Wonwoo adalah adik dari sahabatnya. Hingga kini mata Mingyu dan Wonwoo saling beradu pandang, seakan saling menjelajahi dan menilai bentuk wajah dan tubuh masing-masing, apa ada perubahan dari terakhir kali mereka bertemu.
Membuat Wonwoo merasa basah hanya dengan melihat pria itu, sedangkan Mingyu merasakan kejantanannya mengeras hanya dengan menatap wanita yang selama ini menjadi fantasi seks para pria yang pernah melihatnya. Termasuk seorang Kim Mingyu yang tidak pernah melupakan malam panas keduanya.
.
.
.
.
.
FLASHBACK ON
1 Bulan yang lalu
Tiga botol bir beradu di udara, menimbulkan dentingan kecil yang suaranya teredam otomatis dalam hingar bingarnya musik. Wonwoo meneguk birnya sekali sebelum meletakkan botolnya di atas meja bar, berdampingan dengan botol lain milik Jeonghan dan Seungkwan yang duduk di sisi kiri kanannya. Wonwoo bukan peminum yang baik, ia tahu berapa tenggakan yang dapat ia tolerir karena itu ia selalu kebagian sebagai pengontrol dan penyelamat keadaan sahabat-sahabatnya saat mabuk.
Wonwoo tersenyum tipis saat mendengar dentuman musik yang keras. Ia terkadang hanya butuh suasana bising seperti ini, di mana tidak ada orang yang mau mencampuri urusan orang lain kecuali menyangkut minuman, menggoda, bergoyang dan seks. Wonwoo hanya mencari sedikit pelepasan, kadang dengan meliukkan tubuhnya bersama para sahabatnya. Sedikit liar namun Wonwoo selalu menepis tangan-tangan jahil yang ingin menggerayangi tubuhnya.
"Hei, Girls! Aku mau berburu pria hot dulu, oke."
Jeonghan tanpa perlu berpamitan lama segera mencium pipi Wonwoo dan Seungkwan kemudian meletakkan kunci mobilnya di hadapan Wonwoo. Tidak ada niatan menunggu keduanya mencerna apa maksudnya. Hanya butuh beberapa detik setelah kepergian Jeonghan sang pemburu lelaki, Wonwoo dan Seungkwan saling bertatapan kemudian serentak memutar kedua bola matanya bosan.
Wonwoo berdecak seraya melipat kedua lengannya di dada. Tangannya bertumpu terlalu erat hingga belahan dadanya yang menggoda keluar dari leher gaunnya yang rendah. Terlihat padat dan ranum, seakan minta diremas oleh tangan kasar seorang pria jantan. "So, hari ini jadwalnya ia melakukan one night stand, eh?"
"Kurasa ini belum sebulan dari terakhir kalinya dia menggaet si pengacara tampan," gumam Seungkwan sembari meneguk minumannya sekali.
"Stress."
"Sudah pasti. Kau tahu sendiri, Wonie. Jeonghan type teratur yang mencoba bermain aman."
"Kau juga ingin melakukannya," kekeh Wonwoo saat mendapati bola mata Seungkwan beberapa kali terpancing untuk melirik seorang pria blasteran yang duduk di sofa bersama beberapa pria tak jauh dari mereka berdua. "Tidak ada wanita. Dekati saja kalau kau ingin," lanjutnya.
"Eh?"
"Matamu bagus juga. Siapa tahu ia bisa menjadi kekasihmu."
"Seandainya, Wonie," sahut Seungkwan dengan helaan napas mendamba, "semoga saja ia melirikku dan akan lebih beruntung jika ia pria baik-baik."
Sontak Wonwoo tertawa, suara merdunya terdengar di beberapa pasang telinga yang berada tak jauh darinya. Terhipnotis dengan wajah wanita seksi berbalut mini dress yang terlihat semakin cantik. "Jangan bercanda, Nona Boo. Ini klub malam, tidak ada orang baik-baik di sini."
"Sialan," desis Seungkwan meneguk sisa bir hingga botolnya kosong, memberi tanda pada seorang bartender tampan yang segera paham memberinya botol bir yang baru, "Kau baik. Aku baik. Dan kita diperbolehkan minum dan bergoyang di sini, Wonwoo sayang."
Wonwoo terkekeh kecil, mengangkat botol birnya yang hanya berkurang setengah yang langsung disambut Seungkwan mendentingkan botol mereka. "Tentu saja kita baik. Tidak ada one night stand, kecuali mabuk berat."
"Untukku iya. Aku berpikir kapan kau mabuk, Won?"
"Saat oppa-ku masuk rumah sakit karena tembakan di bahunya."
"Dan kau nona Jeon yang gila malah frustasi tidak bisa membantu menyelesaikan masalah Yunho oppa, malah minum sampai mabuk di tempat Jeonghan."
Keduanya tergelak kembali saat mengetahui jika mereka memang mengetahui keburukan satu sama lain. Mereka bertiga bukan wanita polos yang tidak pernah bercinta. Hanya saja Wonwoo dan Seungkwan akan melakukan seks dengan kekasih masing-masing. Namun posisi mereka bertiga saat ini sedang single. Tentu saja Jeonghan yang merasa bebas mencoba mencicipi para pria yang mau memasukkan penisnya secara cuma-cuma dalam jangka waktu sebulan sekali.
Wonwoo yang mendapati Seungkwan masih melirik si pria blasteran, dengan sengaja mengambil botol bir yang tidak pernah terlepas dari genggaman jari lentik Seungkwan.
"Hei?!"
"Kau tahu cara halus Jeonghan menggoda pria, 'kan? Jalan perlahan lewati targetmu, tegakkan tubuhmu agar siluet tubuh seksimu terlihat, saat kau berjalan pastikan bokongmu bergoyang indah agar mata targetmu terkunci. So, lakukan sekarang, Nona Boo," Wonwoo mendorong bahu Seungkwan agar mulai beraksi.
"Itu kan untuk Jeonghan. She is a model! Badanku beda, Wonwoo sayang!" pekik Seungkwan gemas menatap ekspresi tanpa dosa sang sahabat.
"Ck! Sama saja, yang penting malam ini kau memakai mini dress bagus. Aku tunggu di sini."
Seungkwan menghentakkan kakinya kecil, melirik sedikit pada pria blasteran yang ternyata juga tengah menatapnya. Oh, God. Mungkin ini malam keberuntungan Seungkwan.
"Kali ini tidak usah menungguku."
"Kau yakin?" Wonwoo menaikkan sebelah alisnya. "Okay goodluck, Dear," ucapnya dengan senyuman menggoda melihat Seungkwan mulai beraksi. Wonwoo memperhatikan Seungkwan bagaikan menonton sebuah drama, tertarik dan penasaran. Dan senyuman Wonwoo semakin mengembang saat Seungkwan berhasil menarik si pria blasteran untuk ikut menari mengikuti hentakan musik yang terasa semakin erotis.
Finally, Wonwoo sendirian. Bir masih tersisa namun Wonwoo tidak ingin meminumnya kembali.
Entah mengapa tubuhnya terasa meremang, seakan merasakan tatapan tajam yang tengah memperhatikannya. Wonwoo sadar semenjak ia memasuki tempat ini banyak pria yang memandangnya lapar. Tapi Wonwoo tidak mengira ia akan merasakan hal seperti ini. Wonwoo mencoba bersikap seperti biasa, sambil memegang botol bir yang sudah pasti tidak akan dia minum, Wonwoo memperhatikan sekelilingnya.
Well, Wonwoo kenapa bisa tidak sadar ada seorang pria yang begitu kuat akan pheromone kejantanannya tengah menatapnya dari sofa di mana sebelumnya pria blasteran incaran sahabatnya berada. Oh, mungkin Wonwoo terlalu fokus pada Seungkwan sehingga tidak begitu memperhatikan pria lainnya. Napas Wonwoo sedikit tertahan saat melihat pria tersebut menatapnya tajam, terlihat begitu panas saat ia menenggak minumannya cepat kemudian berdiri. Menghiraukan temannya yang lain meneriaki kepergiannya.
Wonwoo mencoba seakan tidak peduli, bola mata indahnya memilih tidak memperhatikan pergerakan pria itu yang semakin berjalan mendekatinya. Tubuhnya merasakan desiran halus saat pria itu mengambil tempat tepat di sebelahnya.
"Kau tidak menghabiskan minumanmu."
"Huh?" Wonwoo menolehkan kepalanya menatap pria itu, kini Wonwoo bisa melihat dengan jelas.
"Kau tidak berniat mabuk, hm?" Pria itu mengulas senyuman tipis semakin menambah ketampanan wajahnya.
Wonwoo terkekeh kecil. 'Pintar juga,' pikirnya.
"Kau benar. Aku tidak berniat menabrakan mobil sahabatku saat pulang nanti," jawab Wonwoo santai, melihat pria itu memesan sebotol bir pada bartender dan meminumnya cepat bagaikan air putih, tanpa sadar Wonwoo berucap, "Kau peminum yang hebat."
Pria itu mengangkat sebelah alisnya tanpa menghilangkan senyuman di bibir yang Wonwoo rasa nikmat untuk berciuman. Oke, Wonwoo mulai benar-benar tertarik. Bahkan tubuhnya saja sudah merespon dengan baik, terlebih kewanitaannya yang mulai terasa lembab.
"Tingkat ketahananku terhadap alkohol cukup tinggi. Tapi minuman keras bukan kebiasaanku."
"Really?"
"Kau meragukanku, Nona cantik?"
Wonwoo tertawa mengundang tatapan mata pria di sampingnya berkilat semakin tertarik padanya. Wonwoo sadar jika kursi yang diduduki pria itu semakin mendekat padanya. Bahkan tubuh keduanya telah bersentuhan. Bahu polos Wonwoo yang tidak tertutupi apapun dengan lengan berotot pria itu. Wonwoo menyukai gaya berpakaian pria itu yang menggulung lengan kemejanya hingga ke siku dengan dua kancing teratas dibiarkan terbuka.
"Apa kau selalu memanggil cantik setiap wanita yang kau temui?"
"Panggilan paling standar, karena wanita memang cantik."
"Alasan paling masuk akal." Wonwoo memgangguk membenarkan jawaban pria yang masih tidak ia ketahui namanya itu. Setidaknya pria itu tidak menjawab dengan memfokuskan pada salah satu aset wanita.
"Ah, aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Mingyu," ucap pria itu dengan suaranya yang terdengar lebih berat saat mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Wonwoo.
"Wonwoo," sahutnya tanpa sadar, mendesah kecil saat tangan besar Mingyu sedikit meremas tangannya.
'Oh, shit! Tangannya begitu halus. Sialan aku semakin penasaran dengan tubuh telanjangnya,' batin Mingyu mengerang gila karena sentakan gairah pada tubuhnya.
"Jadi kita tidak akan mabuk malam ini, hm?" tanya Mingyu mencoba menormalkan suaranya yang semakin tersulut napsu karena dapat melihat lebih jelas payudara Wonwoo yang bulat dan padat. Mingyu bersiul dalam hati melihat Wonwoo memakai pakaian yang seksi, benar-benar tubuh yang indah. Tapi Mingyu rasa Wonwoo bukanlah type wanita haus seks yang mau mengangkang bagi pria mana saja yang menarik perhatiannya.
Wonwoo tertarik padanya dan Mingyu mengetahuinya.
Type wanita yang sungguh sayang jika dilepaskan. Mungkin jika Mingyu berhasil membawanya ke atas ranjang, kepuasan yang akan didapatkannya akan setimpal dengan usaha yang dilakukannya.
"Aku tidak. Untukmu sih terserah," sahut Wonwoo tidak peduli, "Kau datang dengan teman-temanmu bukan?"
"Teman yang bisa kau ajak berkelahi."
"Itu bagus. Teman yang baik ya seperti itu. Lagipula kau tidak akan terlihat layaknya orang patah hati yang butuh ketenangan."
Kali ini Mingyu yang tertawa, suara baritone-nya mengundang mata Wonwoo dan beberapa wanita lainnya untuk terus menatap wajah tampan yang memiliki warna kulit sedikit lebih gelap dibandingkan orang Korea umumnya.
"Dan temanmu meninggalkanmu sendirian untuk menari bersama temanku." Mingyu menunjuk lantai dansa dengan dagunya, mereka berdua dapat melihat pasangan yang semakin lama menari semakin intim. "Kau tidak mau mencoba?"
"Oh, aku tidak terlalu pintar menari."
"Kurasa itu tidak benar," ujar Mingyu pelan sembari menenggak minumannya, "Kalau boleh aku jujur," lanjutnya menunggu persetujuan Wonwoo yang menatapnya tertarik.
"Tentu."
"Tubuhmu seksi. Kau berjalan saja sudah mengundang mata kaum pria, jika kau mau bergoyang sedikit saja aku yakin banyak yang mau menemanimu."
Wonwoo terkekeh, menganggukkan kepalanya sekali, membuat rambut panjangnya terurai ke depan menutupi sedikit pandangan Mingyu pada payudara Wonwoo. Mingyu berdecak kasar dalam hati.
"Rayuan yang bagus. Tapi aku tidak mau berdansa dengan pria yang penisnya telah terbangun, melihatnya aku jadi berpikir apa kau tidak merasa sesak, hm?"
Semenjak Mingyu mulai berani merayunya, Wonwoo memutuskan untuk sedikit bermain seperti sahabatnya malam ini. Sekali-kali ia perlu pelepasan langsung dari kejantanan seorang pria, bukannya hasil dari bermain solo di kamar tidurnya. Lagipula Wonwoo sudah jatuh ke dalam pesona Mingyu, ditambah keyakinan Wonwoo akan ukuran penis pria itu yang tidak perlu diragukan kembali.
"Matamu sungguh nakal, Wonwoo."
"Terlalu jelas terlihat. Mungkin karena ukuranmu. Apa itu seperti yang aku bayangkan?" tanya Wonwoo dengan nada meremehkan.
"Payudaramu bukan hasil operasi bukan?" tanya Mingyu bagaikan suatu tantangan. Mingyu merasa ia sudah diperbolehkan sedikit menyentuh Wonwoo yang kini menyunggingkan senyuman manisnya, seakan menunggu apa yang akan dilakukan untuk membuktikan segala pertanyaan yang dilontarkan keduanya.
"Mari kita buktikan sedikit, Sayang."
Tangan kanan Mingyu meraih pinggang berlekuk Wonwoo, memutar tubuh wanita cantik itu agar menghadap ke arahnya kemudian menahannya. Kini jari tengah kiri Mingyu mulai bergerak. Mencoba bermain dengan sentuhan satu jarinya itu, dimulai dari menelusuri dagu lancip Wonwoo turun perlahan menuju leher jenjang dimana Mingyu ingin sekali membuat banyak tanda kemerahan yang pastinya terlihat sangat erotis di kulit seputih susu Wonwoo. Jari tengahnya lanjut menelusuri belahan dada kemudian bergerak ke payudara kanan, masih dari luar mini dress ketat itu, memutar di puncak payudara Wonwoo yang terasa menegang.
Wonwoo tidak mengira hanya dari jari tengah Mingyu yang terasa sedikit kasar mengirim sedikit demi sedikit sengatan gairah. Wonwoo merasa menginginkan lebih banyak sentuhan dari tangan kasar tersebut.
"Payudara asli yang ingin kuremas," ucap Mingyu suara beratnya semakin serak, kini tangan Mingyu benar-benar meremas payudara besar Wonwoo seakan ingin mengeluarkannya dari pakaian ketat yang membakar libidonya untuk segera merobeknya, menelanjangi Wonwoo.
"Oh... kau tahu aku tidak suka di hadapan banyak orang begini," desah Wonwoo seraya menggigit bibir bawahnya sensual.
Mata Mingyu semakin menggelap mendengar undangan Wonwoo. Dengan gerakan cepat Mingyu mengecup bibir merah yang begitu kissable. "Kita lanjutkan di hotel."
"Oke. Tapi gunakan mobil sahabatku."
Mingyu mengangkat sebelah alisnya.
"Aku hanya ingin agar besok pagi aku tidak kesulitan untuk pulang."
"Aku bisa mengantarkanmu," sahut Mingyu cepat. Walau terasa aneh karena ia sendiri tidak pernah mengantarkan wanita manapun yang menjadi teman one night stand-nya.
"Aku tidak suka dibantah." Wonwoo mengedipkan sebelah matanya kemudian menarik tangan Mingyu dan melangkah terlebih dahulu. Menyisakan Mingyu yang terkekeh kecil mendapati Wonwoo begitu percaya diri. Ia yakin malam ini pasti akan luar biasa.
.
.
.
Beberapa saat kemudian keduanya telah berada dalam mobil milik Jeonghan. Wonwoo berjanji besok pagi ia akan mengembalikan mobil sahabatnya ini secara utuh.
"Kedua kaki yang bagus," komentar Mingyu sambil mengemudikan mobil. Sesekali melirik kaki jenjang Wonwoo beserta pahanya yang putih memberikan berbagai fantasi liar dalam kepala mesum Mingyu. Namun Wonwoo menatapnya tanpa bereaksi sedikitpun. "Kau tahu, Wonwoo?" tanya Mingyu dengan suara beratnya yang semakin serak.
"Hm?"
"Aku jadi ingin cepat-cepat merasakan kedua kakimu melingkar erat di pinggangku saat penisku menusukmu keras. I'm in love with the shape of you," ucap Mingyu perlahan, menjilat bibir bawahnya. Membuat Wonwoo yang memperhatikannya mendesah kecil, kewanitaannya berkedut, semakin basah dan lembab. Bahkan Wonwoo pikir ia siap menerima jika Mingyu tiba-tiba menerjang dirinya walau harus di dalam mobil seperti ini.
Mingyu seakan menyadari tingkah Wonwoo yang mulai tidak tenang, sedikit menyeringai saat mencoba menebak pikiran Wonwoo. "Tidak di dalam mobil. Kau pantas mendapatkan tempat yang layak untuk melakukan seks, Sayang."
"Aku tidak mengatakan ingin bermain dalam mobil yang sempit," bantah Wonwoo.
"Hanya menebak," kekeh Mingyu dan menancap gas mobilnya melaju lebih kencang.
Wonwoo tidak mengira jika Mingyu membawanya ke salah satu hotel berbintang yang sudah pasti tarifnya sangat mahal. Sekaya apa Mingyu tidak dapat ia pikirkan. Hanya untuk one night stand namun pria itu tidak tanggung-tanggung dalam memilih tempat.
"Kau selalu mencari hotel mewah hanya untuk semalam?" tanya Wonwoo iseng.
"Tidak. Untuk kali ini kurasa kamar di hotel ini harga yang pantas untuk memuaskan malam kita."
Dan Wonwoo hanya terdiam. Yeah... setidaknya malam ini ia beruntung tidak berada di dalam motel murahan atau berakhir di salah satu kamar yang ada d klub. 'Nikmati saja,' batin Wonwoo menyeringai.
.
.
.
"Ugh!" Mingyu terkejut oleh ciuman tiba-tiba Wonwoo yang memaksa dirinya mundur hingga membentur dinding. Well, mereka baru saja memasuki kamar.
Ciuman Wonwoo terasa begitu liar hingga Mingyu yakin wanita itu sudah lama tidak mencium seorang pria atau sedang terlalu frustasi hingga butuh pelampiasan. Tangan Wonwoo bergerak ke rambut Mingyu, meremasnya, membuatnya semakin berantakan. Wonwoo mulai memaksa melesakkan lidahnya. Tanpa disadari, Mingyu merespon ciuman itu.
'Fuck! Akan kupastikan ia klimaks berkali-kali!' Batin Mingyu menggeram buas, bahkan ia yakin Dewa seksnya sudah semakin panas dan ingin mulai menguasai ranjang.
Mingyu mencium balik Wonwoo, sama kerasnya, sama liarnya. Lidah mereka saling terpaut, menjelajah naik turun mulut satu sama lain. Beberapa lama mereka melakukan itu hingga akhirnya Mingyu melepas ciuman mereka, menarik kepalanya ke belakang. Sedikit jarak namun napas hangat dan memburu masih terasa di antara keduanya. "Kau sudah tidak tahan, hm?" tanyanya sedikit menggoda. Mingyu ingin melihat bagaimana Wonwoo mendamba dirinya.
Wonwoo memandangnya dengan tatapan sayu namun binar gairah terlihat jelas di mata wanita cantik itu. Wonwoo bahkan berpikir bahwa Mingyu benar-benar tampan dengan rambut acak-acakan dan bibir basah. "Hanya sedikit pemanasan," jawabnya dengan sebuah senyuman manis yang mampu membuat Minyu semakin terpikat. Wonwoo mulai bergerak mengecup bibir Mingyu kembali. "Tidak ada salahnya wanita yang memulai duluan."
Seakan tidak mau kalah, kali ini Mingyu mengambil kontrol. Kedua tangannya menangkup wajah Wonwoo saat bibir mereka bertemu. Wonwoo meletakkan tangannya di bahu kekar Mingyu, sedikit meremas otot pria itu. Mingyu menggigit pelan bibir bawah Wonwoo. Membiarkan wanita itu mengerang untuk membuka mulutnya. Lidah Mingyu dengan lembut masuk dan bertemu lidah Wonwoo, saling membelit dan terkait.
Wonwoo mengerang pelan tanda ia menikmati permainan mereka. Mingyu menggerakkan tangannya turun ke arah payudara Wonwoo yang begitu padat, mengusapnya pelan lalu dengan gemas sedikit meremas kencang membuat Wonwoo menggeram nikmat. Wonwoo melepaskan ciuman mereka. "Mungkin kita harus melanjutkannya di—"
"Di manapun kita inginkan, Sayang," bisik Mingyu dengan seduktif menghentikan kalimat Wonwoo.
Wonwoo terkekeh kecil menyadari jika pria di hadapannya tersebut seakan menantangnya untuk melakukannya berkali-kali. Dengan sebuah senyuman manisnya, Wonwoo menggerakkan tangannya dan menyentuh kancing celana Mingyu.
"Wonwoo," geram tertahan bercampur emosi lain di dalam suaranya, tapi Mingyu tidak berusaha menghentikan Wonwoo, sehingga Wonwoo terus mencoba membuka kancing celananya.
"Kau yang meminta. Kita mulai dari sini," ucap Wonwoo dengan seringai menggodanya yang malah terlihat semakin seksi di mata Mingyu. Apalagi saat Wonwoo berlutut dan mengeluarkan penisnya dari celananya yang telah turun hingga paha.
Wonwoo memandang penis Mingyu dengan wajahnya yang telah merona merah. "Ohh... Kau benar-benar besar," komentarnya.
"Paling besar di antara yang pernah kau lihat?" tanya Mingyu dengan kilat senang di matanya.
"Yeah... Aku tidak akan berbohong di depan penis besarmu," sahut Wonwoo tertawa senang lalu mengecup kepala penis Mingyu yang segera bereaksi dengan sedikit bergerak.
"Fuck! Kau membangunkannya, Sayang."
"Belum benar-benar bangun," gumam Wonwoo yang kemudian menjilat ujung penis Mingyu. Wonwoo memasukkan kepala penis ke mulutnya dan menghisapnya lembut, tersenyum saat ia melihat reaksi Mingyu. Pria itu tengah memejamkan matanya, menikmati sensasi yang diberikan mulut dan lidah Wonwoo.
Mingyu menggeram saat kenikmatan mulai menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia memandang Wonwoo dan menggeram lagi saat melihat Wonwoo mencoba memasukkan penisnya lebih dalam, membuat mulut kecil wanita itu penuh karena kejantanannya. "Oh, My God. Mulutmu, ssshh..." erang Mingyu lagi.
Wonwoo terus menatap mata Mingyu saat ia menelan seluruh kejantanan yang semakin besar hingga ke pangkal. Wonwoo sedikit tersedak, tapi melihat Mingyu semakin bernafsu, Wonwoo memutuskan untuk terus melanjutkan aksinya dengan mulai menaik-turunkan kepalanya. Jari-jemarinya yang lentik turut bermain dengan membelai paha dalam Mingyu untuk meningkatkan kenikmatan pria itu
Mingyu menjambak rambut Wonwoo gemas. "Ah, kau benar-benar ahli, Wonwoo."
Mendengarnya, wajah Wonwoo kembali memerah. Wonwoo tidak pernah begitu bernafsu seperti ini sebelumnya. Tidak pernah tahu jika blow job bisa seseksi ini. Yeah, karena Mingyu pria pertama yang ingin Wonwoo rasakan di dalam mulutnya. Wonwoo mulai meningkatkan kecepatan, semakin bergairah ingin membuat Mingyu klimaks. Apalagi saat Mingyu bergerak seirama dan tangannya meremas rambut Wonwoo dan menggeram keras, "Oh, sialan lidahmu, Won," bisiknya tertahan dengan suara semakin berat.
Wonwoo menggeram senang dalam hati mendengar pujian dari Mingyu dan kemudian menaik-turunkan kepalanya lebih cepat, secepat yang ia bisa. Suara hisapan yang begitu liar terdengar jelas, menambah panasnya kamar yang mereka tempati. Mingyu menggeram saat kenikmatan terus meningkat dan Wonwoo semakin cepat, tahu kalau dirinya akan segera keluar. Wonwoo memandang ke atas lagi, melihat dari balik lentiknya bulu matanya. Dan yang ia lihat Mingyu memejamkan mata nikmat.
Tak lama Mingyu mengerang sebelum klimaks dengan hebat. Dan Wonwoo menelan luapan sperma Mingyu sembari mengerang. "Oh, Fuck!" Mingyu sedikit terengah kemudian ia melihat Wonwoo menjilati sisa-sisa spermanya, air liurnya menempel di ujung penisnya.
"Aku tidak pernah merasakan blow job bisa seenak itu." Suara Mingyu terdengar serak namun seksi di telinga Wonwoo yang saat ini telah berdiri. Libido Wonwoo semakin meledak mengirimkan getaran halus menjalar ke seluruh tubuhnya untuk segera merasakan penis Mingyu di lubangnya yang lain. Lubang kewanitaannya yang semakin intens berdenyut seakan tidak sabar menghisap kejantanan besar itu.
"Ini pertama kalinya aku melakukan blow job," ujar Wonwoo dengan tawa kecilnya, "Aku tidak menyangka kalau kau akan menyukainya."
Mata Mingyu langsung terbuka lebar, menatap Wonwoo dengan tidak percaya, "Kau serius? Pria lain?" tanyanya tidak percaya.
"Tidak." Wonwoo menggeleng sekali, "Tidak pernah berniat mencobanya," lanjutnya santai dengan bahu yang terangkat sesaat.
"Aku pria pertama."
Wonwoo mengangkat sebelah alisnya, "Lalu?"
"Sungguh suatu kehormatan, Nona Wonwoo," ucap Mingyu dengan sebuah senyuman tipisnya seakan menghargai apa yang dilakukan wanita itu. Ohh Mingyu sudah terlalu takluk akan pesona wanita yang baru ditemuinya tersebut.
Mingyu meraih belakang leher Wonwoo dan menariknya ke dalam ciuman kasar. "Penisku mulai bangun kembali. Bagaimana dengan vaginamu, hm?" tanyanya saat mereka melepas ciuman yang kembali menaikkan gairah keduanya.
Mingyu menarik Wonwoo dan mendorongnya ke dinding. "Aku beruntung bisa menghabiskan malam bersamamu," bisiknya dengan tatapan memuja yang semakin melambungkan dewi seks Wonwoo. Napas hangat Mingyu menggelitik telinga Wonwoo, membuat bulu di belakang lehernya berdiri.
Mingyu menyeringai tipis saat menggerakkan tangannya ke bagian bawah dress Wonwoo yang sangat pendek. Dengan mudah Mingyu mengelus pelan celana dalam Wonwoo dengan satu jarinya yang besar. Mingyu menempelkan bibirnya di pipi halus Wonwoo dan bermain di sekitar rahang wajah cantik itu. Mingyu menarik turun celana dalamnya untuk mempermudah memasukkan salah satu jarinya.
Sempit dan hangat. Itu yang Mingyu rasakan melalui jarinya.
'Ohh sialan! Ini akan terasa sangat nikmat,' raung batin Mingyu tidak sabar. Namun Mingyu mencoba memasukkan satu jari lainnya sehingga kini dua jari miliknya berada di lubang vagina yang terasa hangat itu. Wonwoo menggigit bibirnya dan menarik kepalanya ke belakang saat merasakan jari jemari Mingyu bermain mengocok dan menggelitik dalam vaginanya yang kini berdenyut penuh nikmat.
"Kau benar-benar basah. Tapi aku akan membiasakan dirimu dulu dengan dua jariku," ucap Mingyu, suaranya lembut.
Wonwoo membuka matanya dan memandang Mingyu sayu karena gairahnya sudah meledak. "Aku lebih ingin terbiasa dengan penismu," sahut Wonwoo diiringi desahan.
"Kau akan mendapatkannya nanti, Wonwoo sayang." Mingyu menyeringai tampan sebelum menekan jarinya kekewanitaan Wonwoo. Mingyu membelai klitoris Wonwoo dengan jempolnya saat ia mulai mengeluar-masukkan kedua jarinya. Mingyu melebarkan kedua jarinya di dalam dan menyebabkan Wonwoo mengerang tajam karena nikmat.
"Kau harus terbiasa. Milikku jauh lebih besar dari ini," desis Mignyu penuh rayu menggoda membuat Wonwoo semakin mengerang dan mendesah kencang.
"Please, percepat," ucap Wonwoo tersengal.
"As your wish, Baby."
Mingyu mulai menaikkan kecepatan jarinya keluar masuk dan jarinya yang lain menggosok klitorisnya semakin cepat, bahkan terdengar suara dari kocokan jari Mingyu. Membuat Wonwoo semakin bergetar, menggigil karena nikmat. Apalagi saat Mingyu memberikan permainan lebih. Pria itu bermain di sekitar leher jenjangnya, menggigit pelan kemudian menjilatnya menyisakan tanda kemerahan di kulit seputih salju milik Wonwoo. Mingyu mulai menekan jarinya di klitoris Wonwoo yang semakin tegang dan Wonwoo bersumpah ia bisa melihat bintang. Kenikmatan membuat Wonwoo seakan buta.
Dengan begitu banyak kenikmatan menyebar keseluruh tubuhnya, tidak lama hingga Wonwoo merasakan orgasmenya datang. "Aaahhh~ Mingyuu~" Wonwoo bergetar hebat saat ia membuka mata, memandang ke dalam mata Mingyu yang berkilat bangga karena berhasil memuaskan Wonwoo dengan jarinya.
Wonwoo masih melayang karena sisa-sisa kenikmatan. Wajahnya merona merah akibat kepuasan yang dirasakannya, matanya sayu namun kilat senang karena klimaksnya yang begitu hebat. Mingyu menyeringai, pelan-pelan menarik jarinya dan memaksa Wonwoo menutup mata karena gesekan jari kasar Mingyu seakan merangsangnya kembali.
"Dinding? Atau ranjang?" Mingyu menangkup wajah mungil Wonwoo, mengelus kedua pipi merona itu dengan kedua ibu jarinya.
"Sofa? Balkon, kamar mandi?" tantang Wonwoo dengan bisikan kecilnya.
Mingyu tertawa kecil, mengecup bibir Wonwoo sekilas. Kemudian menggendong Wonwoo ala bridal style, membuat hati Wonwoo menghangat. Ia diperlakukan layaknya kekasih pria itu.
"Apa kau selalu melakukan hal ini di setiap one night stand atau teman kencanmu?" tanya Wonwoo menyandarkan kepalanya nyaman pada dada bidang Mingyu, tepat dimana jantung pria itu berdetak dengan teratur mengirim perasaan nyaman lainnya. Ia bisa menghirup aroma parfum dan tubuh Mingyu bersamaan.
"Maksudmu dengan sentuhan penuh kehati-hatian dan gendongan ala pengantin ini?"
"Hmm."
"Tidak. Kecuali orang itu kekasihku," jawab Mingyu dengan tegas.
"Aku bukan kekasihmu." Wonwoo mengingatkan saat Mingyu meletakkan dirinya perlahan di ranjang lembut, menyamankan leher dan punggungnya yang terasa kaku.
Mingyu langsung memposisikan dirinya di atas Wonwoo, tanpa benar-benar menindihnya. Kedua tangannya menangkup wajah cantik di bawahnya, menatapnya polos seakan pasrah dalam rengkuhannya. Mingyu merasa begitu berkuasa.
"Kita mulai perlahan," bisik Mingyu berusaha membuat malam mereka tidak terlupakan. Tidak seperti one night stand lainnya. Mingyu ingin Wonwoo mengingat jelas apa yang akan mereka lakukan nantinya hingga mereka selesai dengan kepuasaan tiada terkira.
Itu lah rencana dari Mingyu.
Ia mulai mendaratkan bibirnya pada bibir Wonwoo. Dengan senang hati Wonwoo menyambut lumatan bibir Mingyu yang bergerak sangat lembut di sela-sela bibirnya. Memejamkan matanya, Wonwoo mengikuti lumatan-lumatan bibir Mingyu yang terasa sangat manis membuat jantungnya selalu berdebar dengan kencang.
Mingyu melepas tautan bibirnya saat di rasa Wonwoo butuh bernafas. "Kau sangat cantik, Wonwoo," bisik Mingyu tersenyum melihat rona wajah Wonwoo yang selalu memerah tidak pernah hilang selama mereka larut dalam kegiatan intim. Mengelus pelipis Wonwoo pelan, mengantarkan wanita itu dalam perasaan aneh yang tak pernah ia bayangkan akan ia dapatkan dari seorang pria tak dikenalnya. Entah karena Mingyu terlalu pintar merayu wanita atau sebaliknya. Wonwoo tidak mau memikirkan hal itu.
Wonwoo hanya tersenyum kecil. "Kau harus melanjutkan yang tertunda tadi, Tampan."
Mingyu dengan segera menunduk dan menenggelamkan wajahnya di leher Wonwoo. Memejamkan matanya di sana sambil menghirup aroma Wonwoo, membuatnya merasa candu untuk terus menghirupnya. Apalagi tangan Wonwoo sedikit meremas rambutnya saat merasa Mingyu meniupkan udara di sekitar leher dan menciuminya dengan gemas. Lidah Mingyu menari dengan liar di permukaan kulit Wonwoo, mengirimkan getaran pada tubuh seksi di bawahnya dan alunan erangan yang memicu kembali gairah Mingyu.
Dengan rakus Mingyu bermain di sepanjang leher yang kini disertai tangannya bekerja memanjakan payudara Wonwoo. Mengelus dan meremas hingga keluar dari mini dress yang terlihat semakin berantakan.
"Sialan. Aku ingin melihatmu telanjang," desis Mingyu kembali menegakkan tubuhnya, tepat saat Mingyu menarik ujung bawah dress Wonwoo terdengar ponsel wanita itu berdering nyaring.
Wonwoo yang menyadari nada khusus dari ponselnya tersebut mendorong Mingyu cepat, berusaha bangkit dan mengambil tasnya yang berada di lantai. Keningnya mengerut ketika nomer yang tertera di layar ponselnya nyatanya benar nomer sang kakak.
"Oppa?" Wonwoo tak menyadari suaranya yang masih terdengar serak. Sedangkan Mingyu menahan napas seketika, batinnya bergelut kala mendengar sapaan yang diberikan Wonwoo.
"Wonie, sayang. Apa aku membangunkanmu? Oh, ini bahkan hampir tengah malam?! Mianhe, apa kau bisa ke rumah kami? Aku ingin menitipkan Minhyun padamu. Ada yang harus aku dan oppa-mu selesaikan saat ini juga."
"Jaejoong eonnie?" Mata Wonwoo terfokus seketika, mendengar suara halus kakak iparnya yang terdengar panik, "Kenapa? Ada apa?" tanya Wonwoo yang mulai ikut tidak tenang.
Mingyu menarik Wonwoo agar terduduk di sebelahnya, di atas ranjang yang berantakan. Mingyu merasa lega karena kini ia tahu jika oppa yang dimaksud merupakan kakak Wonwoo. Mingyu tahu harusnya ia tidak mendengar atau mencampuri pembicaraan Wonwoo tapi Mingyu terlampau penasaran. Apalagi Wonwoo kini hanya terdiam kaku. Tak berapa lama, Wonwoo memutus sambungan.
Wonwoo menatap Mingyu, menyunggingkan senyum terpaksanya.
"Mingyu, maaf, aku harus pulang sekarang. Ada sedikit masalah," ujar Wonwoo dengan bisikan kecilnya.
"Masalah serius?"
"Hmm... yeah. Jadi aku akan pergi sekarang," kata Wonwoo tidak fokus yang mulai beranjak untuk membenahi pakaian dan tasnya.
"Kau mau aku mengantarmu?"
"Oh, tidak-tidak. Kau ingat kita ke sini dengan mobil sahabatku. Akan kugunakan itu."
"Aku bisa menyetir dan pulang naik taksi."
"Tidak perlu. Sungguh," ujar Wonwoo meyakinkan Mingyu yang terlihat khawatir padanya.
Wonwoo tidak yakin, seorang pria yang baru dikenalnya mampu memikirkan perasaan wanita yang hanya akan ditemuinya ketika one night stand seperti ini. Wonwoo tidak perlu pria itu untuk menemaninya. Lagipula malam ini telah berakhir bagi keduanya. Dan Wonwoo entah mengapa merasa menyesal tidak mengenal Mingyu lebih dalam.
"Aku pergi dulu. Thanks buat malam panas ini, Mingyu," ucap Wonwoo dengan senyuman manis terbaiknya, mengecup singkat bibir Mingyu sebelum melangkah pergi dan menutup pintu kamar hotel, menyisakan Mingyu yang menggeram tertahan saat tahu ia kehilangan wanita seperti Wonwoo.
Bukan, bukan karena kewanitaan Wonwoo yang belum sempat ia masuki dengan penisnya yang masih menegang.
Namun karena wanita itu adalah Wonwoo.
Mingyu sudah terlanjur menyukai Wonwoo.
Dan bodohnya ia tidak sempat bertanya lebih jauh. Bahkan marganya pun Mingyu tidak tahu.
"Aarrgghhh!" teriak Mingyu frustasi menjambak rambutnya yang berantakan. Saat tersadar ia masih punya kesempatan, Mingyu dengan segera memakai kembali celananya. Kemudian berlari cepat keluar kamar untuk mengejar Wonwoo hingga ia berada di lobi dan keluar dari hotel. Kepalanya menoleh ke sekeliling, mencari sosok Wonwoo ataupun mobil yang mereka naiki tadi.
Kenyataannya, wanita cantik itu telah menghilang.
Menyisakan nama Wonwoo dan bayangannya dalam pikiran Mingyu yang kalut.
FLASHBACK OFF
.
.
.
.
.
-o0o-
TO BE CONTINUED
-o0o-
AN:
Yuhuuuu ff enceh lagi, cukup 2 chapter aja, khusus buat kakak sepupu yang ultah~~~ ga modal banget ngasihnya ff, enceh lagi wkwkwk gpp lah ya, yang penting doanya. Aaamiiin...
Harusny dari bulan kemarin, tapi kan puasa, jadinya galau deh tuh mau publish apa ngga. Terus ada masalah juga sama mata dari kemarin ketunda lagi deh.
Yang penting, ini ff uda jadi ya eonnnieeeee wkwkwk
Gomawo yang uda mau baca, apalagi kalo mau repiu. Pasti diriku lebih seneng XD
.
.
.
.
Uda lewat puasa.
Saatnya nyari koleksi yadong kembali, 10 Juli 2017
.
By Cha ChrisMon
