"I love you, Hermione," said Ron, sinking back in his chair, rub-bing his eyes wearily. Hermione turned faintly pink, but merely said, "Don't let Lavender hear you saying that."

"1 won't," said Ron into his hands. "Or maybe I will, then she'll ditch me."

.

.

My First Dramione Fic

Disclaimer: Harry Potter dan kroni-kroninya are belong to JK Rowling.

Warning: OOC parah -_-, Cimicimi klasik, Love Story yang basi, Alur kelambatan, Typo(s). Jika bosan setelah membaca dua paragraf pertama saya sarankan jangan melanjutkan!

Enjoy

.

.

Chapter 1: More Than Words.

Peron tersembunyi itu kembali ramai setelah setahun masa cutinya. Hogwarts Express kembali mengepulkan asap putih, menunggu untuk diberangkatkan ke sekolah sihir termahsyur di Inggris Raya. Para murid dan calon murid Hogwarts tahun ini terlihat lebih ramai dari tahun-tahun sebelum Perang Besar. Mungkin dikarenakan anak-anak yang berumur sebelas tahun pada tahun lalu juga akan mengulang tahun pertamanya di tahun ini. Tidak hanya itu yang membuat Peron 9 3/4 lebih ramai. Anak-anak tahun ke 7 yang harusnya sudah lulus pada tahun sebelumnya, dipersilahkan untuk mengulang studi nya di Hogwarts juga di tahun ini. Jadi totalnya akan ada 7 tingkatan kelas di Hogwarts tahun ini dengan double-class untuk kelas 1. Intinya, semua tingkatan kelas akan mengulang materi yang seharusnya dipelajari tahun lalu, yang tidak terlaksana secara efektif di bawah bayang-bayang kepemimpinan Vol-pesek-demort.

Dengan bertambahnya murid-murid tahun ini hanya berarti satu hal: pekerjaan Ketua Murid akan bertambah berat.

Tetapi sepertinya Ketua Murid Perempuan saat ini sedang tidak memikirkan kepelikkan tugas-tugasnya, karena nyatanya, saat ini Hermione Granger tengah memeluk kekasihnya dengan sangat erat di peron yang ramai itu.

"Aku akan merindukanmu, Ronald. Aku belum pernah naik Hogwarts Express tanpamu dan Harry. Oh kecuali pada saat kita kelas 2."

Hermione melepaskan pelukannya sambil tersenyum.

"Yeah saat palang-keparat itu tidak mengizinkan aku dan Harry masuk. Atau lebih tepatnya Dobby yang tidak mengizinikan Harry kembali ke Hogwarts." Ucap kekasihnya sambil terkekeh.

Mereka saling menatap satu sama lain

"Peri malang,"

"Yeah,"

Lalu Ron Weasley mencium Hermione. Singkat saja. Hanya menunjukkan bahwa ia akan sangat kehilangan gadisnya.

Dan Hermione menyukai itu.

"Aku mencintaimu Hermione," ucap Ron yang kemudian mengecup kening Hermione.

Hermione tersenyum. Berapa kali pun Ron mengucapkan hal itu, Hermione tetap merasa seperti baru pertama kali mendengarnya: debaran jantungnya meningkat dan rona merah menjalari kedua pipinya.

"Aku tau." jawab Hermione.

Lalu sambil tersenyum, Hermione melanjutkan.

"Jadi, jangan lupa membaca buku yang telah kuberikan natal lalu. Itu sangat-sangat berguna untuk masa-masa pelatihanmu. Jangan terlalu banyak bermain catur bersama Harry, make friends with others, fokus pada setiap intruksi-intruksi, jangan meremehkan hal apapun karena itu bisa berakibat fatal. Dan jangan melanggar peraturan terlalu sering!"

"Merlin, Hermione. Yang mau melanjutkan sekolah kan kau! Dan jangan lupa menulis surat padaku sesampainya kau di Hogwarts. Dan jangan lupa juga memberitahuku siapa Ketua Murid Putra yang baru agar aku bisa mengirimnya Howler yang akan meneriakinya di Aula Besar dan berkata 'Jangan Pernah Ganggu Pacarku Atau Kau Akan Merasakan Akibatnya. Dengan Hormat, Ron Weasley, Order of Merlin Tingkat Pertama, Trio Emas Gryffindor, Calon Auror Ternama-'"

"Ron!"

Ginny yang sudah mendekati pasangan itu tertawa mendengar pernyataan kakaknya.

"Hati-hati Ron, Hermione bisa memutuskanmu jika kau terlalu protektif seperti itu." Ucap Ginny sambil terkikik geli.

"Lagipula Ron, kau bisa meminta Ginny untuk mengawasi Hermione di Hogwarts. Dan kau bisa melakukan yang sebaliknya untukku Hermione, titip Ginny untukku." ucap Harry-menyusul di belakang Ginny-yang ternyata mendengar percakapan itu juga.

"Merlin! Apakah aku terlihat seperti anak umur 3 tahun?!" kata Ginny sambil mengerutkan kening.

Omongan Ginny selanjutnya diputus oleh bunyi peluit Hogwarts Express yang menandakan bahwa kereta akan segera berangkat. Pintu-pintu gerbong mulai menutup. Hermione memeluk Ron sekali lagi dan kemudian beralih ke Harry.

"Aku akan kirim surat." ucap Hermione sambil memeluk sahabatnya itu.

"Aku akan balas secepatnya." janji Harry sambil melepaskan pelukannya.

"Aneh rasanya naik kereta ini tanpa kau dan dia.." Hermione berkata sambil menoleh menatap Ron yang sedang menyapa Seamus Finnigan, yang juga melanjutkan pendidikannya di Hogwarts tahun ini.

Harry memerhatikan kedua sahabatnya itu dan kemudian berkata "Kau benar-benar menyukainya ya?"

Hermione hanya tersenyum mendengar pertanyaan Harry.

"Bye, Harry. Jaga dia untukku ya?"

Harry mengangguk, "Pasti."

Kemudian Hermione pun melangkah masuk ke dalam kereta. Ginny pun mengikuti setelah mengucapkan kata-kata perpisahan terakhir pada Harry.

Ginny menutup pintu gerbong tepat ketika Ron menampakkan dirinya lagi di jendela pintu. Dan kemudian kereta pun berjalan.

Tapi Hermione sempat melihat lambaian tangan dan sebuah klausa lagi yang terucap tanpa suara dari bibir kekasihnya, sebelum kereta membelok dan Peron 9 ¾ menghilang.

And Hermione knew. That was another 'I Love You'.

-OoO-

"Ayo, mungkin masih ada kompartemen yang kosong di ujung sana." Ajak Ginny setelah mereka menatap tempat dimana Peron 9 3/4 menghilang.

"Err, aku tidak bisa Ginny. Aku harus ke gerbong Prefek untuk memberi intruksi pada para Prefek yang baru.. Tapi mungkin aku akan menyusulmu setelah troli makan siang." Hermione menambahkan.

"Oke kalau begitu, sampai nanti." Kata Ginny yang langsung menyeret koper dan sangkar burung hantu barunya ke kompartemen paling ujung di gerbong tersebut.

Hermione melambaikan tongkatnya ke arah koper dan sangkar Crookshanks miliknya, dan dalam sekejap barang-barang itu pun menghilang. Hermione tidak mau direpotkan dengan menyeret-nyeret bawaannya sambil menyusuri Hogwarts Express yang panjang.

Hermione segera melangkah kakinya ke arah gerbong ke-3 dari kepala kereta. Sambil melewati kompartemen-kompartemen lain, bisikan demi bisikan terdengar oleh telinganya yang tajam. Sesekali teman-teman seangkatan atau anggota LD menyapanya ketika Hermione lewat. Ada juga anak-anak di bawah tingkatannya menunjuk-nunjuk ke arah Hermione.

Mudah saja mengacuhkannya. Karena memang 4 bulan ini Hermione biasa diperlakukan seperti itu. Ditatap orang-orang dari jauh, mendengar bisik-bisik, berkenalan dengan orang lain di jalan, bahkan ada yang meminta tanda tangannya sewaktu dia berbelanja di Diagon Alley minggu lalu. Itulah risiko pahlawan dunia sihir, pikir Hermione. Masih untung dia Ron dan Harry masih hidup setelah bulan-bulan mencekam itu. Sekarang yang harus Hermione lakukan hanyalah menjalani hidup dengan sebaik-baiknya, belajar, kemudian lulus dengan nilai yang baik, bekerja, kemudian menikah... Dan bayangan itu melintasi benak Hermione: dia mengenakan gaun putih khas pernikahan, digandeng oleh ayahnya yang berada di sampingnya, dengan Ginny dan Luna sebagai pendamping wanita, dan Ron, mengenakan jas yang dipakai Bill sewaktu pernikahannya dengan Fleur, menunggu di depan altar bersama pria yang berada di pemakaman Dumbledore...

Lamunannya terputus dan langkahnya pun terhenti saat ia mendengar suara melamun memanggilnya.

Hermione menoleh dan melihat kepala dengan rambut panjang yang pirang pucat muncul dari salah satu kompartemen.

"Kena Wrackspurt?"

Tanya Luna Lovegood yang sekarang keluar dari kompartemennya. Luna sedang tidak memakai anting-anting lobaknya. Dan anehnya dia kelihatan... Normal.

"Hai Luna! Tidak, sepertinya aku tidak terkena Wrackspurt. Aku hanya sedang melamunkan sesuatu tadi. Liburan panjangmu menyenangkan?"

"Itu adalah tanda-tanda dari Wrackspurt sebenarnya. Yah, lumayan. Aku baru pulang setelah liburan dari Roma 2 minggu lalu. Kau Ketua Murid yang baru, Hermione?" Tanya Luna setelah menunjuk lencana di jubah Hermione.

"Oh, ya. Aku sedang akan menuju gerbong Prefek sebelum-Oh Luna, kau diangkat jadi Prefek Ravenclaw? Selamat!" Ucap Hermione setelah ia melihat lencana Prefek disematkan di lengan kiri jubah Luna.

"Yeah, lencana ini datang bersama surat Hogwarts. Aku rasa Padma Patil tidak melanjutkan sekolah.."

"Kalu begitu kita bersama-sama ke gerbong Prefek? Mungkin yang lain sudah menunggu." ajak Hermione.

"Oh, tidak. Kau duluan saja Hermione. Aku masih ada keperluan dengan Neville. Aku akan meyusul. Segera. Dah Hermione. Hati-hati dengan Wrackspurt!"

Lalu Luna Lovegood berjalan begitu saja ke arah Hermione datang.

Hermione pun melanjutkan perjalanannya ke gerbong prefek. Jadi Padma tidak melanjutkan sekolah di Hogwarts, pikir Hermione. Tidak heran mengingat yang terakhir terjadi di Hogwarts adalah perang melawan penyihir hitam dan kroni-kroninya. Tanpa sadar, Hermione mendengus.

Hermione pun sampai ke gerbong Prefek yang hanya berisi satu kompartemen dan saat ini masih kosong. Huh, pasti yang lain masih bertegur sapa dengan kawan-kawan lama mereka setelah lama tidak bertemu, kata Hermione dalam benaknya. Ia pun membuka pintu kompartemen dan salah mengenai satu hal: kompartemen itu tidak kosong.

Ada seseorang disana. Dan dia telah melupakan prospek bahwa dia harus berhadapan dengan para Prefek Slytherin juga. Lebih tepatnya para Slytherin setelah Perang Besar.

Karena orang yang sedang duduk di kompartemen itu sendirian, tak lain dan tak bukan, adalah Draco Malfoy.

The End of Chapter 1.

.

.

Author's note: Hei! I'm back! Kembali lagi bersama saya di website ini! Kali ini temanya—ehm—romance. I can't believe I make this fic -_- Sebenernya ini permintaan dari para sahabat sih. So, fic ini buat Bilqis yang jadi orang pertama baca fic pertama gue (The Choice), buat Novel yang telat banget jadi Potterheads, buat Sela yang pertama kali review fic The Choice, dan buat Nia yang selera literatur nya sangat baik. Semoga fic ini menghibur kalian! Gue gak bisa menjamin fic ini bakal unyu dan sekece Dua Sisi (My Favorite Fic from Apocrief), tapi yang pasti I'll try my best.

Sebenernya permintaan keempat orang tadi, actually is Dramione pairs. But, sangat susah membuat Dramione dekat secara alami tanpa mengganti cerita asli dari JK Rowling, maka dari itu fic ini mungkin akan berkembang menjadi…hmm kind of a triangle love story among them. Juga karena gue sangat suka pairing Ronmione, dan sangat tidak tega membuang karakter Ron begitu saja, gue gak janji fic ini bakalan Pure Dramione T-T

Para pembaca sekalian, chapter 1 ini sangat pendek (cuma 1333 kata!) karena memang baru permulaan, jadi gue akan melanjutkan kalau respon kalian bagus.

So, akhir kata, JANGAN JADI SILENT READERS! Just let me know what you think! REviEW pLeAsE..