BOOK ONE
Diambil saat mereka memasuki tahun keenam yang menyedihkan...
Ruang kelas ramuan yang berada di di ruang bawah tanah membuat beberapa orang enggan untuk memeriksanya. Namun sangat berbeda dengan mereka yang terkenal akan keonaran mereka selama bersekolah di Sekolah Sihir Hogwarts. Dari tahun pertama mereja sudah sangat terkenal akan keonaran mereka namun prestasi mereka tetap bagus dan sangat seimbang dengan keonarannya. Mereka terkenal hanya dengan empat orang di dalamnya. Yang satu adalah laki-laki berkacamata, rambut berantakan dengan wajah tirus namun senyum (yang kata para cewek memukau) dan merupakan pemain seeker yang andal dalam Quidditch, bernama James Potter yang dianggap oleh sebagian besar orang adalah ketua dari kelompok yang mereka namakan Marauders. Lalu orang kedua yang merupakan sahabat paling dekat dengan James Potter adalah Sirius Orion Black yang memiliki rambut keriting hitam legam, merupakan keluarga berdarah murni dari Black (yang anehnya memasuki Gryffineor dan tidak akrab dengan saudaranya) memiliki wajah yang tampan tetapi sayang dia adalah playboy. Dan orang ketiga yang terlihat paling normal di antara semuanya adalah Remus Lupin, orang dengan penampilan paling lusuh dengan jubah yang tidak terawat meskipun dia pintar dan Ketua Murid tetapi dia tidak pernah bisa mencegah sahabatnya untuk bertindak sedikit alim. Dan yang terakhir adalah bumbu pelengkap mereka, Petter Pettigrew, cowok gendut yang hanya bisa bersembunyi di balik bayang-bayang sahabatnya karena kemampuannya yang terbatas serta pembicaraannya yang selalu terdengar konyol membuatnya dijauhi dan akhirnya berteman dengan orang hebat yang disegani oleh seluruh murid Hogwarts, kecuali anak Slytherin.
Kembali pada ruang kelas ramuan yang gelap dan dingin pada malam dingin yang bersalju karena sebentar lagi natal, berkumpullah sekelompok orang yang saling mengacungkan tongkat sihir di luar jam malam mereka. Semuanya saling mendelik satu sama lain. Oh, biar kujabarkan. Lawan dari Marauders adalah anak-anak Slytherin yang salah satunya adalah saudara Sirius Blcak, Bellatrix Black. Musuh abadi James Potter, Severus Snape. Serta musuh-musuh yang hanya ikut andil untuk bersenang-senang menyantap makan malam mereka sebelum pergi tidur.
Entah masalah apalagi yang mereka miliki hingga harus berduel pada tengah malam dan membuat beberapa orang terbabgun walaupun belum menyadari bahwa asal suara adalah dari ruang kelas ramuan yang jarang sekali diperiksa oleh para prefek.
"Oh, kalian." Seorang laki-laki berambut hitam lurus berkata dengan dingin.
"Sirius." Regulus berkata tak kalah dinginnya.
"Oh, hallo sepupu." Belatrik berkata dengan suara riang kekanakan.
"Apa maumu Bella?"
"Ck ck ck... mana sopan santunmu sepupu?" Bellatrix berdecak menggurui. "Betapa hancur hati Bibi Walburga jika melihatmu... dan pilihan teman-temanmu."
"Jaga kata-katamu BLack." kata Remus keras.
Bellatrix mendengus jijik "Sebelum kau menyuruhku menjaga kata-kataku, kenapa kau tidak urus saja pakaianmu?" Dia memandang Remus dari atas kebawah, menatap jijik bajunya yang sedikit agak lusuh. "Dan apa itu yang kau pakai? Jubah bekas ayahmu? Kuduga bahkan pakaian dalammu pun bekas!" dia memandang Remus meremehkan.
"Jaga mulutmu!" Tukas James dan Sirius marah.
Bellatrix mengacuhkan James dan Sirius. Dia memandang Remus, lebih tajam dari sebelumnya. "Oh ya, apa benar desas-desus yang kudengar selama ini?"
"Apa?" Remus berkata, suaranya agak kasar.
Mata Bellatrix menyipit waspada "Bahwa kau adalah Manusia Serigala." Kemudian dia menyeringai kejam. "Seandainya itu benar, bahkan kau lebih rendah dari Darah lumpur. Seharusnya kau di asingkan dan di buang. Seharusnya kau bersama kelompokmu yang lain. Sesama pencundang." Dia mengakhiri kejam.
Remus mengejang. Matanya berubah merah menatap Bellatrix. Buas.
Bellatrix mundur sedikit, merasa agak gentar. Mungkinkah gosip Manusia Serigala itu benar? Dia akan mencari tahu hal itu.
"Kau salah." James berkata keras. "Remus bahkan lebih normal daripada dirimu Black."
Bellatrix menoleh kepada James. "Potter..Potter.. Potter... aku pikir kau oke." Bellatrix menyibakan rambutnya dengan angkuh. "Kau Darah Murni. Sama sepertiku. Seharusnya kau lebih bijaksana. Berteman dengan Darah lumpur dan Manusia Serigala? Menjijikkan." Dia memandang Sirius "Kalian berdua sama saja. Harusnya kalian lebih bijak memilih teman, kalian telah menodai ras penyihir. Penghianat!"
"Itu bukan urusanmu Bella!" kata Sirius marahl. "Urus saja urusanmu sendiri, dan kudengar kau akan menjadi Pelahap Maut, eh? Geng gila yang ber-idialis konyol, aku bahkan ragu kalau pemimpin geng kalian punya darah semurni yang dia banggakan, bahkan aku kira comberan pun lebih murni daripada darah Voldemort."
Para Slytherin menegang.
"Jaga bicaramu Sirius!" Bentak Ballatrix marah. "Tidak boleh ada yang meragukan Pangeran Kegelapan dan jangan berani menyebut namanya dengan mulut kotormu itu!"
Dia mengeluarkan tongkatnya begitu juga Sirius. Mereka saling mendelik satu sama lain.
Yang lainnya mulai mengeluarkan tongkat, waspada terhadap kutukan yang mungkin akan diluncurkan lawan. Mereka semua siap berduel.
Sesaat dari mata Bellatrux terlihat kelaparan akan mantra yang sudah lama ingin dia coba. Kutukan Tak Termaafkan sangat ingin ia sampaikan pada Remus manusia serigala.
"Cru—"
"Expelliarmus!" Seru James. "Kau tahu mantra itu tidak diperbolehkan di Hogwarts, atau kau ingin membangunkan Dumbledore dan membuat kita semua terkena detensi!" James menatap Bellatrix tajam yang hanya menyeringai sinis seperti biasa.
"Apa pedulimu, Potter, kau bahkan lebih sering terkena detensi bersama kelompok gilamu dan sering melanggar peraturan jadi tak masalah detensi semalam saja."
Pintu ruang kelas ramuan berderit dan terbuka sedikit, memperlihatkan beberapa orang lagi yang masuk.
"Well, lihat Sev, darah lumpurmu datang!"
Para Gryffindor dan Severus menegang.
Severus membelalak kepada Bellatrix. Dia mengutuknya dalam hati. Dia tidak suka ada yang memanggil Lily dengan sebutan Darah lumpur. Dia harus bicara kepada Bellatrix nanti.
Mulciber dan Avery mendengkur senang. Ekspresi mereka lapar.
"Jangan pernah memanggil Lily dengan sebutan darah lumpur, Black!"
"Menyukai darah lumpur, itu bahkan lebih hina! Mereka rendah dan tidak berhak menjadi penyihir, kau darah murni seharusnya dapat memilih dengan lebih selektif lagi, Potter!"
"Tak usah memberitahuku apa yang harus dan tidak kulakukan, Black!" Desis James, matanya berkilat marah.
Di sudut lain, Lily Evans menegang dan hanya memperhatikan duel mulut antara Slytherin dan Gryffindor meskipun yang paling aktif hanyalah Bellatrix dan James yang saling adu balas komentar.
Lily melihat James dan Sirius yang menegang menahan kesal akibat ucapan yang dikatakan Bellatrix, mereka berdua mengacungkan tongkat sihir mereka ke arah Bellatrix bersamaan dengan Sverus, Mulciber dan Avery yang juga mengacungkan tongkat mereka pada James dan Sirius.
Sekilas para Slytherin akan menggunakan Kutukan Tak Termaafkan, namun Bellatrix memberi kode dengan gelengan. Ternyata dia takut terkena detensi. Lily tersenyum meskipun ia sedikit takut akan keberadaan mereka oleh para guru atau yang paling gawat adalah Mcgonagall mengetahuinya.
Lalu ada kilatan cahaya putih melesat melewati kepala Lily, Frank, dan Alice dan mengenai tongkat para Slytherin dan Gryffindor dan terpental jauh. Semua mata menyalahkan tiga orang yang berdiri di ambang pintu, namun mereka segera membelalakkan mata mendapati siapa yang ada di balik semuanya.
"Detensi untuk kalian semua!" Profesor McGonagall berkata dengan galak.
"Tapi professor…"
"Tidak ada tapi-tapian Miss Evans, aku mengharapkan yang terbaik darimu sebagai Ketua Murid, tapi…" Lily hanya menundukan kepala. "Dan kau juga Mr Potter!" Profesor McGonagall menambahkan dengan galak.
"Ini semua gara-gara KAU!" Lily berteriak
"Tenang lily, tenang..." James nyengir tanpa rasa bersalah.
"Sudahlah lily," Alice menenangkan gadis itu
Lily masih membelalak terhadap James, dan berkata "Tapi kita tidak melakukan apa-apa!"
"Yah, bagaimanapun kita berada ditempat dan waktu yang salah," Frank berkata dengan sedikit memberengut. Lupin menggelengkan kepala, sedangkan James, Sirius dan Peter hanya mengangkat bahu.
"Padfoot, kau makan seperti orang yang sudah 100 tahun tidak makan," Remus menaikan alis melihat bagaimana temannya makan.
Sirius mengangkat bahu dan berkata dengan mulut penuh " haku hedang halam masha fertumbhuhan". Lupin menggeleng-gelengkan kepala dan Peter hanya tersenyum kecil. Sementara itu James sedang merayu Lily untuk pergi ke Hogsmade bersamanya akhir pekan ini, dan dengan "sukses" membuat lily meledak-ledak.
"Ehm!"
Mereka melonjak kaget melihat Profesor McGonagall ada di belakang mereka. Frank dan Alice membeku, mereka (hampir) berciuman.
"Detensi dilaksanakan besok jam 10 pagi, Madam Pince membutuhkan kalian untuk menyortir buku-buku di perpustakaan," kata Profesor McGonagal mencela melihat kelakuan mereka.
"Tapi Profesor, besok akhir pekan, dan ada kunjungan Hogsmade, tidak bisakah di tunda?" Sirius memohon dan memberikan pandangan memelas bertaburan bintang ala film-film kartun.
"Tidak!" Profesor McGonagall berkata dengan galak. "Seharusnya kau pikirkan itu dulu! sebelum berbuat onar, dan sekarang terima konsekuensinya!"
"Ayolah Minnie…"
"Potong lima angka dari Griffindor! Bersikaplah sopan Black," Profesor McGonagal berkata dengan sangat galak akan tetapi wajahnya sedikit memerah.
"Apa kami akan detensi bersama anak-anak Slytherin yang bau?" James menyeringai
"Potter! Tidak! Kalian tidak akan bersama anak-anak Slytherin. Aku tidak mau kalian menghancurkan perpustakaan dengan saling mengutuk, tidak, anak-anak Slytherin akan melakukan hal lain untuk Mr Filch," kata Profesor McGonagal. " Dan kau Pettigrew, kau tidak perlu mengikuti detensi, tadi aku menerima pesan dari orang tuamu, bahwa kau diharapkan hadir di acara keluargamu saat ini, dan kau bisa memakai perapian di ruang kantorku,"
James dan Sirius mengeluh keras-keras. Profesor McGonagal menatapnya mencela.
"Sorry Prongs, Padfoot, Moony, Lily, Alice, Frank," Peter berkata sambil nyengir lebar dan berlalu mengikuti McGonagal.
"Aah.. gagal...gagal.. semua rencana akhir pekanku," keluh Sirius "Kencan-kencanku… Dhapne, Cecil, Rosie, Carol, Angela…"
Lily membelalak dan berkata "Seharusnya KAU! pikirakan hal itu sebelum berbuat onar!." Alice, Frank dan Remus hanya menggeleng-geleng.
"Aaah ini membosankan," Sirius berkata sambil melemparkan buku ketumpukan "Menyortir buku… aku bisa melakukan hal lain yang lebih berguna," gumam Sirius.
"Hentikan keluhanmu Padfoot, aku sudah mendengarnya hampir 100 kali, lagipula disini tidak terlalu buruk," James berkata sambil mengacak rambut dan nyengir ke Lily. Yang hanya di balas oleh gadis itu dengan membelalak.
"James,"
"Ya Moony?"
"Apa kau punya saudara bernama Harry Potter?" Lupin berkata di antara tumpukan buku-buku.
"Harry Potter?" James mengernyit. "Tidak, aku tidak punya, siapa dia?"
"Lihat buku ini," Lupin berkata sambil memperlihatkan sebuah buku. "Dia mirip sekali denganmu… aku pikir mungkin dia saudaramu atau..?
"Anakmu?" Sirius menyeringai lebar.
"Apa?" James membelalak kaget.
"Coba lihat tahun terbitnya," Frank berkata dengan tertarik.
"Tahun 1997," pekik Alice "Ini.."
"Masa depan…?" Lily berkata setengah takjub setengah tidak percaya.
"Yes! Prongs punya anak.., Prongs punya anak.., Prongs punya anak.., Prongs punya anak..." Sirius bernyanyi sambil menarikan tarian hula-hula.
James kelihatan agak shock. Anaknya? Benarkah…
"Ayo kita baca," Remus menyarankan. Dan semua menganggukan kepala terlihat tertarik, seperti apakah masa depan itu dan seperti apakah anak si pembuat onar ini. Mereka tertawa kecil membayangkan James junior.
"Biar aku duluan" Remus berkata dan mulai membaca judulnya " Harry Potter and the Philosopher's Stone" ]
