After One Hour Game

Sequel of One Hour

.

.

.

.

The Game is Start Again

Pagi menyambut kota kecil yang secara mendadak menjadi kota besar karena sebuah guild penyihir. Banyak orang berlalu-lalang menjalankan aktifitas pagi mereka. Berbelanja, berolahraga dan yang lainnya.

Siluet gadis bersurai pirang yang sedang memandangi jalanan depan rumahnya menarik perhatian kucing terbang bewarna biru. "Ne, Lucy, ada apa?"

Yang dipanggil berjengit kemudian menatap kucing yang memasang wajah khawatir di hadapannya. Seulas senyum serta gelengan kepala menjawab pertanyaan barusan. "Um, aku tidak apa-apa. Hanya sedikit capek?"

Happy mengangguk sebagai tanda mengerti, sekilas mata besarnya melirik kamar Lucy yang sedikit berantakan. Oh ya, Happy jadi ingat sesuatu. "Ne Lucy, apa kau tahu Natsu? Kemarin dia tidak pulang,"

Sebelah alis Lucy terangkat. Bingung. "Natsu tidak pulang dan kau di sini?"

Happy mengangguk, kucing tersebut masuk ke dalam kamar Lucy dan duduk di atas meja. "Kupikir dia bersamamu, jadi aku tidak khawatir. Mengingat kalian adalah sepasang kekasih," Happy menggodanya, ya, itu pasti. Nada bicara dan ekspresinya benar-benar menunjukkannya.

Tapi, yang lebih membuatnya bingung adalah-

"Mungkin dia tertidur di guild. Mau mengeceknya?"

-keberadaan Natsu tanpa Happy di sampingnya adalah suatu hal yang mustahil.

...

"Eh? Dia tidak di sini?"

Gadis bartender itu mengangguk dengan seulas senyum seperti biasa, tangannya masih setia menmbersihkan gelas yang menjadi tugasnya. Sebersit rasa khawatir timbul di benak Lucy, ini tidak biasanya. Maksudnya, kepergian Natsu tanpa diketahui orang lain itu tidak biasa.

Kalaupun itu misi, laki-laki bodoh itu akan pergi bersama rivalnya atau dirinya. Merasa ada yang tidak beres, putri sulung keluarga Strauss itu bertanya. "Ada apa? Ada yang salah?"

Lucy mengangguk kecil, ia melirik Happy yang sedang 'lovey-dovey' dengan exceed milik Wendy, Carla. "Sebenarnya Natsu tidak pulang semalaman ini. Bahkan Happy juga tidak tahu dimana dia sekarang,"

Itu bukan sesuatu yang mengejutkan- Pikir Mira, namun saat mendengar nada gantung dalam kalimat Lucy, ia memutuskan untuk tidak berbicara. "aku takut bila sesuatu terjadi padanya. Meski ia kuat, tapi kau tahu kalau dia bodoh kan?"

Mira mengangguk menyetujui perkataan Lucy yang terakhir, "Apalagi kebodohannya bisa membuatnya dalam masalah,"

Lucy menunduk, sebersit rasa bersalah lewat di hati Mira ketika melihat Lucy. Sepertinya ia salah berucap tadi. "Akan kubuatkan Strawberry Milkshake, tunggulah. Ini gratis,"

"Lucy? Bagaimana? Apa Mira tahu sesuatu?"

Lucy menggeleng ketika suara Happy terdengar. Ia merasa khawatir sekarang. Lucy menautkan kesepuluh jarinya dan menempelkan dahinya pada kedua ibu jarinya yang bertemu. Meski lirih, namun Happy mendengarnya.

"Natsu,"

BRAK!

Suara pintu guild yang dibanting seseorang mengalihkan perhatian seisi guild, tak terkecuali Lucy. Ia mengangkat kepalanya dan berharap bahwa yang membanting pintu tadi adalah-

"Natsu!"

-Sang Fire Dragon Slayer, Natsu Dragneel. Setidaknya dalam keadaan baik-baik saja, tidak dengan keadaan yang mengenaskan seperti ini.

"Uh... Bisa... kalian bantu aku?"

...

"Astaga, itu benar-benar gawat. Kalau Jellal tidak langsung menariknya, entah apa nasib Natsu sekarang." Jellal hanya bisa membuang nafas dan menatap rekan se-timnya baru-baru ini yang terbaring di atas ranjang ruang kesehatan guild.

Syukurlah saat itu ada Wendy, jadi Natsu bisa langsung diberi pertolongan. "Lalu bagaimana denganmu? Ada yang terluka?"

Jellal menggeleng mendengar pertanyaan Bisca, "Aku tidak apa-apa, tak perlu cemas. Hanya terkena goresan,"

Jellal terdiam dan memikirkan segala kemungkinan yang bisa terjadi saat itu. Pertarungan melawan anak buah dark guild di bawah pimpinan Grimoire Heart yang masih tersisa itu memang memakan banyak tenaga. Apalagi ada beberapa mage baru yang kuat.

Tapi dari semua pertarungan yang dirinya dan Natsu hadapi, hanya ada satu pertarungan yang ganjil. Pertarungan dengan salah satu mage baru yang misterius. Mengenakan pakaian lusuh yang ditutupi oleh jubah hitam hingga ia tidak bisa melihat parasnya.

'Apalagi yang makin membuatku curiga adalah tatoo bergambar kucing itu, apa orang itu salah satu dari guild Caith Shelter?'

Jellal menggeleng, tidak, tidak mungkin. Guild itu hanyalah ilusi dan guild Caith Shelter bukanlah dark guild. 'Lalu... apa?'

Ia menggigit kuku ibu jarinya sambil terus memutar otak. Ini rumit. Terlalu rumit. Terlalu banyak pertanyaan dan ia tidak memiliki cukup informasi. Sebuah tepukan ringan membuyarkan pemikiran Jellal, "Pulang dan istirahat, kau harus memulihkan kondisi tubuhmu."

Siapa?!

Jellal berdiri dan memperhatikan sekeliling, tidak ada apa-apa. Hanya-

Tunggu!

Jellal meneguk salivanya, 'Ini... dimana!?'

'Hehehe, aku menemukanmu~'

TBC

Ini re-write karena untuk cerita yang 'asli' alurnya salah. Word-nya juga lebih sedikit, huhu... T-T

Tapi ya sudahlah, ini karena otak saya yang lagi mampet-mampetnya(?) soalnya lagi hujan #apahubungannya? #abaikan. Btw, saya minta reviewnya please? *wink*