Aku jatuh cinta pada gadis yang menangis
Aku tidak tahu kenapa jantungku berdegup kencang dan perutku serasa kemasukan berjuta kupu – kupu. Yang ku tahu adalah sekarang, aku sedang berdiri, bersandar pada dinding, memperhatikannya, menangis di bawah terpaan sinar bulan.
Aku tidak pernah melihatnya menangis. Bahkan aku tidak tahu dia bisa menangis. Setahuku, Hermione Granger adalah gadis yang keras, berpendirian, mandiri, tidak suka penindasan, galak, dan yah, sekali lagi, dia adalah gadis yang keras.
Tetapi pengelihatanku sekarang berkata lain. Gadis yang berada di gundukan tangga di dekat menara itu bukanlah Granger yang keras. Dia bersandar pada dinding memeluk lututnya, meneteskan air mata. Untuk beberapa saat, aku kira mataku mulai rusak, tetapi lalu aku yakin, tidak pengelihatan seorang Penyihir Berdarah Murni tidak mungkin salah
Aku memberanikan diri untuk mendekatinya.
" He.. Hermio.. ne ?"
Gadis itu tidak memedulikanku, dia menangis lebih keras. Tentu saja aku merasa sedikit bersalah, aku lah yang mengakibatkannya menangis.
" Um.. kau tahu aku tidak bermaksud menyakiti mu.." ujar ku.
Dia kembali terisak.
" Hermione.." Aku memberanikan diri untuk menyentuh pundaknya. Tiba – tiba buluk kuduk ku menegang, dan aliran listrik yang keras mengaliri tanganku yang menyentuhnya. Dan seakan ia merasakannya juga, ia refleks menjauhi tanganku.
"Pergi" katanya.
" Tapi.."
"Aku bilang PERGI. Mau apa kau sekarang Malfoy? Pergilah..." Ia terisak.
" Tidak, aku tidak akan pergi"
" PERGI!" ia mengangkat wajahnya menarik tongkatnya, dan mengucapkan sebuah mantra. Dalam sekejap burung – burung kecil apa lah namanya itu menyerangku dengan mulut mereka yang tajam mirip pedang. Aku pun lari menjauh.
Aku sudah lepas dari serangan burung burung kecil sialan itu, saat aku jatuh terduduk bersandar pada dinding asrama. Aku menyesali tindakan ku tadi, sangat lah pengecut. Lari karena serangan burung kecil? Itu sangatlah bukan Draco Malfoy. Lalu aku mulai memikirkan Granger, andai saja aku bisa memeluknya dan menghapus air matanya itu, akan kulakukan tadi. Sekarang siapakah yang menenangkan nya? Apakah si Potter itu atau jangan – jangan si Weasley? Tidak, seharusnya aku yang membuatnya berhenti menangis. Draco Bodoh.
Aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku. Mungkin seseorang telah memantraiku, atau otakku kerasukan sesuatu. Masa aku mulai tertarik pada si Granger itu sih? Dia kan penyihir berdarah lumpur. Ah ya ampun.
Tapi sepertinya hatiku tidak bisa diajak berkompromi, aku terus – terus memperhatikan gadis yang tengah menangis itu. Ia berjalan menjauh dari tempatnya, mungkin pergi ke asramanya, rambut ikal kecoklatannya menyala – nyala diterpa sinar bulan.
Sebelum ia melangkah lebih jauh, ia menengok kebelakang. Wajahnya pucat, matanya sembap, dan ada bekas air mata di pipinya. Aku menatapnya dalam gelap, kemungkinan besar ia tidak akan bisa melihat wajahku. Tetapi aku bisa melihatnya dengan jelas, wajah manis itu terlihat sangat sedih. Ah, dia pasti sangat membenciku sekarang.
Ia berlari menjauh, namun aku tidak bisa bergerak untuk mengejarnya. Yang aku tahu hanyalah, malam ini, aku jatuh cinta pada gadis yang menangis.
