Karneval milik mangakanya.

Fanfic ini tulisan saya.

(Tulisan lama yang baru sempat ngepost kesini)

Selamat membaca!

"Gareki-kun?" Pemuda pirang diatas ranjang pesakitan itu menoleh ke arah pintu. Menyapa tamunya yang tengah berada diambang pintu. Beberapa detik tak ada sahutan, ia pun menoleh. Mengarahkan pandangan kedua mata lavendernya keluar jendela. Dan kesenyapan diruang berpenghuni disana menyeruak dalam.

"Ap- apa Nai-chan baik-baik saja, Gareki-kun? Gara-gara harus berbaring disini, Akari-sensei bahkan tak membiarkanku menemui Nai-chan. Ak-"

"Dia baik-baik saja," Gareki melangkah mendekat. Tak cukup membuat pasien dihadapannya itu menoleh padanya. Sengaja.
"Berhenti menyalahkan dirimu sendiri. Jangan bersikap menjadi orang lain."

"Orang lain? Ck. Bahkan aku tak mengerti tentang diriku yang asli. Kau melihatnya, bukan? Bahkan menjadi orang lain yang kau maksud itupun sepertinya masih tetaplah 'diriku'." Gareki hanya memandang malas kearah Yogi -sang pasien. Ia tak suka pemuda yang lebih tua darinya itu saat seperti ini. Terlalu sentimentil.

"Yogi yang kukenal adalah pria idiot seperti biasanya." Yogi menoleh. Menunjukan senyum lembut terbungkus mata sayunya.

"Sepertinya ini pertama kalinya aku mendengar Gareki-kun memanggil namaku. Apa kau sudah menganggapku teman?" Yogi sedikit sumringah. Tapi Gareki sebaliknya. Pemuda tsundere itu memang susah menunjukan hal yang sejujurnya.

"Jangan bodoh." Dua kata jawaban Gareki seolah sudah membuat Yogi mengerti.

"Begitu ya,"

Beberapa menit berlalu. Tak ada yang membuka mulut selama itu. Entah apa yang sedang mereka pikirkan.

CKLEK

"Yogi-kun? Kau baik-baik saja? Aku khawatir sekali karena kau pingsan tiba-tiba," Nai masuk ke ruang rawat Yogi bersama Tsukumo.

"Aku mendengar kau sudah sadar dari Hirato-san. Syukurlah sepertinya kau lebih baik, Yogi." Tsukumo berbicara dengan wajah datarnya. Entah apa yang ia rasakan, tapi ekspresinya tetaplah sulit untuk berubah. Gadis yang cukup misterius.

"Ah, maaf telah membuat semuanya cemas. Lain kali aku akan lebih berusaha." Yogi memandang keluar jendela. Bahkan ia tak sungguh-sungguh mengerti dirinya. Membebani teman-temannya. Hanya itu yang ia pikirkan sekarang. Ia mampu melindungi teman-temannya, dan pada akhirnya ia hanya menjadi beban bagi orang-orang disekitarnya.

"Yogi-kun, jangan kalut. Kami bersamamu." Nai mendekat. Benar, hanya ia yang sensitif pada keadaan sekitarnya. Ia bisa merasakan perasaan Yogi meski tak mengerti masalahnya. Ia menggenggam tangan kiri Yogi yang bebas selang infus. Yogi menoleh. Mengangguk mengerti apa maksud Nai.

"Ya, terima kasih Nai-chan." Yogi tersenyum penuh. Meski Gareki tahu itu sekedar topeng.

END