YOU NEVER WALK ALONE {sequel of 'sad ending'}; storyline by prkjmins 2017
Park Jimin x Min Yoongi
[ WARNING : genderswitch!yoongi; slight!hopega; dan peringatan-peringatan lainnya yang tidak tertulis ]
Jimin menatap cukup lama pintu putih berbahan mahoni di depannya sebelum mengetuknya pelan sebanyak tiga kali. Tidak butuh waktu lama, pintu itu dibuka dari dalam. Muncul lah seorang wanita hamil dengan baju panjangnya, menatapnya sambil tersenyum kecil. Senyumannya begitu manis, membuat Jimin harus menelan ludahnya terlebih dahulu sebelum berbicara.
"Selamat sore, Yoongi."
"Jimin? Tumben mau mampir. Biasanya kau tetap mengegas motormu ketika lewat rumahku," ucap Yoongi. Tangannya meraih lengan teman suaminya tersebut untuk masuk ke dalam rumahnya, menyambut dengan hangat kedatangan Park Jimin. Hoseok pernah berkata kepadanya kalau dia harus menyambut Jimin dengan baik, karena pria ini bekerja sangat keras di setiap harinya. Pekerjaannya sebagai dokter untuk agen rahasia benar-benar melelahkan. Bayangkan di samping kau merawat agen yang terluka, kau masih harus pintar-pintar menyembunyikan segala informasi, baik informasi dirimu sendiri mau pun milik agen tersebut.
"Apakah kau sedang kosong, Park?"
"Yah, sepertinya begitu. Kalau pun aku punya jadwal, aku tidak peduli. Aku ingin menemanimu saja." Yoongi mendesis lalu menatap Jimin dengan tatapan geli. Ia memberikan segelas susu hangat yang baru saja dibuatnya kepada Jimin.
"Terima kasih—tapi tunggu. Ini bukan susu ibu hamilmu 'kan?"
Wanita di hadapannya nyaris memecahkan gelas tadi kalau saja Jimin tidak segera mengambilnya. Ia tertawa lepas, membuat Jimin mau tak mau ikut terkekeh melihatnya. Yoongi kemudian mendudukkan dirinya di samping tempat Jimin duduk. Dia terlihat sangat cantik dengan rambutnya yang diikat ke belakang, ditambah dengan senyumnya yang cantik.
Jimin masih ingat dulu kala Yoongi belum menikah, demi apa pun dia terlihat jauh berbeda dari yang sekarang. Min Yoongi yang dulu itu berambut pendek dan dibiarkan acak-acakan, lalu tidak kenal dengan alat kosmetik, tidak pernah mau pakai rok, dan bertingkah seperti berandalan. Sedangkan sekarang? Yoongi terlihat feminin dengan surai hitamnya yang panjang, juga balutan dress dan ulasan tipis bedak pada wajahnya. Pasti penyebab semua perubahan ini bukan lain dan bukan tidak adalah Jung Hoseok. Dengan kekuatan jenis apa sehingga Yoongi menjadi seperti ini Jimin pun juga bingung.
"Semoga saja tidak tertukar dengan susu milikku."
"Jika ini susumu, kau harus bertanggung jawab jika aku hamil nanti."
Yoongi mau tak mau kembali tertawa. Sungguh, kalimat yang dilontarkan Jimin tadi begitu mengocok perutnya. Well—bagaimana bisa kau langsung hamil hanya dengan meminum susu milik ibu hamil?
"Maaf, sepertinya aku sedang kelebihan hormon serotonin," Yoongi menarik napas, berusaha untuk menstabilkan kembali tubuhnya.
"Coba kutebak, pasti kau ingin berbicara sesuatu denganku. Katakan."
Jimin menghela napasnya, ia meletakkan gelasnya di atas meja lalu menautkan jari-jarinya sedemikian rupa untuk mengurangi kegugupannya. Ini bukan lah sebuah topik yang mudah untuk dibicarakan. Ia datang ke sini untuk menyampaikan kabar kematian Hoseok, Yoongi pasti tidak akan sanggup mendengarkannya—ia yakin itu. Wanita ini sangat mencintai Jung Hoseok, bahkan ia tengah mengandung anaknya. Jimin akan sangat menyakitinya kalau ia memberitahu kabar tersebut.
"Park Jimin, agen Jung Hoseok terbunuh dalam misi A."
Pesan itu diterimanya semalam. Kang Seulgi menyampaikannya dari Inggris tanpa ada rasa bersalah sedikit pun, membuat Jimin geram dibuatnya. Pria itu sempat mengamuk terhadap perempuan berambisi tinggi tersebut, bahwa adalah sebuah kesalahan mengikut sertakan Hoseok di misi tingkat internasional, bahwa Hoseok tidak pantas dikorbankan pada misi, dan bahwa pria ini masih—sangat—diperlukan dalam keluarga kecilnya. Tapi luapan emosinya tersebut tak kunjung menyadarkan Seulgi, ia tidak mengindahkan setiap kalimat milik Jimin.
"Dokter Park, segera sampaikan kabar kematian ini kepada keluarganya."
"Aku tidak akan menyampaikannya! Aku tidak ingin membuat Yoongi sedih, ia sudah cukup menderita."
"Jika kau tak kunjung menyampaikannya, kau akan semakin menyakitinya karena ia terus menunggu Hoseok yang pada kenyataannya telah meninggalkannya."
Pernyataan Seulgi yang satu itu membuat Jimin berpikir dua kali dan menghasilkan keputusan hari ini. Jimin akan pergi menemui Yoongi lalu mengucapkannya pelan-pelan agar tidak menyakiti wanita yang disayanginya ini—walau pun pada kenyataannya sangat mustahil untuk tidak menyakiti.
"Yoongi, sebelum aku mengatakannya, ijinkan aku minta maaf dulu kepadamu," Jimin mengucapkannya dengan wajah tertunduk, enggan bersitatap dengan Yoongi yang bingung akan sikapnya. Wanita itu menepuk telapak tangannya, secara tidak langsung menyuruh Jimin menatap wajahnya.
"Ada apa?"
"Hoseok suamimu—tidak selamat dari misi."
Dirasakannya genggaman Yoongi mengeras, tubuhnya seolah membeku disaat ekspresinya tidak bisa Jimin baca. Pria itu mengutuk dalam hati, menyalahkan dirinya berulang-ulang kali karena telah menyampaikan kabar buruk tersebut kepada Yoongi.
"Maafkan aku."
Kini giliran Jimin yang tercekat, kedua netra kelamnya menangkap sebuah senyuman getir terlukis di bibir tipis Yoongi. Wanita itu hanya tersenyum, matanya masih bersih—tidak berkaca-kaca atau pun mengeluarkan air mata.
"Ah, aku sudah menduganya."
"Yoongi, kau tidak apa-apa 'kan?"
.
.
.
"Tidak, aku tidak apa-apa."
.
Jimin memejamkan matanya. Bohong. Ia tahu Yoongi tidak serius dengan ucapannya. Sekali pun wajahnya mendukung, tapi tetap saja. Min Yoongi bukan lah seorang pembohong yang handal.
.
.
Jimin membuka matanya untuk kesekian kali. Di malam yang hening ini, ia sama sekali tidak dapat memejamkan matanya dengan tenang. Setiap kali matanya terpejam, ingatan kejadian tadi sore terputar secara otomatis, membuat Jimin bangun dan menyesali keputusannya.
Ia melihat sekeliling, kamar ini tidak berubah banyak dari terakhir kali Jimin menginap di kediaman Jung. Mungkin hanya seprai kasur yang baru, lalu gorden dan karpet yang diganti agar kamar tetap bersih. Dan tentang perihal menginap ini, bukan sesuatu yang baru bagi Jimin. Ia sering melakukan hal tersebut kala ia tidak sempat untuk pulang ke rumahnya yang terbilang jauh. Hoseok dan Yoongi sama sekali tidak keberatan, mereka malah menerima kehadirannya dengan senang hati.
Pria bersurai kehitaman itu kemudian memutuskan untuk keluar dari kamar, berniat meneguk setidaknya segelas air dingin agar pikirannya bersih kembali. Namun tepat sebelum ia membuka pintu kamarnya lebar-lebar, indra pendengarannya merangsang sebuah suara tangisan. Jantung Jimin serasa berhenti berdetak, suara isakannya begitu memilukan—seperti kau ingin berteriak namun kau tidak bisa karena kau tak mau ada orang yang tahu kau sedang menangis.
Itu Min Yoongi. Ia menangis di ruang tengah, sendirian.
.
.
"Aku benci saat kau berbohong—"
Yoongi mengangkat kepalanya, mendapati sosok Jimin di hadapannya, sedang menatap matanya dengan wajah sendu.
.
.
"Katamu tidak apa, tapi kenapa sekarang menangis?" ibu jari Jimin berjalan di sepanjang pipi Yoongi, menghapus tiap butir air mata yang menganggu wajah cantiknya. Kedua mata kecilnya tampak bengkak dan memerah, menunjukkan bahwa ia sudah lama menangis. Air matanya tak kunjung berhenti, malah semakin deras kala Jimin menghampirinya.
Pria itu menarik tubuh Yoongi ke dalam pelukannya, berusaha menenangkannya dengan usapan pelan pada punggung. Yoongi melingkarkan tangannya ke leher Jimin lalu menenggelamkan kepalanya pada bahu lelaki yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.
.
.
"Jimin, Hoseok—aku ingin Hoseok kembali."
Jimin menghela napasnya, memakluminya meski hatinya terasa sakit kala mendengar raungan Yoongi.
Benar. Tidak mungkin Yoongi melepaskan begitu saja kepergian suaminya.
to be continued.
pojokers:
HUU MAAFKAN AKU TELAH MENGUBAH PAIRING UTAMA CERITA INI TaT habisnya kan kasian yoongi sendirian, harus ada yang nemenin:")
di sini ceritanya jimin kayak cinta bertepuk sebelah tangan dari dulu, tapi dia tetep setia walaupun yungi uda sama si hoseok huhuu kujuga kepengen disetiain (oke stop). and kalian bisa bayangin jimin pas era fire, dimana-mana memang era itu yang paling mantap. rambut item ada, hair flip ada, abs pun juga ada/eh.
fav, follow, and comment for the next chap!:)
