Anezha L.G
Oh Family : Baby Hwanie
Declaimer : Mereka milik Tuhan YME, orang-tua dan diri mereka sendiri.
Rated : T
Cast : Oh Sehun, Xi Luhan, Oh Jun Hwan ( OC ) and many more.
Warning: Shounen-Ai, M-PREG, AU, OOC, OC, Typo(s).
Summary: "Oh Jun Hwan. Bayi tampan yang memiliki sejuta kelakuan menggemaskan."
Don't like don't read!
PROLOG
Matahari masih malu-malu untuk menampakkan keperkasaannya menerangi bumi. Belum terlihat tanda-tanda kehidupan bagi penghuni salah satu bagian bumi tersebut. Sebut saja itu Korea dan lebih tepatnya Korea Selatan. Terletak di ibukota Korea Selatan, Seoul.
Berdiri dengan kokoh sebuah rumah bercat krem itu yang kebetulan memiliki rupa dan arsitektur sama dengan rumah sebelah -tetangga. Kenapa demikian? Apa si pemilik rumah tidak merasa risih dengan keadaan rumah sebelah yang detailnya terlalu mirip tersebut? Oh, sepertinya pertanyaan itu harus ditelan bulat-bulat sebelum sampai diujung lidah karena rumah-rumah itu memang berada di kompleks perumahan yang mau tidak mau penghuninya harus rela berbagi bentuk rumah itu.
Kini masuk ke salah satu rumah yang terdapat di kompleks itu. Sebenarnya keadaannya biasa-biasa saja jika melihat salah satu jam dinding yang menjadi penghuni tetap itu masih menunjuk angka empat pagi. Dan wajar pula jika keadaan rumah tersebut masih sangatlah hening, itu karena para penghuninya masih merasakan betapa hangatnya selimut yang melapisi tubuh mereka.
Apa tadi aku berkata wajar? Kali ini kata wajar itu sedikit tergeser kata tidak karena suara melengking diikuti suara gaduh bersahut-sahutan didalam rumah yang mekiliki nomor identitas 97 di pintu depannya.
Kenapa terjadi suara gaduh itu? Sebaiknya kita masuk untuk secara langsung mengeceknya.
Di dalam salah satu kamar di dalam rumah itu tampak seorang pria bersurai hitam terpaksa bangun dari tidurnya seraya menggosok kedua telinganya begitu mendengar suara melengking seorang bayi yang menjadi salah satu penghuni rumah itu. Pria itu lantas melompat turun dari ranjang besarnya yang kini kosong kemudian berlari terhuyung karena kepalanya masih sedikit pusing karena tiba-tiba harus terbangun.
Dengan sedikit perjuangan ia akhirnya sampai di pintu kamar yang letaknya persis disebelah kanan kamarnya yang sudah terbuka lebar.
Alih-alih masuk ia terpana melihat laki-laki cantik yang tengah menggendong bayi didepan box bayi. Itu "istri"nya, oh ayolah bung tidak perlu melotot seperti itu. Apa yang kukatakan memang benar adanya.
Laki-laki cantik itu menoleh saat perasaannya mengatakan ia tengah diperhatikan. Dan benar saja didepan pintu sana berdiri suaminya yang tengah menatap dirinya dengan wajah kusut -khas bangun tidur.
"Sehunie." Ujar suara itu terlampau halus untuk ukuran laki-laki.
Pria yang dipanggil Sehunie itu lantas berjalan masuk seraya tersenyum kecil kearah istrinya. Ia mengecup dahi istrinya sebentar kemudian mengalihkan pandangannya ke arah bayi yang ada didalam gendongan si laki-laki cantik -bayi mereka yang masih menangis walaupun Sekarang sudah mulai memelan. Sepertinya ia sudah mulai tenang melihat kedua orang-tuanya sudah berapa disisinya.
"Kenapa Hwanie menangis?" Oh Sehun -nama pria itu, bertanya kepada istrinya yang masih mengusap-usap punggung bayi mereka.
"Tiba-tiba dia terbangun lalu menangis. Sepertinya Hwanie takut tidur sendirian." Jawab Luhan -nama istri Sehun.
"Sehunie. Kita tidur bertiga lagi saja ya? Lagipula Hwanie masih satu tahun." Tatapan memohon Luhan berikan kepada suami tampannya itu.
Tanpa berpikir panjang tentu saja Sehun segera menyetujuinya. Ia juga tidak mau egois meninggalkan bayi mereka tidur sendirian dengan alasan kenyamanan sang bayi tersebut.
Ia mengangguk kecil lalu ikut menenangkan Hwanie dengan menciumi pipi kemerahan bayi mungil tersebut.
Mata bulat besar itu segera mengamati wajah sang ayah yang membuatnya lupa untuk menangis kembali.
"Taa~" Celotehnya seraya mencoba memegang wajah tampan sang ayah.
"Iya sayang ini Appa."
Jun Hwan kemudian terkekeh khas bayi membuat kedua orang-tuanya ikut tersenyum.
Sehun mengangkat kepalanya begitu ia berhasil menghentikan tangisan Jun Hwan.
"Sehunie. Kau kacau sekali." Luhan berucap saat melihat penampilan acak-acakan suami tampannya, ia bahkan terkekeh pelan.
"Oh ayolah, Lulu. Tadi aku bangun tiba-tiba begitu mendengar suara Hwanie. Apa aku perlu merapihkan penampilanku dulu sebelum datang kesini?" Sehun bersidekap tangan merajuk seraya memperhatikan wajah cantik istrinya yang dihadiahi senyuman manis Luhan.
Tidak tahan melihatnya, Sehun menggigit gemas pipi chubby milik istrinya.
"Akh, appo!" Luhan menjerit sakit kemudian meringis.
Sehun tersenyum tampan tidak merasa bersalah sama sekali setelah menjauhkan wajahnya dari pipi Luhan yang Sekarang tampak kemerahan karena ulahnya.
Baru beberapa detik Luhan membalas dengan menendang tulang keringnya. Ia lupa istrinya ini mantan pemain bola dimasa sekolah dulu jadi jangan heran kaki Luhan adalah bagian tubuh yang paling kuat milik istrinya.
Jun Hwan yang mengira orang-tuanya sedang bermain tertawa senang seraya menepuk-nepuk tangan kecilnya.
"Aish, Hwanie. Eomma-mu ini jahat sekali pada Appa." Sehun mengadu kepada bayi kecilnya seraya mengusap bagian betisnya yang berdenyut nyeri karena Luhan kalau sudah menendang tidak akan main-main kekuatannya.
"Mma~" Celotehnya mendengar curhatan sang ayah, ia mendongak menatap sang Eomma yang balas menatapnya dengan senyum manis.
"Ani. Appamu itu nakal Hwanie. Lebih baik Hwanie Sekarang tidur lagi ya?" Luhan memotong acara adu-mengadu antar ayah-anak itu kemudian berlalu menuju kamarnya dan Sehun, menghiraukan suaminya yang masih asik mengelus betisnya.
"Ya! Oh Luhan!" Sedikit berteriak Sehun segera menyusul Luhan dan Jun Hwan yang terlebih dahulu berjalan meninggalkannya.
Luhan menidurkan Jun Hwan tepat ditengah-tengah ranjang king size dikamarnya. Ia berbaring miring menghadap buah hatinya seraya memberikan ASI untuk Jun Hwan. Bayi berumur genap satu tahun bulan Mei kemarin itu menyusu dengan lahap seraya mengamati wajah cantik Eommanya.
Tidak lama kemudian Sehun masuk diiringi suara terseok kakinya yang masih terasa nyeri. Laki-laki tampan itu kemudian duduk diranjang samping Jun Hwan yang masih kosong lalu menatap Luhan serta Jun Hwan.
"Kalau masih mengantuk tidur lagi saja, lagipula Hwanie sudah tenang." Luhan memecah keheningan diantara mereka, tangannya mengusap sayang surai cokelat madu milik Jun Hwan yang ia turunkan.
Sehun menggeleng lalu ikut berbaring miring menghadap istri dan buah hatinya, dagu ia tumpukan diatas kedua lengannya yang ia lipat.
"Tidak apa. Aku bisa tidur lagi siang nanti. Kurasa menemanimu seperti ini lebih menyenangkan." Sehun tersenyum tulus disela ucapannya membuat Luhan ikut tersenyum.
Jun Hwan yang kembali mengantuk mengusap mata sipitnya, tetapi masih belum melepaskan bibir mungilnya untuk menyusu dari ibunya.
"Sehunie, kemari!" Luhan melambaikan tangan menyuruh suaminya untuk lebih mendekat. Sehun dengan patuh menggeser badannya mendekati Jun Hwan.
"Lihat! Hwanie meniru gerakan tidurmu!" Luhan berujar semangat tetapi pelan itu seraya menunjuk bibir merah Jun Hwan yang tengah bergerak-gerak seperti menggerutu persis dengan ayahnya yang sesekali menggerak-gerakkan bibirnya tanpa sadar saat tidur.
Sehun membulatkan mulutnya melihat perilaku menggemaskan Jun Hwan yang menurun darinya.
"Memangnya aku seperti itu ya?" Sehun bertanya penasaran yang langsung diangguki semangat oleh Luhan.
Ia tidak sadar punya hobi unik itu, bahkan ibunya tidak pernah memberitahu. Pantas saja wanita paruh baya itu sering tertawa sehabis membangunkannya dulu.
Jun Hwan tiba-tiba saja berhenti menyusu lalu berbaring telentang diiringi kuapan dimulut kecilnya. Rupanya ia sudah tidak tahan dengan rasa kantuk yang menderanya. Beberapa detik kemudian Jun Hwan sudah terlelap diiringi gerakan bibirnya yang tidak berhenti.
Luhan yang melihatnya tertawa kecil seraya membenarkan letak bajunya yang tadi terbuka sebelah untuk menyusui Jun Hwan.
Sehun pun tak kalah gemasnya hingga ia menciumi pipi gembul Jun Hwan yang untungnya sudah terlelap itu.
"Sudah hentikan Sehunie! Nanti Hwanie bangun lagi." Luhan menjewer telinga Sehun hingga memerah yang dibalas ringisan oleh yang bersangkutan. Ia melingkarkan tangannya dipinggang kecil Jun Hwan yang terlelap itu dan tangan satunya kembali mengusap surai halus Jun Hwan.
"Hei, Lu." Sehun menatap istrinya yang tengah tersenyum melihat wajah menggemaskan Jun Hwan.
"Hm?" Mengangkat wajahnya, Luhan balas menatap wajah suami tampannya.
"Kau lupa memberiku morning kiss." Sehun berujar dengan wajah merajuk.
"Oh, benarkah?" Luhan membuat wajah seolah terkejut. Ah, tidak sadarkah Sehun kelakuannya ini mirip Jun Hwan yang tengah meminta sesuatu itu.
Luhan kemudian memejamkan matanya seraya mengecup telapak tangannya sendiri setelah itu meniupnya kearah dimana Sehun berada.
Sehun yang melihatnya sontak berpura-pura menangkap flying kiss dari Luhan dengan tangannya lalu menghirupnya semangat. See? Sangat kekanakan sekali.
Luhan tertawa renyah melihat kelakuan Sehun. Ia yang memang dasarnya galak seolah melupakan kegalakannya ketika melihat sifat kekanakan suaminya.
"Masih kurang Lu~" Sehun kembali membuat nada merajuk seraya menunjuk bibirnya sendiri.
"Ah, sudahlah. Aku mau mandi setelah itu membuat sarapan untuk kalian jadi jaga Hwanie disini ya!" Luhan bangun dari posisi tidurannya lalu melenggang ke arah kamar mandi yang ada didalam kamar.
Sehun menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Laki-laki yang memiliki sifat dingin dan pendiam diluar ini sangat berbeda jauh jika sudah berhadapan dengan keluarganya. Ia akan menjadi kekanakan dan penyayang.
Iris tajam dan sipitnya mengarah ke wajah menggemaskan bayi mungilnya yang tertidur lelap. Ia tidak menyangka akan dapat memiliki seorang bayi dari istrinya yang jelas-jelas seorang laki-laki itu.
Yah, walaupun kecantikan dan kelembutan hatinya tak kalah dari seorang wanita.
Luhan merupakan anak dari sahabat orang-tuanya yang kebetulan juga sahabat dari kecilnya. Siapa yang menyangka kalau ia dan Luhan sudah dijodohkan dari umur 8 tahun.
Dan pribadi mereka yang bertolak belakang menjadikan mereka seperti kucing dan anjing yang setiap saat bertengkar karena masalah sepele. Tetapi jauh dilubuk hati mereka yang paling dalam justru mereka yang paling memahami karakter satu sama lain dibandingkan orang tua mereka sendiri.
Tapi itu dulu sebelum mereka menikah. Sekarang yang ada Sehun lebih terlihat seperti suami yang takut istri karena Luhan yang memang sudah dari sananya galak dan cerewet. Ia lebih banyak mengalah karena apa yang dikatakan Luhan itu memang untuk kebaikannya sendiri.
Dan ia percaya Luhan adalah orang yang paling memahami dirinya luar dan dalam.
Jujur saja Sehun memang masih mengantuk, ia baru bisa memejamkan matanya jam 2 lewat tadi karena ada sedikit pekerjaan dari kantor yang harus ia selesaikan. Dan untungnya ini akhir pekan jadi ia bisa beristirahat dirumah tanpa harus memikirkan pekerjaan karena ia sudah menyelesaikannya.
Tiga kali menguap Sehun kini benar-benar masuk kealam mimpinya yang dari tadi terpaksa porak-poranda akibat tangisan sang buah hati.
Sepuluh menit kemudian Luhan keluar dengan bathrobe yang ia pakai. Tersenyum kecil saat melihat kini suaminya ikut tertidur disamping Jun Hwan. Sebenarnya terpana juga melihat dua orang berwajah sama tidur disatu ranjang, seperti melihat anak kembar.
Ia kemudian bergegas memakai pakaian kemudian berjalan kedapur untuk membuat sarapan.
A/N: Ini murni ide saya. Jika ada kesamaan didalamnya saya memohon maaf yang sebesar-besarnya.
So, ada yang minat melihat kelanjutannya?
Pye pye minna~
Wanna review?
