I'LL BE THERE

CHAPTER 1

by oshbbhpcy69

Main Casts : Byun Baekhyun & Park Chanyeol

Rate : M

Genre : Romance, Crime

Warning : Yaoi, Boys Love, Boy x Boy, Shounen-ai

Summary : Baekhyun selalu ditampar oleh kenyataan yang diterimanya. Bahkan orang terdekatnya tak selalu seperti yang ia kira.

.

.

.

.

Bagi Baekhyun hari ini masih tetap sama dengan hari-hari sebelumnya. Siswa, belajar dan sekolah. Baekhyun bahkan hampir tertidur saat pelajaran baru saja dimulai.

"Pak tua sialan." Geram Baekhyun berbisik. Ia melipat kedua tangannya diatas meja, menjadikan penyangga untuk kepalanya. Baekhyun memejamkan matanya. Menjadikan guru sejarah sebagai orang yang bercerita sebelum ia tidur.

Baekhyun bahkan hampir tertidur namun urung saat satu pukulan keras tepat mengenai kepalanya. Baekhyun meringis sambil mengusap-usap kepalanya.

"Jangan tidur dikelasku. Bahkan ini masih terlalu pagi untuk mengantuk, Tuan Byun." Baekhyun mendongak mendapati gurunya sudah berada didekat bangkunya. Baekhyun menjawab dengan senyum kekanakan.

"Ya, ssaem."

"Baiklah, mari kita lanjutkan." Guru sejarah itupun kembali berceloteh didepan kelas.

Jam pelajaran baru saja berakhir lima menit yang lalu. Ini adalah waktu istirahat untuk para siswa di XO High School. Mereka memanfaatkan waktu istirahat dengan baik. Makan siang, bersantai, ataupun berbincang dengan teman. Tak terkecuali bagi Baekhyun. Kini Baekhyun sedang berada di kantin sekolah bersama teman sebangkunya –Jongdae. Sambil menikmati susu strawberry-nya.

Baekhyun sedikit mengedarkan pandangannya di kantin. Kemudian melambaikan tangannya saat ia melihat seseorang yang familiar.

"Disini!"

Siswa tinggi yang melihat lambaian tangan Baekhyun tersenyum tipis. Gemas dengan tingkah Baekhyun yang bahkan sudah berada ditingkat akhir masih saja berisik dengan suara cemprengnya. Tentu saja sama dengan teman sebangkunya itu.

"Ah, si tinggi brengsek ini. Kenapa kau menyuruhnya kemari, Baek?" Tanya Jongdae tak terima saat sosok siswa tinggi itu duduk disebelahnya.

"Berhenti menyebutku brengsek, Hyung." Ia menjawab sambil merebut susu strawberry Baekhyun.

"Aish, Sehun berhentilah merebut apa yang sedang kumakan!" Protes Baekhyun.

Sehun –siswa tinggi itu– membalasnya dengan memeletkan lidahnya.

"Mana Jongin?" Tanya Baekhyun.

"Ah, dia sedang dihukum membereskan perpustakaan oleh Choi Seonsaengnim. Kemarin dia berkelahi." Jelas Sehun.

"Lagi?" Sehun menjawabnya dengan anggukan.

"Astaga, anak itu benar-benar."

Baekhyun kembali melipat tangannya dan menyimpan kepalanya diatas tangan. Ia memang benar-benar mengantuk karena semalam ia sama sekali tak bisa tidur. Bahkan sudah hampir seminggu ia sulit tidur dan sering mendapat teguran dari guru karena ia tertidur dikelas.

Sebenarnya ia tak benar-benar tertidur, matanya memang terpejam tapi telinganya masih mendengar jelas ketika Jongdae dan Sehun berbincang mengenai pertandingan basket yang akan diadakan pekan mendatang.

Baekhyun mengangkat kepalanya dengan mata yang masih terpejam. Membuka sedikit demi sedikit mata sipitnya yang terasa berat. Sedikit mengedarkan pandangannya dan kaget mendapati Sehun yang berada disampingnya.

"Jongdae sudah pergi?" Tanya Baekhyun saat menyadari Jongdae sudah menghilang dari tempat duduknya.

"Ya, dia baru saja pergi. Hyung?"

"Ada apa?"

"Mau bolos satu jam pelajaran bersamaku?"

"Eh?! Wah, Oh Sehun, bahkan kau sudah berani mengajak siswa tingkat akhir membolos jam pelajaran." Cibir Baekhyun sambil menunjuk-nunjuk Sehun.

"Aku tahu kau mengantuk, aku akan menghilangkan rasa kantukmu, bagaimana?" Tawar Sehun.

Baekhyun tampak berpikir sambil mengetuk-ngetukan jarinya didagu.

"Tak ada penolakan, ayo, Hyung." Sehun menarik tangan Baekhyun menjauh dari kantin bahkan sebelum Baekhyun sempat menjawab.

Dan mereka akhirnya sampai disuatu tempat. Atap sekolah, tepatnya.

"Oh Sehun, bahkan kau berani mengajak ku ketempat ini setelah tahu bahwa aku sedikit takut dengan ketinggian."

"Berhenti menyebutku dengan nama lengkap, Baekhyun." Ledek Sehun.

"Dasar bocah tak sopan."

Baekhyun berjalan mendekat kearah pagar pembatas. Meskipun ia sedikit takut dengan ketinggian tapi ia tidak bisa jika menolak pemandangan yang ada didepan matanya. Baekhyun sangat menyukai cuaca hangat seperti ini. Ia mengangkat satu tangannya, bersikap seperti akan menggapai langit.

"Apakah kau benar-benar takut ketinggian? Aku melihatnya seperti kau menyukainya." Baekhyun menoleh kesamping mendapati Sehun yang tersenyum menyeringai kearahnya.

"Berhenti tersenyum seperti itu. Kau jelek."

"Aku tampan. Hyung, aku tanya apa kau benar-benar takut ketinggian?" Tanya Sehun lagi.

"Yah, mungkin. Tapi hanya sedikit. Jika kau mendorongku itu sudah pasti aku sangat takut." Jawab Baekhyun dengan nada malas.

Sehun tertawa kecil, "Bagaimana jika seperti ini…."

Sehun mendorong bahu Baekhyun kemudian menahannya kembali agar Baekhyun tidak benar-benar jatuh karena ulah jahilnya. Baekhyun yang kaget refleks memutar tubuhnya kearah Sehun dan menendang tulang kering Sehun dengan keras.

"Ah, Hyung, ini sakit!" Sehun berjongkok sambil memegangi tulang keringnya. Tendangan Baekhyun bahkan tidak main-main.

"Berhenti bermain-main denganku atau kuhajar kau!"

"Hyung tendanganmu masih sama kuat seperti dulu."

"Bocah sialan. Tubuhku memang masih disini tapi jantungku sepertinya sudah terjatuh kebawah." Ujar Baekhyun sambil menunjuk dadanya.

"Kau berlebihan, Baek Hyung." Sehun kemudian duduk dan menyenderkan tubuhnya dipagar. Sehun menepuk-nepuk tempat disampingnya mengisyaratkan agar Baekhyun ikut duduk dan Baekhyun pun menurut sambil mencibir kearah Sehun.

"Sehun, hari ini langit terlihat sangat jernih."

"Ya, kau benar, Hyung." Setuju Sehun.

Mereka berdua kemudian memejamkan matanya. Menikmati semilir angin yang menerpa wajah mereka. Menikmati sedikitnya alam indah yang sudah dicipatakan Tuhan. Atap sekolah bagi Sehun merupakan tempat terindah. Melihat keindahan kota merupakan hal yang disukai Sehun. Sehun membuka matanya melirik kearah Baekhyun. Ada sesuatu yang ingin ia tanyakan, namun ia masih ragu.

"Ehm… Hyung?" Panggil Sehun.

"Ya?" Baekhyun menjawab dengan mata sipit berbinarnya.

"Apa Taehyung sudah kembali?" Tanya Sehun hati-hati. Namun ia langsung menyadari perubahan diwajah manis Baekhyun.

"Ah, Taehyung ya, ia sama sekali belum ada kabar. Tapi kuharap ia memang pergi bersama Hyung-ku. Aku harap mereka berdua segera kembali."

"Aku juga berharap Taehyung dan Baekbeom Hyung segera kembali. Tanpa Taehyung kelas terasa sepi walaupun baru seminggu."

Baekhyun mengangguk setuju, "Bahkan mereka tak mengajakku pergi bersama, aku bahkan ingin melaporkan mereka sebagai orang hilang. Tapi disurat yang ditinggalkan Hyung-ku, aku tidak boleh bertindak macam-macam karena mereka pasti baik-baik saja."

"Tapi setidaknya ada kau, aku jadi tak kesepian." Lanjutnya.

"Tentu saja aku tidak akan membuatmu merasa kesepian, bukankah aku dongsaeng kesayanganmu?" Ujar Sehun menggoda Baekhyun.

"Percaya diri sekali. Eh, Sehun-ah?"

Sehun menoleh dan menampilkan wajah seperti bertanya 'apa'.

"Sepertinya aku melupakan sesuatu." Baekhyun bangkit dari duduknya dan wajahnya berubah menjadi sedikit panik.

"Apa yang kau lupakan, Hyung?" Sehun pun ikut berdiri sambil menepuk-nepuk celananya yang sedikit kotor.

"Sehun, aku lupa bahwa pelajaran yang kutinggalkan saat ini adalah pelajaran matematika dan minggu lalu Kim Seonsangnim memberitahu bahwa hari ini akan diadakan tes dan aku benar-benar melupakannya. Ini masih jam pelajaran dan aku berharap aku masih bisa masuk. Aku duluan, oke? Selamat tinggal!" Baekhyun berkata dalam satu tarikan nafas yang membuat Sehun berdecak kagum, Baekhyun melambaikan tangannya kemudian berlari menjauh dari atap sekolah.

Byun Baekhyun. 18 tahun. Pelajar.

.

.

.

.

"Chanyeol ini adalah kasus pertamamu, tapi kau bekerja dengan sangat baik. Selamat!" Ucap seorang pria tinggi.

"Kau berlebihan, Hyung. Terimakasih. Aku masih belajar, mohon bantuannya." Jawab seseorang yang dipanggil Chanyeol oleh temannya, ia membungkuk hormat. Bukan, bukan seorang teman. Tapi ia adalah atasannya. Wu Kris.

"Sudahlah jangan membungkuk seperti itu, jangan sungkan. Bagaimana dengan lukamu? Apa sudah membaik?"

"Ya, sekarang sudah lebih baik. Astaga, pembunuh yang sangat menyeramkan yang memiliki berbagai macam senjata tajam dan senjata api. Dan aku yakin ia mendapatkannya secara illegal." Jawab Chanyeol.

"Itu adalah tugas keduamu, Chanyeol. Selidiki darimana ia mendapat senjata api." Jelas Kris.

"Baik, Hyung. Aku akan segera menyelidikinya."

"Pesanku, hindari segala sesuatu yang berbahaya. Jangan mendapat lagi luka, bahkan luka sayat ditangan kirimu masih belum sembuh."

"Baiklah, terimakasih, Hyung. Aku permisi."

"Ya, silahkan."

Chanyeol bernafas lega saat ia tahu bahwa Kris sedikitpun tidak memarahinya atau memukulnya. Teman-teman satu divisinya sebelumnya memberitahu bahwa Kris adalah sosok ketua yang menyeramkan. Dan ketika dipanggil secara pribadi itu artinya kau dalam masalah. Tapi pemikiran itu segera ia tepis ketika mendapat rangkulan akrab dari Kris. Bahkan Kris memberitahu bahwa Chanyeol bisa memanggilnya dengan sebutan 'Hyung'.

Chanyeol baru saja diangkat menjadi salah satu polisi, ia ditempatkan di salah satu divisi yang khusus menangani kasus atau tindakan kriminal. Chanyeol baru saja menyelesaikan kasus pertamanya yang meskipun berakhir dengan luka ditangan kirinya. Dan ia bersumpah akan menjadikan lukanya sebuah kebanggaan karena itu adalah luka yang ia terima saat tugas.

"Apa kau kena pukul Ketua Kris?" Tanya salah seorang rekan kerja Chanyeol saat Chanyeol kembali duduk ditempatnya.

"Kalian berlebihan. Kris Hyung bahkan memuji kasus pertamaku." Jawab Chanyeol sambil menyalakan komputer dimeja kerjanya. Memulai untuk mencari informasi.

"Kau mungkin belum tahu bahwa Ketua.. eh? Tunggu, kau menyebutnya 'Hyung'?" Chanyeol hanya menjawab dengan gumaman.

"Wah, bahkan aku yang sudah bekerja satu tahun lebih dulu darimu tak pernah diperbolehkan menyebut 'Hyung'"

"Diamlah Yoongi, aku sedang bekerja."

"Ya, ya, baiklah Tuan Tinggi." Jawab Yoongi.

Chanyeol kemabli sibuk dengan komputernya. Mencari meskipun hanya setitik informasi. Ia masih sibuk sendiri dengan tugasnya bahkan ketika Yoongi selesai bercakap ditelepon.

"Chanyeol ayo, kita dapat tugas." Yoongi bangkit dari duduknya lalu memakai jaket kulit yang sebelumnya tersampir dikursinya.

"Eh?" Chanyeol melongo dengan wajah bodohnya.

"Cepat ke mobil patroli kita mendapat tugas bodoh."

"Astaga bahkan disiang bolong seperti ini kita malah mendapat tugas." Gerutu Chanyeol kemudian menyusul Yoongi yang berada didepannya.

Di dalam perjalanan Chanyeol nampak seperti menikmati, seperti anak sekolah dasar yang akan berwisata. Sesekali ia bersenandung.

"Kau sedang bahagia?" Tanya Yoongi, Chanyeol menoleh kearah Yoongi yang sedang menyetir.

"Tidak juga. Kali ini kasus apa?"

"Bukan kasus besar, hanya pencurian disalah satu minimarket dan pencurinya sudah tertangkap kita hanya akan membawanya." Jelas Yoongi.

"Ah, begitu."

"Chanyeol, kau tahu? Mungkin sesudah ini kita akan menangani kasus besar."

"Kasus besar?" Tanya Chanyeol sedikit tertarik.

"Kau pernah mendengar tentang komplotan pencuri ulung yang hanya mencuri barang-barang yang ada dipameran? Hari senin yang akan datang ada pameran lukisan yang diadakan oleh suatu perusahaan besar. Dan aku yakin mereka pasti akan datang kesana." Jelas Yoongi.

"Ah, aku pernah mendengar tentang mereka. Wah, akan menjadi sangat hebat jika bisa menangkap mereka."

"Ya, tapi kita harus waspada karena mereka bukan penjahat yang bisa disepelekan. Banyak yang sudah mencoba menangkap mereka tapi selalu gagal. Jadi kita benar-benar harus memiliki strategi."

"Tentu, bagi polisi strategi adalah awal dari terpecahkannya sebuah kasus."

Park Chanyeol. 24 tahun. Polisi.

.

.

.

.

Baekhyun berjalan menyusuri koridor sekolahnya sendirian. Ia baru saja menyelesaikan ekstrakurikuler musik disekolahnya. Baekhyun merupakan siswa yang pandai bermain piano dan memiliki suara emas. Yang meskipun kini ia berada ditingkat akhir ia masih dipaksa untuk mengikuti ekstrakurikuler.

Beberapa helaian rambut magentanya tertiup angin. Sesekali ia menyisir rambutnya yang berwarna mencolok itu. Baekhyun berniat untuk mengganti warna rambutnya menjadi hitam atau coklat karena ia sering mendapat teguran karena warna rambutnya yang mirip berandalan.

Namun Byun Baekhyun bukanlah seorang siswa berandalan, tetapi beberapa kali ia terlihat terlibat dalam suatu tawuran antar pelajar dengan teman-teman satu kelompoknya. Namun kadang ia sering menyembunyikannya dan berhasil karena wajah imut seperti bayi yang ia miliki yang menurut orang lain tak mungkin terlibat tawuran. Ah, apakah ia masih bisa disebut 'bukanlah seorang siswa berandalan'?

Baekhyun benci disebut lemah, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri agar bisa menjadi pria yang kuat dan tangguh. Bahkan dengan tubuh mungilnya ia mempunyai jabatan sebagai ketua klub hapkido disekolahnya.

"HYUNG!" Seseorang berteriak sambil menepuk keras pundak Baekhyun.

Baekhyun kaget dan menatap nyalang seseorang bertubuh tinggi dan berkulit sedikit gelap yang kini ada disampingnya.

"Berhenti membuatku kaget! Kau sama saja dengan Sehun. Aish." Gerutu Baekhyun.

"Hyung kau belum pulang? Mau pulang bersamaku?" Tawar sosok itu.

Baekhyun menghela nafas panjang. "Tidak, hari ini aku memang tidak membawa mobil, tapi aku sedang ingin naik bus."

"APA?!"

"YAK KIM JONGIN PELANKAN SUARAMU!" Baekhyun memukul belakang kepala sosok tinggi itu –Jongin– dengan keras.

"Hyung, itu sakit."

"Persetan dengan rasa sakit kau sangat jelek, Kim Jongin."

"Hyung, kau sangat kasar padaku tapi kenapa sangat manis jika berbicara dengan Sehun, apa kau menyukainya?" Jongin memicing curiga.

"Itu karena aku membencimu bodoh." Baekhyun meilirik kearah Jongin yang berjalan disampingnya, ia melihat luka dipelipis dan sudut bibir Jongin.

"Sudah kubilang berhenti menjadi bocah berandalan."

"Eh?" Jongin mengernyit bingung.

Baekhyun menunjuk luka Jongin, "Lukamu. Jangan membuat Kyungsoo khawatir lagi, dia sangat mencintaimu."

Jongin tersenyum ketika Baekhyun menyebut nama 'Kyungsoo'.

"Tentu, Hyung. Dan jika kau tahu, kemarin aku berkelahi karena ada orang yang jahil terhadap Kyungsoo, aku benar-benar tidak bisa menahannya."

Baekhyun tersenyum menggoda melihat cengiran Jongin yang terlihat malu-malu. Kini mereka berada digerbang sekolah. Baekhyun melenggang pergi ke halte bus dekat sekolahnya setelah berpamitan dengan Jongin dan Jongin yang kemudian berjalan menuju area parkir.

Baekhyun sesekali menguap kemudian meraih ponsel yang ada disakunya untuk melihat jam. Ini masih jam empat sore dan Baekhyun ingin segera sampai di apartemennya. Baekhyun tersenyum ketika melihat wallpaper ponselnya kemudian ia menaruhnya kembali disaku celana sekolahnya.

Bus yang menuju kearah apartemen Baekhyun sudah tiba, ia pun masuk kedalamnya. Keadaan bus cukup padat yang membuat ia dengan terpaksa harus berdiri. Ia mengeratkan pegangannya ketika bus mulai melaju. Sesekali ia bersiul untuk memecah kesendiriannya.

Siulan Baekhyun berhenti ketika ada sebuah tangan yang menyentuh area pribadinya. Ia merasa ada seseorang yang meraba bokongnya yang kemudian menatap tajam pada sosok pria tinggi yang ada dibelakangnya.

"Kau ingin mencuri dompetku atau menyentuh bokongku?" Baekhyun dengan cepat menarik rambut pria tersebut hingga merintih kesakitan. Baekhyun berjalan mendekat kearah pintu keluar. Disini bukanlah pemberhentian ke tempat dimana Baekhyun tinggal tapi karena ada masalah yang mungkin harus ia selesaikan ia terpaksa harus turun.

Baekhyun masih setia menarik rambut pria tersebut, ia membawanya ke sebuah taman kosong. Pria itu melepas paksa tangan Baekhyun yang menarik rambutnya.

"Kenapa kau membawaku kemari?" Tanya pria tersebut.

"Kau dasar Ahjussi mesum. Astaga kutebak kau sudah berumur lebih dari tiga puluh tahun dan mungkin kau adalah seorang duda yang kurang belaian sehingga kau menyentuh bokong seseorang yang masih berstatus pelajar? Atau mungkin pria kelaparan yang dicampakan istrinya karena kau tak memiliki pekerjaan? Aku tak habis pikir."

"Apa?! Apa kau menganggapku pencuri?!" Sosok itu tampak tak terima atas tuduhan Baekhyun.

"Ya, kau juga cabul. Dan disini…" Baekhyun menunjuk bokongnya sendiri. "ada dompetku."

"Oke sepertinya ada kesalahpahaman disini."

Sosok itu tampak merogoh saku celana belakangnya. Tunggu, apakah itu ID Kepolisian?

"Perkenalkan, namaku Park Chanyeol. Aku adalah salah satu anggota di kepolisian pusat."

.

.

.

.

Baekhyun mengaduk malas mie ramen cup yang ada didepannya. Dan juga menatap malas orang yang duduk dihadapannya. Baekhyun masih tak mengerti dengan sosok pria menyebalkan yang bahkan ketika pertama kali bertemu sudah mengajak Baekhyun makan bersama.

"Apakah seorang pelajar cerewet sepertimu selalu mewarnai rambutnya dengan warna mencolok seperti itu?" Tanya Chanyeol sambil menyeruput ramennya.

Baekhyun memutar bola matanya malas.

"Ayolah aku minta maaf jika bokongmu aku sentuh. Namun aku bersumpah aku mencoba menolongmu dari penjahat yang sesungguhnya ketika tangannya terjulur kearah tempat dompetmu disimpan." Jelasnya.

"Kau sudah mengatakan hal yang sama sebanyak tiga kali." Baekhyun menunjuk Chanyeol dengan sumpitnya.

"Baiklah, aku minta maaf."

"Bukankah kau seorang polisi? Mengapa kau berkeliaran?" Tanya Baekhyun sarkatik.

"Aku masih dalam masa perawatan karena luka ditanganku jadi mereka membolehkanku pulang." Chanyeol tersenyum kearah Baekhyun yang dibalas dengan pelototan oleh mata sipitnya.

Mata Baekhyun kemudian memicing curiga kearah Chanyeol, memang benar terlihat perban ditangan kirinya, tapi ia ragu jika sosok yang ada dihadapannya adalah seorang polisi.

"Berapa umurmu?" Tanya Baekhyun.

"Dua puluh empat tahun."

"Uhuk uhuk…" Baekhyun tersedak ramennya, ia merasakan sakit dibagian dadanya, Chanyeol mengernyitkan dahinya kemudian menyodorkan sebotol air mineral untuk Baekhyun.

"Kau jauh lebih muda dari perkiraanku, ku kira kau sudah berumur tiga puluhan."

Chanyeol menatap Baekhyun tak terima, "Bahkan ketika melihatmu untuk pertama kali, kau tampak seperti anak sekolah junior." Dan Baekhyun hampir saja melempar botol air mineral yang masih dipegangnya kearah Chanyeol.

"Chanyeol-ssi?"

"Ya?"

"Apa kau benar-benar seorang polisi?"

"Tentu saja. Kau sudah belasan kali menanyakannya. Ada yang bisa kubantu?" Chanyeol sedikit geram.

Baekhyun menatap Chanyeol ragu. Ia ingin mengungkapkan sesuatu namun pikirannya masih menimbang-nimbang. Jujur ia bingung apakah masalahnya ini dapat diselesaikan jika dengan bantuan orang lain yang bahkan baru saja dikenalnya beberapa menit lalu?

"Chanyeol-ssi, apa..apa kau bisa menemukan orang yang hilang?"

Chanyeol mengehentikan acara makannya kemudian menatap Baekhyun serius. "Siapa yang hilang?"

"I..itu..eng kakakku, dan adikku."

"Apa ada sesuatu yang mencurigakan? Apa mereka hilang? Diculik atau melarikan diri?"

"Aku tidak yakin, karena mereka menghilang meninggalkan pesan bahwa mereka akan baik-baik saja. Selama ini jika berpergian mereka pasti akan mengajakku dan pergi bersama. Namun tidak kali ini." Baekhyun menunduk, ia malu menunjukkan kesedihannya. Bahkan Baekhyun yang cerewet dan arogan kini berganti dengan Baekhyun yang menggigiti bibir bawahnya karena gugup dan sedih.

"Sudah berapa lama mereka menghilang?" Tanya Chanyeol lagi.

"Sekitar satu minggu. Setelah itu mereka sama sekali tak bisa dihubungi, ponsel keduanya mati dan mereka sama sekali tidak memberiku kabar. Aku khawatir terjadi sesuatu pada mereka."

"Apa kau memiliki gambar keduanya?"

"Ah, tentu." Baekhyun merogoh sakunya kemudian menyalakan ponselnya dan memberikannya pada Chanyeol.

"Itu aku yang berada ditengah. Hyungku disisi kiriku, dan adikku disisi kanan." Ujar Baekhyun menjelaskan. Dahi Chanyeol berkerut, ia yakin foto keduanya adalah bagian dari berkas yang baru saja ia terima siang tadi.

"Bukankah ini Byun Baekbeom dan Byun Taehyung?"

"Kau mengenal mereka?"

"Kau tidak tahu sesuatu tentang mereka?"

"Tidak. Tahu apa?" Tanya Baekhyun menuntut.

"Baekhyun-ssi aku minta maaf tapi kakakmu adalah salah satu dari buronan yang sedang kami cari keberadaannya." Baekhyun membolakan matanya menatap Chanyeol tak percaya.

.

.

.

.

.

.

"APA?!"

.

.

.

.

.

.

"Dan adikmu adalah sandera yang ia jadikan tameng agar polisi tidak mendekatinya."

.

.

.

TBC

Ceritanya aneh? Next or delete?

Salam kenal dan sampai ketemu lagi. Salam 69~