In a Blue Moon
Pair : CHANKAI
(Chanyeol x Kai)
GS for KAI
Rated : T
WARNING :
Genderswitch
Gak suka pair nya ga usah dibaca!
Remake Novel Ilana Tan dengan judul yang sama
"Aku sudah menemukan tunanganmu!"
Alis Park Chanyeol terangkat tinggi mendengar kata-kata kakeknya yang diucapkan dengan suara semangat itu. Sebelah tangannya terangkat memegang ponsel yang tadi terjepit di antara telinga dan bahu sehingga kepalanya bisa ditegakkan kembali. "Tunggu sebentar, Pop," katanya singkat. Ia menurunkan ponsel dari telinga dan memberi syarat kepada salah seorang sous chef-nya, menyuruhnya mengambil alih pekerjaan. Setelah itu Chanyeol berjalan keluar dari dapur restorannya yang sibuk namun teratur ke arah ruang kerja pribadinya.
Beberapa saat kemudian ia sudah duduk di balik meja kerjanya yang belum sempat dirapikannya selama beberapa hari. Ia menempelkan ponsel kembali ke telinga dan berkata, "Nah, apa katamu tadi?"
"Aku sudah menemukan tunanganmu!" ulang kakeknya dengan suara yang lebih bersemangat lagi.
"Ada dua masalah di sini," kata Chanyeol sambil menyandarkan punggung ke sandaran kursi dan mengacungkan dua jari, walaupun kakeknya tidak bisa melihat. "Satu, aku tidak tahu dia menghilang. Dua, aku bahkan tidak tahu aku sudah punya tunangan."
"Ya, kau sudah punya tunangan. Aku hanya tidak pernah memberitahmu selama ini," kata kakeknya dengan nada sambil lalu.
Chanyeol memejamkan mata dan mendesah. "Pop, kau ada di mana sekarang? Bukankah kau berencana menghadiri pernikahan temanmu malam ini?"
"Pernikahan cucu temanku," koreksi kakeknya. "Dan tunanganmu ada di sini. Makanya cepatlah kemari."
"Apakah semua ini gara-gara Hyejin?"
"Siapa?"
"Kim Hyejin. Tinggi, cantik, rambut hitam legam, mata cokelat karamel. Kau mengenalnya. Aku baru saja memperkenalkan kalian kemarin."
Hyejin adalah model cantik yang juga adalah teman dekat Chanyeol. Wanita itu teman yang menyenangkan, selalu besedia mendampingi Chanyeol ke acara apa pun yang harus di hadiri Chanyeol. Tentu saja Chanyeol yidak menyadari salah satu alasan Hyejin bersedia melakukannya karena ia juga ingin memperluas koneksi. Chanyeol adalah koki kepala di Ramses, salah satu restoran paling terkenal di New Tork, jadi ia mengenal orang-orang yang mungkin bisa membantu Hyejin dalam bidang pekerjaannya. Hubungan mereka dekat, namun hanya sebatas teman. Setidaknya bagi Chanyeol, dan setidaknya untuk sementara ini.
Selama ini Chanyeol tidak oernah memperkenalkan wanita-wanita yang dekat dengannya kepada keluarganya. Ia sebenarnya tidak bermaksud memperkenalkan Hyejin kepada kakeknya. Tetapi kemarin Hyejin datang menemuinya di Ramses ketika kakeknya juga ada di sini, jadi Chanyeol terpaksa memperkenalkan mereka berdua.
"Oh, dia," kata kakeknya di ujung sana.
"Ya, dia."
"Memangnya ada apa dengannya?"
"Apakah alasan kau tiba-tiba memutuskan bahwa aku sudah punya tunangan adalah karena Hyejin?"
"Tentu saja bukan," bantah kakeknya. "Apakah kau serius dengannya?"
Chanyeol tersenyum kecil. "Entahlah,. Mungkin aku berniat menikahinya," guraunya.
"Well, urungkan niatmu karena kau sudah punya tunangan," kata kakeknya. "Dan cepatlah kemari, Chanyeol. Aku butuh tumpangan pulang ke rumah. Apakah kau tega melihat kakekmu yang sudah renta ini naik taksi atau kereta bawah tanah di New York sendirian?"
Park Yoochun memang sudah berumur 75 tahun, tetapi sama sekali tidak renta. Ia masih sangat sehat, sangat aktif, sangat madiri dan Chanyeol tahu benar otak kakeknya masih sangat tajam.
"Bukankah kau berangkat bersama salah seorang temanmu tadi sore? Apakah dia tidak bisa mengantarmu pulang?"
"Aku tidak ingin merepotkannya. Kau adalag cucucku, jadi aku berhak merepotkanmu."
Chanyeol tertawa. "Entahlah, Pop," katanya, masih puar-pura enggan. "Ramses ramai sekali malam ini."
"Lalu kenapa?" balas kakeknya. "Ramses memang selalu ramai. Aku yakin Jongdae bisa menangani semuanya dengan sangat baik."
Saat itu laki-laki yang disebut-sebut kakeknya muncul di ambang pintu uang kerja Chanyeol yang terbuka. Kim Jongdae yang bertubuh ramping, berkulit putih, dan berambut hitam legam adalah manajer Ramses.
"Ya, Hyeong memang bisa diandalkan," Chanyeol membenarkan, membuat Jingdae mengangkat alis mendengar namaya disebut-sebut. "Baiklah, kau menang. Berikan alamatnya kepadaku."
Setelah ia menutup telepon, ia mengangkat wajah menatap Jongdae. "Ada apa?"
Jongdae melangkah masuk dan tersenyum lebar. "Kuhara itu salah seorang teman Hyejin yang ingin berkenalan denganku."
"Sayang sekali, Hyeong. Itu tadi kakekku," sahut Chanyeol
"Aduh." Jongdae meringis.
"Jadi ada apa?" tanya Chanyeol lagi.
Jongdae menggerakkan ibu jarinya ke arah dapur. "Hansol lagi-lagi bertingkah. Sebaiknya kau menenangkannya. Kalau tidak, tamu-tamu akan terlambat mendapat hidangan penutup."
Chanyeol berdiri dan mulai melepaskan celemek biru gelap yang melilit pinggangnya. "Sepertinya kau yang harus menghadapinya hari ini, Hyeong. Aku harus menemui kakekku."
"Ada masalah?" tanya Jongdae.
"Tidak, tidak." Chanyeol mengibaskan sebelah tangan. "Aku hanya berharap dia tidak menimbulkan masalah. Kalau tidak, dia akan mendapati dirinya terbang kembali ke Korea lebih awal daripada yang direncanakannya."
ChanKai
Satu jam kemudian, Chanyeol sudah tiba di tempat resepsi pernikahan. Sepertinya penjaga pintu sudah diberitahu tentang kedatangannya, karena ia langsung diizinkan masuk setelah menyebutkan namanya. Ruang pesta itu didekorasi dengan indah, didominasi warna cokelat, putih, dan emas. Tampaknya acara makan malam sudah selesai, karena para tamu sedang berdansa diirigi alunan lagu lembut dari orkestra sementara tamu-tamu lain saling mengobrol dan menikmati smapanye ayng diedarkan oleh para pelayan berseragam hitam putih.
Seorang pelayan menyodorkan senampan sampanye ke arahnya. Chanyeol menatap gelas-gelas sampanye yang berkilau dengan tatapan menyesal, lalu tersenyum dan menggelengkan kepala kepada si pelayan. Ia harus mengemudi malam ini, jadi ia tidak bole minum, walaupun saat ini ia mungkin membutuhkan kekuatan yang bisa diberikan minuman itu.
Chanyeol mendesah dan memandang sekeliling ruangan. Melihat penampilan para tamu yang hadir di sana saat itu, Chanyeol merasa pakaiannya terlalu sederhana. Walaupun ia mengenakan jas berpotongan bagus dan kemeja yang rapi, pakaiannya terlihat lebuh cocok dipakai untuk menghadiri di acara semiformal di siang hari. Apa boleh buat? Ia tidak mungkin pulang ke apartemennya untuk bertukar pakaiannya lebih dulu sebelum datang ke sini, bukan? Lagipula, ia hanya datang ke sini untuk menjemput kakeknya.
Omong-omong tentang kakeknya...
Matanya segera menemukan orang yang dicarinya. Park Yoochun sedang duduk mengobrol dengan seseorang di seberang ruangan. Chanyeol pun dengan segera berjalan dengan langkah lebar dan pasti ke arah kakeknya.
"Hai, Pop," sapanya setelah ia berhenti di samping kursi kakeknya.
"Oh, Chanyeol. Kau sudah datang," seru kakeknya tersenyum lebar. "ini, perkenalkan ini temanku, Kim Hyungsoo. Dan Hyungsoo, ini cucuku, Chanyeol."
Chanyeol mengalihkan kepada pria tua bertubuh kurus dan berambut hitam bercampur putih tipis yang duduk di samping kakeknya. "Halo, Sir. Senang berkenalan dengan Anda," sapanya sopan. "Maafkan pakaianku yang kurang pantas ini."
"Senang akhirnya bisa bertemu denganmu. Tidak perlu mencemaskan pakaian. Aku tau kakekmu yang memaksamu datang ke sini," kata Kim Hyungsoo dengan suaranya yang rendah dan serak. "Duduklah, Nak. Kakekmu sudah sering bercerita tentang dirimu."
Bertentangan dengan Park Yoochun yang bertubuh besar, tegap dan bersuara lantang, Kim Hyungsoo bertubuh kecil, rapuh, dan bersuara halus. Walaupun terlihat tua dan rapuh, tangannya yang keriput menjabat tangan Chanyeol dengan tegas.
"Kuharap Anda mendengar cerita-cerita yang baik," gumam Chanyeol dan menempati kursi di samping kakeknya.
Mata abu-abu Kim Hyungsoo berkilat-kilat ketika ia tersenyum. "Jangan khawatir. Kakekmu sangat bangga padamu."
"Nah, di mana cucumu yang manis itu, Hyungsoo?" sela kakek Chanyeol tanpa basa-basi. "Aku ingin memperkenalkan mereka berdua."
Oh, demi Tuhan, erang Chanyeol dalam hati. Beri aku kekuatan.
Chanyeol sudah bersaha menjaga raut wajahnya tetap datar, tetapi sepertinya Kim Hyungsoo bisa menebak apa yang dipikirnya. Karena teman kakeknya itu melirik Chanyeol sekilas, tersenyum kecil dan kembali menatap kekek Chanyeol, "Kau masih saja blakblakkan seperti dulu, Yoochun."
"Memangnya kenapa? Balas kakeknya. "Sejak dulu aku memang sudah ingin menikahkan anak-anak kita. Aku agak kecewa ketika anak-anak kita berdua ternyata laki-laki. Kau tidak bisa membayangkan betapa gembiranya aku ketika aku tahu kau punya cucu perempuan. Nah, apalagi yang kita tunggu?"
Seorang pelayan menghampiri meja mereka dan menawarkan senampan air mineral. Chanyeol pun menyambar segelas, walaupun sebenarnya ia membutuhkan minuman yang jauh lebih keras saat ini.
"Ah, itu dia Kai-mu, Hyungsoo," kata kakeknya. "Panggil dia kemari."
Chanyeol meneguk air putihnya dan berdoa sekali lagi dalam hati. Berikan aku kekuatan. Tetapi setidaknya cucu Kim Hyungsoo memiliki nama yang bagus. Nama yang sebenarnya membangkitkan kenangan yang tidak ingin diingat Chanyeol saat ini.
"Hai, Gramps, Mr. Park. Kalian bersenag-bersenang?"
Suara bernada riang dan feminim itu membuat Chanyeol mengangkat wajah. Dan tertegun. Gadis yang berdir dia antara kursi kakek Chanyeol dan Kim Hyungsoo itu berkulit tan. Rambutnya yang panjang bergelombang berwarna pirang yang feminim dan tubuhnya yang kecil berbalut gaun malam berwarna merah marun. Chanyeol tidak bisa melihat warna matanya dari tempat ia duduk, namun ia tahu warna mata gadis itu hazel. Ia yakin warna mata itu hazel. Karena...
"Kai, aku ingin memperkenalkanmu dengan cucuku, Chanyeol." Suara Park Yoochun membuyarkan lamunannya, dan Chanyeol dengan segera berdiri dari kursi. "Chnayeol, ini Kim Kai."
Mata Chanyeol tidak pernah dialihkan dari wajah gadis itu. Itulah sebabnya ia bisa melihat dengan jelas perubahan di wajah Kim Kai. Ketika gadis itu menoleh ke arahnya, senyum yang tadinya tersungging di bibirnya perlahan-lahan memudar. Mata hazelnya yang tadi bersinar ramah pun perlahan-lahan berubah datar dan dingin.
"Kim Kai," gumam Chanyeol sambil mengulurkan tangan, "sudah lama tidak bertemu."
"Tunggu. Kalian sudah saling kenal?" tanya kakek Chanyeol dengan nada kaget dan heran.
"Kami dulu teman satu sekolah," sahut Chanyeol. Tangannya masih terulur dan tidak dijabat.
Kim Kai melirik tangan Chanyeol yang terulur, lalu kembali menatap wajah Chanyeol. Chanyeol tahu gadis itu menggertakkan gigi, melihat betapa kakunya wajah gadis itu Setelah menunggu beberapa detik, Kim Kai akhirnya menjabat tangan Chanyeol dengan cepat dan berkata, "Kami hanya bersekolah di SMA yang sama. Tidak bisa dibilang berteman."
"Astaga. Coba lihat ini, Hyungsoo. Kita berusaha memperkenalkan mereka berdua, tetapi ternyata mereka sudah saling kenal. Bukan ini kejutan yang menyenangkan?" lanjut Park Yoochun sambi tertawa gembira. Sepertinay ia tidak mendengar kata-kata Kim Kai yang terakhir. Atau ia sengaja mengabaikannya. "Duduklah, Kai. Duduklah."
Kim Kai tidak langsung duduk. Ia menatap kakek Chanyeol dengan ragu, lalu menoleh ke arah kakeknya sendiri. Chanyeol melihat Kim Hyungsoo menepuk kursi kosong di sampingnya dengan pelan, dan Kim Kai pun duduk.
Kakek Chanyeol mulai berbicara, tetapi Chanyeol tidak terlalu mendengarkan. Pikirannya dipenuhi satu pertanyaan: Apakah Kim Kai masih membencinya?
TO BE CONTINUE
Hai... saya hanya seseorang yang lagi tergila-gila dengan Chankai kopel yang sekarang ffnya hampir musnah. Saya makai novelnya Ilana Tan yang In a Blue Moon karena karya-karya yang lain sudah terlalu banyak untuk dijadikan ff jadinya saya berinisiatif menjadikan novel In a Blue Moon ke ff dengan pair ChanKai. Terakhir, mohon reviewnya.
