Sacrifice

This fic belong to Fuyuhime Ryuu

Super junior and DBSK belong to GOD and them selves

Rated : T

Genre: Friendship, Hurt/Comfort, a Little bit Angst.

Warning! Gaje, abal, EYD gak karuan, don't like, DON'T READ THEN...!

_o0o_

Happy Reading...

-o0o—

Chapter 1 : Begin Story

#Leeteuk POV

Sahabat, sebuah kata syarat makna. Begitu berharganya hingga emas permata bukanlah tandingannya.

Sahabat hadir dikala duka maupun bahagia. Hadirnya tak perlu kita pinta. Dia akan mengerti apa yang kita rasa tanpa perlu kita kata.

Ribuan puisi dan syair tak mampu lagi untuk mendeskripsikannya. Tak kurang atau berlebihan untuk mengartikannya. Sahabat adalah segalanya di dunia.

Didunia yang kami singgahi. Dunia yang penuh akan hal-hal yang tak dapat kami mengerti. Mengapa kami harus terjerat dalam keadaan seperti ini. Mengapa dunia seolah mempermainkan takdir kami.

"Kenapa teuki?. Kau ragu?. Kau pikir aku tak bisa melakukannya padamu karena kau sahabatku?. Tapi aku musuhmu disini teuki ah". Tanyanya seolah aku memang bukan siapa-siapa baginya.

Beberapa kali dia mengayunkan kedua bilah samurai panjang di kedua tangannya. Seolah memamerkan padaku keahliannya. Aku tahu dia sangat berbakat dalam hal ini. Belum lagi pistol yang belum sekalipun dikeluarkannya seumur hidupnya.

Tapi sebenarnya, belum tentu juga aku kalah darinya. Dia memang lebih berbakat dariku, tapi untuk menang darinya bukanlah hal yang mustahil bagiku, mengingat aku juga termasuk anggota yang berbakat.

Tapi dia temanku, sahabatku, bahkan saudaraku.

Sekali lagi kupandang lekat matanya, pedang ditanganku belum juga berhasil menyabet tubuhnya yang seputih susu itu. Begitu juga dengan pistol milikku yang masih tergantung sempurna di pinggangku.

Bagaimana mungkin aku mampu melakukannya. Tanganku kembali gemetar. Aku sungguh takut jika harus melukainya. Tetapi ini adalah misiku. Misi yang diberikan oleh ketua.

"Aku mohon chullie... Mari kita kembali ne,? dengankku. Aku berjanji akan meminta keringaan hukuman untukmu. Atau kita pulang ke panti saja?. Otte..." Tanyaku memelas. Tentu aku tak mau melukai sahabat baikku ini.

"Tak ada tempat kembali untukku teuki ah... Mari segera selesaikan ini, dan segera beristirahatlah dengan tenang". Kalimat ambigu yang diucapkannya membuatku mengartikan banyak hal.

Srratt... Tak terlihat oleh mata tetapi bahuku berdarah. Ngilu yang aku rasa. Meski sudah biasa bagiku, tetap saja terasa sakit. Kecepatan yang dimiliki chullie memang luar biasa. Tidak satupun yang tak memuji kemampuannya.

Aku mulai berkonsentrasi. Tapi bibirku tak pernah berhenti memintanya untuk terus bersamaku.

"Chullie, jebal...". Tangan kiriku yang bebas terulur padanya, seakan aku mampu menggapainya.

"Mianhae... Aku tidak bisa..." Sekali lagi dengan gerakan yang cepat dia kembali mengiris kulit tanganku yang terulur.

Tidak terlalu dalam untuk membuatku terluka parah. Tapi ketika sahabat yang melakukannya, tentu lebih menyakitkan.

Kilatan samurainya kembali mengarah kepadaku. Kali ini aku mampu melihatnya sehingga aku mampu untuk menangkisnya dengan pedangku.

Samar namun aku melihat senyumannya dalam pertarungan kami yang tidak sebentar. Entah apa itu maknanya.

"Kau hidup untuk selalu membuat pilihan teuki. Sekarang kau harus memilih untuk terbunuh oleh pedangku atau membunuhku. Tapi mungkin kau tidak bisa menang melawanku, seperti biasanya". Ucapnya sambil tersenyum meremehkan.

Sekali lagi dia menyerangku. Kami terlibat dalam pertarungan sengit yang cukup lama.

Aneh, itulah yang dikatakan perasaanku. Dia seharusnya mampu lebih cepat dari ini untuk mengayunkan pedangnya, tapi seakan dia memberi peluang bagiku untuk menang. Entah perasaanku saja atau apa.

Trang... Salah satu pedangnya mampu ku halau dalam pertarungan panjang kami. Kami terhenti dan mengatur nafas sejenak. Tak kulihat darinya wajah kepayahan, berbeda denganku.

Pandangannya sayu, seakan menyimpan kepedihan yang amat dalam.

"Teuki, sepertinya kau akan kalah lagi dariku. Jangan khawatir, akan kubuatkan makam yang indah untukmu". Tersenyum. Senyum meremehkanku sepertinya. Tapi dimataku dia terlihat menahan bah air matanya.

"Chullie... Jebal... Sekali ini saja dengarkan permohonanku. Tetaplah bersamaku..."

Tak didengarkan olehnya permohonanku. Permohonan yang mungkin akan menjadi yang terakhir dariku. Kembali dia menyerangku, menjatuhkan padang ditangan kananku dengan menciptakan luka yang tidak terlalu dalam.

Ku ambil lagi pedangku, dan menyerangnya kali ini. Berharap mampu menyadarkannya dan membawanya kembali pulang, meski harus melukainya.

Beberapa kali pedangku memiliki kesempatan untuk menikam ataupun sekedar melukainya. Tapi tak mampu kulakukan.

Beberapa kali pula dia menyerang balik karena kelemahanku ini. Aku hampir tak mengenalinya lagi dan terbawa emosi.

Hingga "Dorrrr...". Suara pistol meletus seketika membuatku gelap sejenak. Tubuhku ambruk setelah bau mesiu memenuhi ruangan tempat kami bertarung.

Air mataku mengalir tanpa mampu kubendung. Anyir bau darah mulai menggantikan bau mesiu sebelumnya.

Gambaran-gambaran masa yang telah kami lalui bersama terasa nyata dimataku.

'Inikah akhirnya''. Batinku nelangsa.

_o0o_

# 17 years ago

Dua bocah berusia 6 tahunan itu nampak sedang bermain pedang-pedangan di salah satu panti asuhan binaan pemerintah korea selatan.

"Chullie ah... Kau curang. Kau memukulku berkali-kali. Kau pikir tidak sakit eoh...?" Salah satu bocah tampak mengerucutkan bibirnya. Pedang mainan ditangannya dibuang begitu saja.

"Aku tak ingat melarangmu untuk balas memukulku teuki ah..." Jawab bocah yang dipanggil chullie atau heechul tadi dengan acuh.

"Kalau aku bisa sudah aku lakukan dari tadi. Kau terlalu cepat menangkis seranganku. Kau harus sedikit mengalah padaku chullie, permainannya jadi tidak asyik karenamu". Bocah yang dipanggil teukie tadi masih memperlihatkan wajah sebalnya.

"Geure, arraseo... Ayo main lagi". Ucap heechul,

"Kau harus mengalah padaku kali ini atau aku tidak mau lagi bermain lagi denganmu". Ucap leeteuk dengan raut sumringah di wajahnya.

Mereka segera melanjutkan permainan mereka. Beberapa kali heechul terkena pukul oleh leeteuk. Tapi tak membuatnya marah, justru dia tersenyum. Senyum yang sangat samar.

Tanpa mereka ketahui, ada sosok berjas rapi yang memperhatikan tingkah mereka. Senyum simpul tercetak diwajahnya. "Bocah ini yang aku cari". Ucapnya lirih.

_o0o_

Pagi yang mendung tak mengurangi keceriaan bocah-bocah dipanti asuhan tersebut. Jerit tawa maupun tangisan terdengar kencang disela kegiatan bermain mereka.

Heechul terlihat khusuk dengan buku komik ditangannya. Sesekali dia nampak berdecak kesal dengan tingkah sahabatnya yang terus mengganggu kegiatannya itu.

"Chullie... Ayo main. Jangan membaca terus". Ajak leeteuk yang mulai bosan melihat kesibukan sahabatnya itu.

Tanpa menoleh sedikitpun pada leeteuk, heechul masih meneruskan bacaannya. "Sebentar teuki ah... Kurang sedikit. Tanggung ini..."

"Kau menyebalkan, aku tidak mau menjadi temanmu kalau begini".

"Chakamanyo teuki ah..." Heechul masih berusaha bersabar dengan tingkah sahabatnya itu. Sesekali dia balik lembar buku komik yang dipegangnya.

"Now or never...?" Tanya leeteuk penuh nada ancaman. Entah dari mana dia belajar kalimat itu.

"Now" jawaban singkat yang mampu membentuk garis melengkung keatas diwajah leeteuk.

Heechul segera menutup bukunya, dan segera menghampiri leeteuk.

"Mau main apa...?". Tanya heechul singkat.

"Bagaimana kalau tidak bermain, tapi mengajariku membaca saja?. Kau mau? Kau kan sudah lancar membaca". Tanya leeteuk hati-hati.

Sebuah senyuman terpancar diwajah heechul. "Tentu saja...". Jawab heechul segera.

Belum sempat kegiatan itu dilakukan keduanya, heechul tiba-tiba mendapat panggilan dari pengasuh panti asuhan tersebut.

"Chullie ah... Kemari. Ada yang ingin kami beritahukan padamu".

Terlihat wajah kecewa dari leeteuk dan wajah bersalah dari heechul.

"Cari bukumu sana. Aku tak akan lama". Heechul mulai memberi perintah dan segera melangkah meninggalkan leeteuk untuk menyusul pengurus yang telah menantinya.

"Yakshokae?" Leeteuk menuntut kepastian dari sahabatnya itu.

"Yaksho... Palli..." Jawab heechul pasti dan segera menghilang dibalik pintu kayu yang terlihat megah itu.

_o0o_

Seorang lelaki dan dua orang wanita yang belum bisa dikatakan tua terlihat dalam pembicaraan yang serius di sebuah ruangan kecil yang nampak rapi dan terawat.

"Anda memanggil saya eomonim...?" Tanya heechul penuh sopan santun.

Salah satu wanita itu yang ternyata pemilik panti asuhan segera menjawab heechul sambil memperlihatkan senyum hangatnya. "nde... Kemarilah chullie. Ada yang perlu kami bicarakan denganmu".

"Ye eomonim..."

Heechul segera mendekat kearah mereka dengan beberapa pertanyaan yang berkecamuk di pikirannya.

"Apa ini anak yang anda inginkan tuan. Anak ini yang bernama kim heechul. Dia anak yang sangat pintar dan penurut tuan". Ucap sang pemilik panti dengan antusias.

"Nde, kelihatannya memang seperti itu nyonya". Ucap orang asing itu dengan memperlihatkan senyum sehangat mentarinya.

"Maaf eomonim, ada apa ini?". Heechul anak yang sangat cerdas. Dia mengerti dengan sangat jelas maksud pembicaraan ini. Namun hatinya berharap jika ia salah.

"Begini chullie ah, tuan choi berkenan untuk mengadopsimu. Dan kami dari pihak panti asuhan sudah setuju akan hal ini. Sekarang tergantung bagaimana keputusanmu". Sang pemilik panti asuhan memperlihatkan wajah sedihnya yang tak dibuat-buat.

"Kami senang jika kamu masih ingin tetap disini, tetapi kamu berhak mendapatkan orang tua yang menyayangimu dan mampu membiayai pendidikanmu sampai jenjang yang tinggi. Kau pasti mengerti maksudku kan chullie".

"Nee... Arrasimnika, geunde saya tidak mau jika diadopsi sendiri. Saya memiliki seorang saudara. Jika anda berkenan untuk mengadopsinya juga, saya mau mengikuti anda. Tetapi jika saya harus meninggalkannya, saya lebih suka tidak mengenal aksara. Mohon dipertimbangkan. Permisi". Balas heechul yakin dan mulai bangkit dari tempat duduknya.

"Heechul ssi... Chakaman..." Ucap laki-laki asing itu dan segera bergegas menyusul heechul.

Heechul menolehkan kepalanya kearah lelaki tersebut.

Laki-laki itu segera menekuk lututnya sehingga wajahnya bisa berhadapan langsung dengan heechul. Dari dekat lelaki itu memang terlihat lebih tampan. Wajahnya memperlihatkan ketegasan yang tak main-main. Rambutnya ditata rapi belah samping dengan perbandingan 70:30.

"Kau mungkin akan menyesal heechul ssi kalau mengajak saudaramu itu. Jadi mari berangkat sekarang denganku atau kau lebih senang mengajaknya turut dalam keluarga besar kita". Tanya tuan choi itu dengan nada mengancam.

Mau tak mau heechul merasa sedikit terpojok. Tapi dia sudah berjanji pada leeteuk mereka akan bersama selamanya dalam suka maupun duka.

"Aku tidak akan menyesal choi ssi".

"Baiklah kalau begitu aku akan berbicara dengan pemilik panti. Kau bisa kembali pada saudaramu dan segera persiapkan barang yang akan kalian bawa". Ucap tuan choi cepat.

"Benarkah aku boleh membawa teuki bersamaku?. Baiklah, kami akan siap-siap choi ssi". Ucap heechul dengan segera.

Langkah kaki kecilnya segera membawanya kepada sahabatnya yang sudah menunggunya untuk belajar bersama.

Dia tak pernah mengetahui takdir apa yang menantinya kelak. Sama sekali tak disadarinya kejamnya dunia yang menantinya.

_o0o_

# One years ago

#Heechul POV

Benar kata tuan choi 16 tahun yang lalu. Aku akan menyesal karena mengajak teuki bersamaku.

Satu-satunya hal yang kusesali seumur hidupku adalah mengajaknya untuk ikut denganku ke neraka ini. Aku sungguh tak akan pernah bisa memaafkan diriku sendiri yang ternyata sangat bodoh ini.

Hari ini aku melihatnya lagi-lagi terluka. Luka yang menganga cukup lebar di lengan kirinya. Masih terlihat senyuman menenangkan dari wajahnya yang pucat. Tapi aku tahu luka itu luar biasa sakit.

"Teuki ah... Jangan menggigit lidahmu, kau boleh menggigit tanganku jika sangat sakit". Kusodorkan lengan kananku ke bibirnya. Aku yakin dia membutuhkannya.

Tapi gelengan yang aku lihat. Aku tahu dia tak ingin menyakitiku.

"Palli... Kau bisa mati kalau menggigit lidahmu begitu". Sedikit bentakan ku harap mampu membuatnya mengerti.

Dan hasilnya, dia menurut. Dokter pribadi di markas ini segera menyiramkan air alkohol untuk membersihkan lukanya, dan segera mengaitkan benang-benang untuk menutup luka menganga itu.

Tak ada obat bius untuk luka-luka kami. Bahkan dokter turut meringis demi melihat luka yang tak pernah absen dari tubuh kami. Aboji–tuan choi- tak memperbolehkan uisa-nim menggunakan obat bius. Karena pekerjaan kami, kami harus terbiasa untuk menahan luka seperti ini.

Sakit dilengan yang digigit teuki seakan tak berasa lagi. Kalah dengan rasa khawatir yang membuncah di dalam dadaku. Khawatir dia tak akan mampu menahannya, khawatir dia akan menyerah pada hidupnya, dan kekhawatiran yang paling besar kurasakan adalah khawatir dia akan membuangku dari hidupnya. Aku tahu kesalahanku tak termaafkan.

"Selesai" ucap uisa-nim tiba-tiba mengagetkanku.

"Istirahatlah sementara, seminggu atau dua minggu. Sementara jangan sampai terkena air, agar lukanya segera kering dan jahitannya bisa dilepas. Jangan lupa minum obatmu teuki. Kau ini pasienku yang agak bandel". Aku turut mendengarkan pesan dari uisa-nim untuknya.

"Aku pasti akan mengawasinya uisa-nim. Kalau perlu aku yang akan memandikannya dan mengganti perbannya setiap hari. Dan obat, aku yang akan mengawasinya minum obat". Ucapku yakin. Dan aku pasti akan memenuhi janjiku.

"Chullie ah, kemarikan lenganmu. Aku harus mengobatinya juga". Sekali lagi uisa-nim memerintah.

Tapi kali ini aku sedikit bingung. Hey, yang terluka itu lengan teuki. Kenapa aku harus diobati juga. 'inikah yang dinamakan persahabatan?" Tanyaku tak mengerti.

"Chullie ah, tanganmu terluka. Kau lebih suka diamputasi dan punya satu tangan eoh...?". Tanya uisa-nim sedikit membuatku takut. Kuperiksa lenganku, dan benar saja, disana terdapat luka yang tercetak mirip dengan garis gigi yang rapi.

Oh... Aku sungguh lupa. Sekarang baru terasa perih. "mianhae.." Ucap sosok pucat disampingku ini.

"Kau harus membayarnya teuki ah". Ucapku pura-pura dingin.

"Tapi kau yang memintanya chullie". Ucapnya dengan wajah menyesal yang tak dibuat-buat.

"Sudah, tidur sana. Awas saja kalau aku sampai terkena virus rabies. Kubunuh kau". Ucapku main-main.

"Yha... Kau pikir aku anjing gila atau apa?. Mana mungkin aku menularkan rabies?".

Aku hanya mampu mengedikkan bahu dan berpura-pura tak peduli. Akupun segera berlalu untuk mendekat ke arah uisa-nim yang hanya mampu menggelangkan kepalanya sambil berdecak.

"Chullie ah... Kau dipanggil aboji..." Tiba-tiba salah seorang penghuni rumah ini memanggilku. Pasti ada misi lagi untukku. Kalau begini kapan aku bisa tenang mengawasi teuki dirumah.

"Nde jay hyung. ..." Balasku langsung.

"Jangan terlalu lama. Atau aboji akan marah eoh...?"

"Nde..."

Uisa-nim masih sibuk dengan perban yang melingkar dilenganku. Sangat mirip dengan milik teuki. Hanya milikku tak sesakit milik teuki.

"Chullie ah... Hati-hati... Aboji selalu memberimu misi kelas S. Aku yakin kali ini juga. Mungkin aboji ingin membunuhmu". Ucapnya bercanda. Tetapi sesungguhnya hal itu yang selalu kupikirkan.

"Arraseo... Aku pergi dulu. Kau... Makan makananmu, minum obatmu, dan tidur. Aku kembali dari ruang appa semua masih utuh, lihat apa yang bisa kulakukan padamu". Ancamku sungguh-sungguh.

"Nde eomma...". Aku tahu dia sebal, tapi itu juga demi dirinya sendiri bukan.

Akupun segera melenggang pergi setelah mengucapkan terima kasih pada uisa-nim untuk yang kesekian kalinya.

_o0o_

"Aboji... Anda memanggil saya...?" Ucap sosok tinggi berkulit putih susu itu sopan.

"Nde... Masuklah chullie..." Suaranya terdengar berwibawa. Masih sama seperti 16 tahun yang lalu. Suara yang membuat heechul bergetar dan takut.

"Chullie ada misi untukmu. Misi kelas S. Aku yakin kau bisa melakukannya. Kau akan ditemani Donghae dan eunhyuk".

Laki-laki tampan sekaligus cantik bernama heechul itu kini duduk dengan tenang tanpa berniat menyela perkataan orang yang disebutnya aboji tersebut.

"Ling hua ssi. Pedagang senjata api di black market dari china akan melakukan perjalanan bisnis ke indonesia. Kau harus mengawalnya, kau mengerti?".

"Nde aboji. Sebagai imbalannya, bolehkah teuki keluar dari organisasi ini aboji?". Tanya heechul penuh harap.

"Tentu boleh saja. Tapi belum sekarang chullie. Ada satu misi lagi yang harus diselesaikan olehnya. Setelah itu, dia bebas". Ucap tuan choi dengan wajah sumringahnya.

"Benarkah aboji...? Gamsahamnida... Anda telah berjanji, dan saya tahu anda bukan orang yang ingkar aboji. Tapi sekarang dia sedang sakit, jadi tolong anda tunda misi untuknya".

Tuan choi hanya menganggukkan kepalanya penuh wibawa.

"Saya akan melaksanakan misi ini dengan baik".

Sekali lagi hanya senyuman sebagai balasan untuk heechul. Heechulpun keluar dengan hati berbunga-bunga. Setidaknya saudaranya bisa menghirup udara kebebasan, dan bukan lagi anyirnya darah.

"Memang tidak bisa sekarang chullie, tentu nanti setelah kau kembali dari misi mu." Sebuah seringaian mengerikan terpeta jelas diwajah penuh wibawa itu, seakan senang incarannya memasuki lubang jebakan yang dia buat.

_o0o_

"Aku harus pergi ke indonesia untuk beberapa hari teuki. Jadi kau harus menjadi anak yang baik. Arra...?". Ceramah heechul sesaat setelah keluar dari ruang tuan choi.

"Nde chullie eomma..." Dengan remote tv ditangan kanannya, dia terus memencet tuts remote yang tak berdosa itu dengan kejam.

Sedang heechul masih sibuk memasukkan barang yang akan dibawanya.

"Yha... Teuki ah... Istirahat sana... Jangan nonton tv terus. Kau harus cepat sembuh dan menjalankan misi lagi".

"Arraseo... Cepat berangkat sana. Lama-lama kau lebih berisik dariku".

"Benarkah kau ingin aku pergi...?. Bagaimana kalau aku tak bisa kembali?".

"Kalau tak yakin bisa kembali, lebih baik tak usah pergi". Jawab leeteuk kesal.

"Arra... Aku pergi dulu teuki ah... Saat aku pulang, kau harus sudah sembuh. Yaksokae?".

"Hm..." Jawab leeteuk malas. Ada sedikit rasa tak rela dihatinya. Tapi bagaimanapun juga, inilah hidup yang takdir pilihkan bagi mereka.

"Chullie hyung... Kau sudah selesai dengan ukemu eoh...?" Tanya seseorang sambil menyembulkan kepalanya diikuti oleh kepala lain yang menampilkan senyuman memikat.

"Yha Donghae ah... Dia yang ukeku.". Ucap leeteuk membela diri.

"Chagiya.. Aku berangkat dulu ne...? Jangan lupa makan, minum obat dan istirahat. Lukanya jangan sampai kena air, atau aku akan membunuhmu". Ucap heechul dingin.

"Yha... Kau lebih pantas jadi ukeku chullie ah... Kau brengsek..." Maki leeteuk tak karuan.

Tanpa memperhatikan teriakan dari leeteuk, heechul segera menyambar tasnya dan berlalu dari kamar mereka berdua.

_o0o_

Siang yang cukup cerah di bandara seoul. Seorang laki-laki setengah baya dengan tubuh yang sedikit kurus mengenakan setelan kemeja putih, jas hitam, dan celana dengan warna senada. Kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya menambah kesan berwibawa baginya. Pria itu kini tengah berdiri bersama beberapa orang dengan pakaian yang hampir serupa, atau bahkan lebih rapi dibelakangnya

Tiga orang namja dengan pakaian yang hampir sama segera mendekati rombongan itu. segera saja mereka saling memperkenalkan diri.

"Selamat siang ling hua sshi, Kami yang akan menemani perjalanan anda ke Indonesia, Kim heechul imnida". Ucap heechul dengan sangat sopan. Dia yang tertua dalam kelompok tersebut dan bertindak sebagai ketua. Tak lupa menjabat tangan bos barunya tersebut

"Naneun lee donghae imnida" Salam donghae dan segera mengulurkan tangan sambil menunduk.

Begitu juga dengan eunhyuk, "Lee hyukjae imnida, tapi anda dapat memanggil saya eunhyuk". Perkenalan dari eunhyuk memang sedikit lebih hangat dari dua sebelumnya. Bukan apa-apa, tapi sudah menjadi sifat dasar eunhyuk yang tak begitu bisa bersikap sopan. Sebuah senyuman lebar hingga nampak sebagian gusinya menjadi satu hal terakhir dari perkenalan singkat itu.

"My name is zhao ling hua, kalian pasti sudah mengetahui latar belakang saya dari Choi sshi bukan.? Mari bekerjasama dengan baik". Ajak tuan ling hua dengan ramah.

Mereka serentak membungkukkan badan 45 derajat, dan segera mengikuti langkah tuan ling hua.

_o0o_

Hari ke 3 mereka berada di negara tropis itu. Tetapi tak sedikitpun membuat ketiga pemuda itu kepayahan. Udara dan cuaca yang berbeda umumnya membuat wisatawan sedikit tak nyaman.

Kuta, Bali. Disanalah mereka kini. Disalah satu wilayah dengan jumlah wisatawan asing terbanyak di Indonesia.

Heechul nampak berjalan santai dibarisan paling depan. Sedangkan donghae dan eunhyuk memilih untuk menjadi ekor dari iring-iringan yang berisi 1 orang laki-laki dewasa dan 3 namja berusia awal 20 tahunan itu.

Merasa tak nyaman dengan posisinya saat ini, tuan ling hua kemudian mengajukan permintaan pada heechul.

"Heechul ssi, bolehkah saya berjalan disamping anda?" Pinta tuan ling hua penuh harap.

"Tentu saja ling hua ssi,". Ucap heechul tanpa penolakan.

Sudah banyak kegiatan yang mereka lakukan, mulai dari agenda wajib hingga jalan-jalan seperti disore ini.

"Malam nanti kita akan kembali. Kalian sangat baik dalam mengawalku. Lain kali, bisakah aku menggunakan jasa kalian lagi?".

"Tentu saja ling hua ssi. Asalkan choi sshi mengizinkan. Kami sangat senang mengawal anda lain kesempatan". Ucap heechul mulai bersahabat. Tak lupa dia menunjukkan senyum terbaiknya. "Dan jika kita masih hidup tentu saja ling hua ssi." Eunhyuk sudah sama sekali melupakan tata krama mengingat tuan ling hua adalah type orang yang sangat ramah pada siapapun. Meski pandangan mematikan dari heechul segera menyergap begitu saja.

Sangat jarang client yang dapat menghargai pekerjaan mereka. Kadang ada client yang memperlakukan mereka seperti anjing penjaga. Saat mendapatkan client yang baik, mereka akan sangat senang dan memberi penghargaan luar biasa.

_o0o_

Langit terlihat cerah malam itu. Bulan bersinar begitu cantik. Dan jangan lupakan bintang-bintang yang senantiasa hadir menemani sang dewi malam tersebut. Terlihat paduan serasi karya sang pencipta siang dan malam.

Leeteuk nampak asyik menyangga kepalanya dengan boneka bundar hadiah ulang tahunnya yang ke 12 dari heechul itu.

Matanya nampak menerawang ke atas kearah cahaya bulan dan kemerlip bintang. Seakan ingin membedah seluruh rahasia langit.

"Perasaanku tidak enak. Ada apa ini?.serasa ingin menangis, tapi apa yang aku tangisi?". Monolog leeteuk bagai pujangga.

Diapun akhirnya memilih untuk memasuki kamar megahnya tersebut. Berusaha memejamkan mata meski kantuk belum datang.

Dia merapatkan selimutnya, dan kemudian berdoa untuk keselamatan sahabat dan saudaranya yang sedang mendapatkan misi tersebut.

_o0o_

Heechul tengah mengatur posisi nyaman disamping tuan ling hua di dalam pesawat kelas eksekutif tersebut.

Sedangkan tuan ling hua sepertinya telah mendapatkan posisi terbaiknya dan kini telah terlelap menuju alam mimpi.

Dengkuran halus terdengar dari kursi didepan heechul. Heechul tertawa kecil mendengar senandung dari bosnya itu.

Donghae dan eunhyuk turut tersenyum mendengarnya, meski mata mereka terlihat telah menutup sempurna.

Heechul segera mengistirahatkan matanya tapi tidak dengan alam sadarnya.

Tiba-tiba heechul mendengar gerobak saji mendekat kearah mereka. Mereka mengira bahwa orang lain sedang memesan sesuatu untuk malam panjang mereka dipesawat.

Mereka berempat yang mendapat kursi dibagian paling pojok hanya diam saja merasa tak memanggil pelayanan.

Tetapi gerobak saji itu terus melaju hingga nyaris sampai pada bangku paling ujung, yaitu tempat keempatnya tengah menikmati timangan malam.

Terlatih waspada, heechul segera membuka matanya dan mencoba menghadang pembawa gerobak saji tersebut.

Seorang pramusaji laki-laki dan masih muda. Usianya kisaran 21 tahun. Dia membawa gerobak saji dengan cara yang tak biasa. Yaitu berjalan mundur. Posisi yang sangat tidak sopan sebenarnya.

Heechul segera menepuk pundak laki-laki tersebut dari junsu kim tersemat jelas di dadanya. Sebuah tanda pengenal yang terbuat dari logam kuningan itu nampak berkilat tertimpa cahaya.

"Junsu ssi, apa yang anda lakukan? Kami tidak memesan apapun". Tanya heechul dengan pelan dan sarat kecurigaan.

Kim junsu yang mendapat panggilan tersebut segera menoleh ke arah suara tersebut. Sedikit bingung dengan heechul yang mengetahui namanya namun segera menyadarinya.

"Ling hua ssi memesan sebotol wine dari telephon tadi". Balas junsu dengan intonasi rendah

"Tidak mungkin, tuan kami tertidur sejak beliau duduk dipesawat ini. Mohon jangan mengganggunya. Tuan kami sangat lelah". Ucap donghae menambahi.

"Tapi tuan anda yang meminta kami untuk menyediakan wine untuk kalian. Coba saya tanyakan kepada tuan anda secara langsung". Pinta jungsu masih dengan nada sopan. Namun segera berusaha menghalau barier yang diciptakan oleh heechul dan yang lain.

"Andwe, anda tidak perlu..." Heechul tiba-tiba terdiam. Rona kesakitan nampak diwajahnya yang putih.

"Heechul hyung... Waeyo...?"

_o0o_TBC_o0o_

Sa... Fuyu datang bawa fanfic baru lagi...

Fuyu tahu banyak... sekali typo disana sini...

Fuyu emang sering kurang teliti... #plakk,

Gerobak saji?, kenapa gerobak saji,? fuyu gak tahu apa itu namanya yang bener, mianhae... #bow,

Review jeballllllll...

Fuyu mau nanya nih, sebagai reader, fanfic seperti apa yang kalian harapkan...?

trus genre apa yang paling kalian suka?

Terus, Fandom apa yang paling sering kalian kunjungi?

Terus, ending kayak apa yang paling kalian suka?

Terus, #digaplok reader, banyak amat terusnya,?

Ini terakhir nih..., Terus, siapa yang paling kalian suka buat jadi cast utama...

udah, gumawo buat yang mau mampir di sini, apalagi kalau mau jawab pertanyaan fuyu di kotak review,

kalian reader terkeceh sedunia, :P #kasih jempol seratus

Arigatou gozaimasu... #bow, #bow, #bow,