"Berpikir untuk menemuimu disini, bukan hal yang kubayangkan sebelumnya."
Taeyong tersenyum samar, kemudian semakin disungging. Di antara kebisingan, rasa pengak, dan desak hilir di kereta. Di tengah ratusan manusia, nyaris ribuan, beberapa gerbong, melewati berapa stasiun, banyak jadwal departur―
Di bawah pagi yang sibuk: Taeyong bertemu dengannya.
Pemuda bersurai merah jambu itu tergelak, "Aku juga tidak menyangka, kok. Setelah lima tahun terakhir, kawan!" ucapnya sembari memukul jenaka pundak pemuda jangkung di depannya. Yang diseru meringis kecil, berpura-pura.
"Memang," sahutnya, "di antara ribuan orang, kita bertemu, Tae."
"Jodoh?"
"Mutlak perlu."
Taeyong memekik, sebagai yang lebih tua menyentil dahi pemuda di depannya, "Menjijikan!"
Kedua kalinya, apa ini termasuk kekerasan? Ah, dasar berlebihan, "Hei! Dibanding melecehkan kulit suciku, apa tidak mau memberiku ucapan selamat datang saja? Aku baru kembali, lho, hyung," balasnya sembari cemberut.
Taeyong menggeleng pelan, jemarinya mencubit pelan hidung yang lebih muda, sedikit berjinjit untuk berkata pelan.
"Selamat datang kembali."
Furi! Selamat datang kembali, yang ini dari Neo. Yang kurang ajar di kotak pesan kamu: biarin saja! Mereka kan, tidak bisa menulis! Hehe. Nikmati waktumu disini, ya,
Neo.
