Bittersweet Love
Jaehyun x Taeyong
NCT © SM Entertainment
Warning! Alternate Universe, OOC, Typo(s), YAOI, NC, Affair, Eksplisit Lemon, etc
"Oh fuck, fuck..." Taeyong tersentak saat merasakan jari-jari membungkus miliknya, membelainya dengan begitu ahli. "Jaehyun..." Dia menarik napas, membuka mata hitam indah yang kini berkaca-kaca dengan nafsu, mendongak, menatap tepat ke dalam mata cokelat hangat dari sosok di atasnya yang menatap intens.
"Lepaskan, baby." Jaehyun berbisik sambil terus mengentakkan bagian bawah tubuhnya, memasuki Taeyong lebih cepat, lebih dalam, lebih keras, lebih bersemangat. Matanya tak sekalipun lepas dari mata berkabut nafsu milik Taeyong, menikmati setiap tarikan nafas dan ekspresi darinya. "Come for me."
Rintihan kasar mengalir dari bibir Taeyong saat seluruh tubuhnya terkunci, menegang, melengkung indah. Mata keduanya terpaut bersama dan kemudian Taeyong merasa rasa hangat di dadanya, terlalu kuat, intens, hingga membuatnya kehabisan nafas. Dan sepersekian detik kemudian, Lee Taeyong tahu jika dia telah kehilangan diri seutuhnya untuk pemuda ini, Jung Jaehyun.
Cairan putih lengket menyembur kuat dari milik Taeyong, mengotori perut dan dadanya, memercik hingga wajahnya. Mulutnya terbuka menjeritkan erangan tanpa suara saat tubuhnya menegang menekan tempat tidur. Ia belum pernah merasakan orgasme seperti ini sebelumnya.
"Ya Tuhan!" Taeyong tersentak saat ia mencoba mengambil napas dalam-dalam. Orgasmenya belum berhenti. "God..." Ia merasa begitu kewalahan dengan segala emosi campur aduk yang terasa di dadanya, yang seakan meledak bersamaan dengan orgasmenya.
Jaehyun terpesona, melihat bagaimana sosok di bawahnya terlihat larut dalam kenikmatan luar biasa. Sialan. Melihat Taeyong seperti ini cukup untuk membuatnya sampai. Padahal Jaehyun berharap dirinya bisa menahan orgasmenya sedikit lebih lama. Namun ia tak kuasa menahan kontraksi memabukkan di sekitar miliknya lagi. Ia merasakan orgasmenya akan segera tiba, meledak melalui miliknya yang berdenyut-denyut.
"Fuck!" Jaehyun menyerah, tubuhnya mengejang, mengentak sekali lagi lalu mengisi kondom yang ia gunakan dengan semburan cairan panasnya, lalu runtuh tepat di atas Taeyong. "Kau bisa membunuhku, Yongie," gumamnya sambil terengah-engah, merasa sangat puas sekaligus tak berdaya.
Ketika Taeyong tak menanggapi dengan kalimat balasan bernada jahil seperti biasanya, Jaehyun bertopang pada tangan untuk mengangkat sedikit tubuhya, menatap wajah memerah Taeyong. Matanya masih tertutup. "Hei, kau baik-baik saja?" bisik Jaehyun.
Taeyong mengangguk dan kemudian membuka matanya. "Aku baik-baik saja."
Jaehyun menatap mata hitam indah itu. Mata yang tidak pernah berhenti memukaunya. Sepasang mata yang selalu bisa menarik seseorang untuk tenggelam ke dalamnya. Dan itu persis seperti apa yang Jaehyun rasakan saat pertama kali menatap mata itu. Taeyong benci saat seseorang memujinya cantik, tapi mata, wajah, tubuh, dan bahkan rambut hitam dengan potongan rambut acak-acakan biasa itu bisa membuatnya tampak cantik. Dan seolah belum cukup, ia juga dianugerahi senyuman manis yang bisa membuatnya menjadi sangat menggemaskan. Sempurna.
Jaehyun dengan lembut mengusap rambut basah yang jatuh di atas mata Taeyong dan menutup kesenjangan di antara mereka dengan menyentuhkan bibirnya dengan milik Taeyong. Memberinya ciuman manis yang menimbulkan sensasi menggigil bagi keduanya. Ketika ciuman mereka terlepas, Jaehyun melarikan ibu jarinya perlahan di sekitar bibir bawah Taeyong, mencoba mengingat setiap lekukkan dan sensasi lembut itu dalam memorinya.
Jaehyun beranjak, bergeser untuk telentang dan melepaskan kondom, melemparkan benda itu ke tempat sampah. Tangannya kemudian meraih handuk kecil di samping tempat tidur dan dengan lembut menyeka cairan lengket dari tubuhnya dan juga Taeyong. Setelah selesai, ia menjatuhkan diri untuk kembali telentang di sampingnya, menutup mata dengan sebelah lengan, berusaha keras untuk tidak merasa bersalah.
Kedua sosok itu berbaring dalam keheningan, tenggelam dalam pikiran masing-masing sampai ponsel Jaehyun mulai berdering. Ia sudah tahu siapa yang menelpon tanpa harus melihat id-nya. Duduk, ia menjawab panggilan itu. "Hei," katanya pelan, berusaha menutupi kegugupan dalam suaranya. Setelah mendengarkan sebentar, ia tersenyum, kemudian berdiri. "Aku ke sana secepatnya," adalah kalimat terakhirnya sebelum menaruh ponsel di atas meja samping tempat tidur.
Tubuh Jaehyun berbalik, melihat ke bawah pada sosok cantik di tempat tidur. Berkata dengan menyesal, "Aku harus pergi."
Taeyong mengangguk tapi tidak bergerak. Dia hanya memandang diam Jaehyun yang berjalan menuju kamar mandi, mengagumi tubuh ketat dan berototnya yang tak tertutupi apapun. Tubuh Jung Jaehyun adalah definisi dari deskripsi kesempurnaan dewa-dewa mitologi. Seksi, maskulin dan jantan. Taeyong berguling turun dari tempat tidur, meraih celana dan t-shirt. Setelah memakainya, ia menuju kamar mandi. Secara naluriah mengetahui jika Jaehyun membutuhkannya.
Di kamar mandi, Jaehyun melemparkan handuk kecil di tangannya ke dalam keranjang cucian, kemudian hanya berdiri di sana menatap wajahnya sendiri di cermin. Apa yang telah aku lakukan, ia bertanya pada dirinya sendiri untuk kesekian kali. Jantungnya berdebar begitu keras, merasa sangat takut. Kenapa begitu sulit baginya untuk memperoleh sedikit kebahagian? Bukankah ia layak mendapatan itu juga, sama seperti orang lain di luar sana?
Jaehyun melihat Taeyong masuk ke kamar mandi dengan baskom kecil, langsung menjatuhkan pandangan pada tangan Jaehyun, yang entah sejak kapan telah mencengkram sisi-sisi wastafel hingga buku jarinya memutih.
"Jaehyun."
Bisa ia rasakan tangan Taeyong memeluknya dari belakang. Jaehyun menghela napas dalam-dalam kemudian menyandarkan tubuhnya pada Taeyong. Ia sangat membutuhkan sosok ini. Mereka belum lama bersama tapi hanya Taeyong yang bisa membuatnya tetap waras. Dia yang menjaga Jaehyun tetap berpijak dan bertahan. Taeyong mengisi lubang di dalam hati Jaehyun yang bahkan tak disadari oleh pemiliknya sendiri.
"Semua akan baik-baik saja." Taeyong berkata lembut, merasakan pergolakkan yang terjadi di dalam pikiran laki-laki dalam pelukannya ini. Laki-laki yang baru ia sadari, ia cintai dengan sepenuh hati. Ia bisa merasakan tubuh itu gemetar. Taeyong berharap bisa mengambil seluruh rasa sakitnya, tapi ia sadar ia juga memiliki rasa sakit tersendiri yang harus ia tanggung. Dia menginginkan Jaehyun untuk dirinya sendiri. Hanya untuk dirinya. Tapi itu tidaklah mungkin. Taeyong mengistirahatkan kepalanya di punggung tegap Jaehyun. Bertahan di posisi itu hingga gemetaran tubuhnya mereda.
Taeyong menarik tangannya lepas, membalikkan tubuh Jaehyun agar menghadap padanya. Tangannya mengambil handuk basah di dalam baskom kecil dan mulai menyeka setiap inci tubuhnya, membersihkan tubuh Jaehyun hati-hati. Setelah selesai, ia menarik tangan Jaehyun, memaksanya keluar dari sana setelah Jaehyun memberinya bisikan terimakasih pelan.
Taeyong duduk di samping tempat tidur dan memandangi Jaehyun yang sedang mengenakan pakaiaannya.
Taeyong harus menahan erangan keluar dari mulutnya melihat setiap detail gerakan Jaehyun saat mengenakan kemeja. Dr. Jung Jaehyun tidak hanya tampan dan berbakat, tapi dia benar-benar seksi. Dari rambut hitam indahnya yang selembut sutra, wajahnya yang tampan dengan rahang tegas, bahu lebar dan bidang, dada berotot, perut datar yang dihiasi abs, juga paha kencang. Putih mulus dari atas hingga jari-jari kaki. Tubuhnya adalah karya seni, pujinya dalam hati. Taeyong tak pernah melihat ada seorang pria bisa terlihat sebegini seksi hanya dengan setelan jas kasual seperti itu. Seksi, seksi, seksi. Setiap bagian tubuh Jaehyun meneriakkan kata yang sama di mata Taeyong.
"Sudah selesai menatapiku? Karena aku harus memakai sepatuku sekarang," goda Jaehyun. Matanya mengerling jahil. Ia tertawa mendengar Taeyong mengerang malu. "Jika kau terus memandangiku seperti itu, kau tahu kau akan dalam masalah, kan? Aku takkan bisa menahan diri untuk memakanmu lagi dan lagi."
"Fuck you Jaehyun," gumam Taeyong, berpaling dari wajah tampan Jaehyun yang sedang mengejeknya. Meski itu hanya sebentar, karena ia kembali memandangi Jaehyun yang sedang memakai sepatu.
Taeyong tidak akan pernah bosan melihat Jaehyun. Kesampingkan tentang his fucking body, karena bukan hanya itu yang bisa ia kagumi dari diri si pemuda Jung. Dia adalah dokter brillian dengan segudang prestasi di usianya yang masih terbilang muda. Sudah begitu banyak yang ia capai. Ia begitu dihormati, dikagumi, dan dielu-elukan oleh setiap orang yang mengenalnya. Maka sama sekali tak mengherankan jika rumah sakit tempatnya bekerja adalah salah satu dari rumah sakit terbaik di negeri ini.
Taeyong merasa ia begitu beruntung bisa menarik perhatian laki-laki ini bahkan hanya untuk lima menit waktunya. Sama sekali tak keberatan menghabiskan seluruh waktu yang ia miliki dengannya. Karena siapa yang tidak? Taeyong yakin banyak orang yang rela memberikan apapun untuk itu. Dia benar-benar pria mengagumkan, entah di kehidupan sosialnya, dan tentu saja, di atas ranjang.
Taeyong tertawa akan pikirannya dan itu berhasil menarik perhatian Jaehyun.
Sudut-sudut bibir Jaehyun terangkat sedikit, ia tersenyum sambil memandang Taeyong. "Apa yang kau tertawakan?" tanyanya dengan suara seksi yang tak pernah tak berhasil membuat Taeyong meleleh.
"T-tidak ada." Taeyong berkata gugup dan itu terlihat terlalu menggemaskan hingga Jaehyun tertawa.
Jaehyun mengambil kunci mobil dan ponsel, menarik Taeyong dari tempat tidur ke dalam pelukannya. Diusaknya sayang belakang kepalanya. Menghirup aroma tubuh Taeyong yang selalu terasa manis di inderanya. "Aku sudah merindukanmu lagi sekarang," Jaehyun mengerang. "Sampai besok," katanya, masih belum mau melepaskan Taeyong.
Taeyong mengangguk, tahu betul jika Jaehyun tidak akan menunggu sampai esok untuk kembali menghubunginya. Dia akan selalu punya alasan untuk menelpon atau mengirimi pesan kotor padanya di malam hari. Taeyong tidak pernah mengeluh tentang itu, justru ia selalu menunggu-nunggu. Rasanya menyenangkan mengetahui jika Jaehyun masih memikirkannya bahkan saat ia sedang bersama… istrinya.
"Sampai jumpa besok," kata Taeyong, berjinjit di atas jari-jari kakinya untuk mencium Jaehyun lembut, tepat di mulut. "Hati-hati," tambahnya dengan suara pelan saat ia kembali duduk di sisi tempat tidur.
"Taeyong, aku..."
Tak selesai. Kalimat Jaehyun tak pernah ia selesaikan.
"Ya?"
Taeyong bisa melihat kesedihan di wajah Jaehyun saat ia menggeleng dan menuju pintu. "Lupakan saja. Aku pergi."
Ketika ia mendengar pintu depan ditutup, Taeyong langsung membenamkan wajahnya di bantal, berteriak keras-keras. Matanya tiba-tiba panas dan ia membiarkan air matanya lolos begitu saja. Taeyong tidak pernah membayangkan hidupnya akan menjadi seperti ini. Tak pernah sekalipun ia bermimpi akan menjadi perusak rumah tangga orang lain. Menjadi teman tidur, pelacur, atau apapun orang lain menyebutnya, dari seseorang yang telah beristri. Yuta, sahabatnya telah memperingatkannya untuk tak menyebut dirinya sendiri seperti itu, tapi itulah kenyataannya.
Lee Taeyong tak lebih dari parasit penghancur rumah tangga orang lain!
Jaehyun adalah pria yang sudah menikah. Apa yang mereka lakukan itu salah, tapi ia tidak bisa menghentikan ini seberapa keraspun mencoba. Dia sudah terjerat dalam pesona sang dokter sejak pertemuan pertama mereka, saat mereka bertatapan untuk pertama kali. Saat kulit mereka bersentuhan tak sengaja, tapi seperti ada sengatan listrik jutaan volt menghantam tubuhnya. Dia tak bisa pergi karena sudah terjerat terlalu dalam. Dan inilah yang ia dapatkan, rasa sakit tiap kali Jaehyun kembali meninggalkannya.
"Aku bodoh," isaknya lirih. "Aku bodoh karena telah jatuh padamu, Jung Jaehyun."
Lanjut / Delete?
