Chapter 1 : "Somedays, when the destiny is coming"

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Author : Hoshina's dark

Genre : Action, adventure, family, romance (mungkin?)

Rate : T

Warning : OC


Halo para Reader, Perkenalkan, namaku Asakawa Hoshina, saya newbie dari FFN dan ini adalah fic pertama saya, tolong maklumi jika banyak kesalahan atau alur cerita tak sesuai keinginan. Jika ada saran mohon jangan segan segan.

Don t like don t read just klick close

Happy reading


Jauh sebelum dunia shinobi tercipta, hiduplah dua orang yang kuat saling berlawanan. Yin dan Yang, begitulah mereka menjulukinya. Dua orang itu tak lain adalah dewi kelinci, sang putri Kaguya Otsutsuki dan Dewa kegelapan, Yami no Kamisama. Mereka berdua berseteru untuk mendapatkan dunia. Suatu ketika, pertarungan itupun pecah. Pertempuran hingga mati antar kedua dewa tersebut tidak dapat dihindari. Mereka saling mengadu kekuatan hingga dunia hampir hancur dibuatnya. Selama setengah abad lamanya mereka bertarung, hingga pada akhirnya Otsutsuki Kaguya dan Yami no Kamisama benar-benar kelelahan. Suatu hari, Kaguya menghembuskan nafas terakhirnya karena efek pertarungan yang panjang dan otomatis pertarungan tersebut dimenangkan oleh dewa kegelapan. Sebelum meninggal, Kaguya mengucapkan kata-kata terakhirnya dan sekaligus janjinya pada dewa kegelapan.

"Kali ini, kau menang... Dewa kegelapan. Tapi ingatlah, kemenanganmu ini bukan akhir dari segalanya. Aku berjanji padamu. Aku akan bereinkarnasi dan merebut dunia ini darimu. Akulah yang akan menggulingkan kekuasaanmu nanti. Tunggulah sampai aku menemuimu"

"Dunia telah jatuh ke dalam pelukanku. Tapi tenanglah, aku akan menunggu saat yang telah kau janjikan padaku Putri Kaguya... Akan kutunggu kedatanganmu... Otsutsuki Kaguya..."

Itulah kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Dewa Kegelapan. Ya, dia akan menunggu reinkarnasi Kaguya untuk kembali melawannya lagi.

~••°••~

Pasca kehancuran klan besar Uzumaki yang terkenal lagi terpandang selama perang shinobi, beberapa anggotanya yang masih hidup tersebar ke seluruh penjuru dunia. Termasuk juga keluarga Kaori. Uzumaki Kaori, adalah gadis kecil yang cukup polos dan bisa dibilang juga cukup berpotensi. Di umur 6 tahun, ia sudah bisa menguasai jurus Uzumaki no fuin jutsu dan shisho fuin. Padahal, kedua jutsu tersebut merupakan jutsu dasar yang pada umumnya sulit untuk dipelajari oleh anak seusianya. Yang aneh dari Kaori adalah, Kaori sama sekali tidak mewarisi rambut merah klan Uzu. Tapi ia mewarisi rambut hitam ayahnya. Saat Kaori masih berumur sekitar 5 bulan, ibunya, Uzumaki Hoshi berpisah dengan ayahnya. Wanita itu kemudian membawa pergi saudara kembarnya, Kaoru. Sampai saat ini, keberadaan keduanya tidak pernah diketahui lagi. Meskipun selama ini ayahnya selalu bercerita tentang saudara kembarnya, tapi ia tidak pernah tahu dimana ia harus mencarinya.

2 tahun kemudian...

Di suatu sore yang sejuk, Kaori duduk bersantai di ayunan tepat di bawah pohon di depan rumahnya sambil memandangi langit sore yang sudah mulai menjingga. 'Wah... indahnya langit sore ini... Benar-benar suasana yang menenangkan sekali' katanya dalam hati sambil tersenyum kecil.

"Kaori..." panggil ayahnya yang datang tiba-tiba. Kaori lalu menoleh ke belakang.

"Tou-san?..." panggilnya menghadap sosok itu.

"Hari ini maukah kau menemaniku jalan-jalan sebentar?" kata ayahnya sambil tersenyum simpul.

"Doko ni, tou-san? " tanyanya.

"Ke tempat yang bisa membuatku dan Kaori menenangkan diri" katanya sambil berjalan mendekati Kaori.

"Umm... baiklah, aku akan temani tou-san jalan-jalan" kata Kaori sembari beranjak berdiri dari ayunan itu dengan menggengam tangan ayahnya yang telah ada di sampingnya. "Ayo!" Kaori menyunggingkan senyum manisnya ke arah Kai, ayahnya. Mereka berdua pun akhirnya pergi jalan-jalan.

Setelah sampai...

[Kaaakk..! Kaaakk..!]

"Ah..?! Kenapa kita berhenti di sini? Bukannya ini tempat yang berbahaya?" tanya Kaori keheranan sambil sesekali melihat ke arah jurang yang gelap dan dalam.

"Sudahlah, kau tidak perlu khawatir sayang.. Tou-san ada disini bersamamu." Ujar ayahnya lembut.

"Tou-san... Apa tou-san yakin ini tempat yang tepat untuk menenangkan diri?" tanya Kaori heran.

"Iya Kaori... Tou-san yakin sekali. Kau tidak perlu takut. Nah, Kaori duduklah..." kata sang ayah.

Kaori lalu duduk di tepi tebing tersebut diikuti ayahnya. "Pemandangan sore hari yang bagus. Bukankah begitu Kaori?" tanya ayahnya sambil menengadah ke arah langit bersemu jingga.

"Hai' tou-san..."

Pemandangan matahari terbenam saat itu seakan membuat hutan dibawahnya berubah warna menjadi jingga, nuansa jingga yang menghangatkan hati dimana matahari itu bersembunyi di balik awan dan sinarnya menghambur keluar.

"Tou-san, aku ingin bertemu dengan kaa-san dan Kaoru.." kata Kaori tiba-tiba.

"Benarkah? Kenapa?" tanya ayahnya, sedikit terkejut

"Iya tou-san... Aku ingin tahu bagaimana keadaan mereka berdua sekarang" jawab gadis kecil itu

"Hmm.. Begitu ya. Tou-san pun sama, Kaori... Tou-san juga merindukan mereka." Kata sang ayah

"Apa tou-san punya niat untuk mencari mereka?" tanya gadis kecil itu

"Tou-san selalu mempunyai niat untuk mencarinya. Tapi usaha selama ini tidak pernah membuahkan hasil. Aku benar benar tidak tahu dimana lagi aku harus mencari mereka." Jawab sang ayah, terbesit perasaan sedih pada nada bicaranya yang menurun.

'Otou-san...' kata Kaori dalam hati dengan menatap sedih ayahnya.

Ayahnya lalu menoleh ke arah Kaori lalu tersenyum lembut. "Sudahlah Kaori.. Kau tidak perlu mengkhawatirkan mereka. Tou-san rasa, mereka akan baik-baik saja disana. Suatu saat tou-san yakin kau pasti bisa bertemu dengan kaa-san dan Kaoru, dan kita bisa berkumpul bersama-sama lagi. Percayalah padaku, sayang" ujarnya sambil membelai rambut hitam Kaori.

"Hmm.. Baiklah tou-san, aku percaya.. Suatu hari nanti, kita pasti bisa berkumpul lagi" balas Kaori sambil tersenyum manis.

Kai kemudian memandang ke arah langit yang mulai meredup.

"Ah.. Hari sudah mulai gelap, Kaori... Ayo kita pulang.." kata Kai sambil berdiri.

"Baik tou-san..."

Sesampainya di rumah...

"Kaori, malam ini kau mau makan apa?" tanya ayahnya.

"Tidak perlu, kali ini aku tidak lapar. Aku hanya mau istirahat saja.." jawab Kaori sambil berjalan.

"Baiklah kalau begitu, istirahatlah duluan. Aku mau makan dulu. Lagipula pekerjaanku juga masih belum selesai" ujar Kai.

"Aku mengerti. Oh iya, otou-san.." kata Kaori menghentikan langkahnya.

"Iya Kaori?" tanya Ayahnya.

"Nanti malam temani aku tidur ya.. Hari ini aku ingin sekali tidur bersama tou-san." Katanya malu-malu.

"Eh? Katanya Kaori sudah tidak mau tidur ditemani lagi. Kaori kan bilang kalau Kaori sudah besar.." goda ayahnya.

"I-iya sih, entahlah, rasanya malam ini aku benar-benar ingin tidur dengan tou-san saja" katanya dengan kepala menunduk.

"Baiklah, nanti akan aku temani" kata Kai sambil tersenyum.

"Arigatou, oyasumi, otou-san.."

"A... Oyasumi, Kaori.."

.

.

[Srek..!]

Suara gerakan tubuh Kai disampingnya membuat Kaori terbangun.

"Tou-san... Umm.. Hoaahm.."

"Tidurmu nyenyak sekali. Apa kamu habis mimpi indah?" bisik Kai.

"Fu...fu...fu... Iya tou-san. Mimpiku indah sekali. Aku bermimpi bertemu dengan kaa-san dan juga Kaoru. Lalu kita tertawa bersama dan bahkan kita bisa makan masakan kaa-san bersama" bisik Kaori senang.

"Begitu ya? Kedengarannya memang indah sekali"

Kaori lalu memeluk ayahnya erat-erat. Seakan akan ia tidak ingin membiarkan ayahnya pergi.

"Itu hanya mimpi tou-san, tidak perlu dipikirkan. Iya kan?"

"Ya, kau benar Kaori. Hidup memang tidak seindah dalam mimpi. Dunia ini penuh dengan perang. Dan dengan perang itu, kita harus berjuang agar bisa mendapatkan kedamaian yang kita inginkan"

"Jadi, perdamaian bisa diperjuangkan? Begitu?"

"Hmm... Tentu saja" jawab Kai sambil membelai lembut rambut Kaori dan tersenyum. "Malam sudah makin larut. Ayo, sekarang kembali tidur agar besok kita bisa latihan"

"Aku mengerti, tou-san.."

Saat mereka berdua mulai memejamkan matanya, tiba-tiba terdengar seperti pintu rumah yang dihancurkan dan suara langkah kaki seseorang masuk terdengar juga suara-suara seperti teriakan. Cepat cari!

"Siapa itu tou-san?" bisik Kaori sedikit takut.

"Aku juga tidak tahu, Kaori" jawab Kai waspada.

"Tou-san, aku takut.."bisiknya lagi sambil membenamkan kepalanya ke dalam pelukan ayahnya.

"Tidak usah takut, aku ada di sini" kata Kai menenangkan anaknya. "Aku akan memeriksanya." lanjutnya sambil berusaha bangkit. Tetapi, saat ia akan bangun untuk memeriksa keadaan di luar, Kaori mencegahnya.

[Grep..!]

Ia memegang ujung baju ayahnya sambil memandanginya dengan tatapan memelas. "Jangan, aku takut ada sesuatu terjadi dengan tou-san nanti"

"Kaori, percayalah padaku.. Aku pasti akan baik-baik saja. Lebih baik, Kaori tetap disini. Nanti, jika aku teriak lari, Kaori harus kabur dari tempat ini. Kau mengerti kan?" kata sang ayah menepuk bahu putrinya

"Aku mengerti.."

"Baiklah, sekarang aku akan keluar. Kaori tunggu disini dulu ya.." pesan ayahnya.

Kaori hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju. Dengan hati-hati, Kai lalu bangun dan segera membuka pintunya. Kai lalu keluar untuk memastikan keadaan dengan meninggalkan pintu kamar itu tertutup.

Suara barang berjatuhan terus saja terdengar oleh Kaori. Dalam hatinya, ia terus berharap ayahnya baik-baik saja. Malam itu ia terus menunggu ayahnya dengan perasaan cemas. "Tou-san.." gumamnya.

Setelah ia cukup lama menunggu, ayahnya belum juga kembali. Padahal suara berisik itu terus saja mengganggu pendengarannya. 'Apa yang sebenarnya ayah lakukan?' pikirnya. Rasanya ia ingin sekali keluar, tapi ia juga merasa takut. Jangan jangan itu hantu atau semacamnya.

"KAORI! CEPAT, LARI DARI TEMPAT INI!" teriak ayahnya dari luar tiba-tiba.

"Tou-san, apa yang terjadi?!" tanya Kaori mulai panik

"SUDAHLAH KAORI! MENJAUH DARI TEMPAT INI! Akh!"

"Tou-san..!"

Kaori panik sekali. Ia lalu berlari ke arah pintu dan segera membukanya.

[Tek..!]

Ia benar-benar terkejut saat ia mendapati seseorang telah berdiri di depannya tepat saat ia membuka pintunya. Pelan-pelan ia mengangkat kepalanya memandangi wajah orang tersebut. Seseorang dengan wajah yang mengerikan dan berambut hitam serta panjang dengan senyum menyeringai ke arahnya. Orang itu tak lain adalah Orochimaru

"T...tou-san..." katanya terbata-bata. Ia perlahan-lahan mundur ke dalam kamar.

"Sesuai dugaanku, ternyata dia ada disini. Sisa dari reruntuhan klan Uzu. Khu...khu...khu... Slurp" ujar orang itu girang bagaikan telah menemukan mangsanya.

"Menjauh dariku!"

"Kau kira aku akan menyia-nyiakan hal selangka ini? Khu... Jangan bodoh.."

"Ukh.. Tidak...akan kubiarkan...kau... mengganggunya..." Kai berusaha bangkit. Ia lalu menggigit tangannya sendiri untuk menyerap sisa-sisa chakranya

"Tou-san...tou-san, aku takut..."

"Kali ini tou-san mu tidak akan pernah bisa menolongmu lagi..."

Kaori semakin mundur ke belakang sampai pada akhirnya ia benar-benar terdesak. Tembok yang ada di belakangnya telah membuatnya berhenti mundur. Kini Orochimaru telah berada tepat di depannya. Kaori tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Ia hanya bisa pasrah dan memohon pada sang dewa agar ayahnya datang untuk menolongnya.

Permohonannya ternyata dikabulkan. Saat tangan Orochimaru mulai menyentuh kepalanya, tiba-tiba...

"Hai, kau!" teriak Kai

Sontak saja Orochimaru menoleh ke belakang. "Tou-san.." ujar Kaori

"Kau rupanya. Tak kusangka, kau menggunakan jurus itu disaat yang tepat. Gigitan penyembuhan... Khu...khu...khu... Menarik sekali.."

"Jangan harap kau bisa membawa Kaori pergi! Karena aku.."

Orochimaru lalu menghadap ke belakang dan menatap tajam Kai.

"...tidak akan pernah membiarkan kau menyentuh Kaori" lanjutnya dengan tatapan tajam ke arah makhluk itu.

"Begitu ya... Hmm.. Kalau memang itu yang kau inginkan, aku tidak akan segan-segan menikmatinya denganmu"

Kai lalu berlari mendekati makhluk nista itu dengan mengumpulkan semua kemarahannya pada kepalan tangan yang ia arahkan pada Orochimaru.

[Zruut..!]

Tiba-tiba dari balik lengan baju Orochimaru keluar 2 ekor ular putih besar. Kedua ular itu langsung melesat cepat kearah Kai, melilit erat pada tangan dan tubuhnya yang lemah tersebut. "Kaori, cepat pergi dari sini!" teriak ayahnya

"Tapi, bagaimana dengan tou-san?"

"Berhentilah memikirkanku! Seorang ninja dilatih untuk mengorbankan salah satu temannya sebagai umpan! Buang semua perasaanmu Kaori! Ini demi menyelamatkan diri!"

"Tou-san.." rengek Kaori.

"KAORI..!"

"Jika kau tidak ingin tou-san tercintamu ini mati sia-sia, serahkan dirimu padaku sekarang juga... Kaori.." potong Orochimaru

"Jika kau sayang pada tou-san, turuti kata-kataku, Kaori!"

Kaori mulai menangis. Ia sudah tidak bisa lagi berbuat apa-apa. Tanpa berkata-kata lagi, ia lalu berlari pergi dari ruangan, juga dari rumah kenangan itu dengan air mata yang berjatuhan di sepanjang jalan. Melihat hal itu, Kai lalu tersenyum pulas. Ia senang melihat anaknya selamat meski ia harus mengorbankan dirinya sendiri.

Di luar, telah ada beberapa orang yang menghadangnya. Mungkin saja mereka adalah anak buah Orochimaru. Mereka lalu berlari menyerang Kaori.

"Kuchiyose no jutsu!" kemarahan Kaori yang sudah mulai memuncak ia lontarkan dalam bentuk kuchiyose singa. Singa itu lalu mengacaukan gerombolan para makhluk tak berguna itu dengan jurus elemen anginnya. Melihat kesempatan itu, Kaori langsung berlari pergi menuju hutan. Beberapa anggota anak buah Orochimaru berlari mengejarnya. Akan tetapi, Kaori telah hilang ditelan gelapnya malam ditengah rimbunan hutan

.

.

.

Akhirnya, Kaori yang kelelahan sampai di sebuah tempat yang sangat asing baginya. Tepat di depannya ada sebuah kuil altar Tengu yang sederhana. Nakano, itulah nama kuil tersebut.

[Brugh..!]

Karena ia telah kehilangan seluruh tenaganya, akhirnya ia jatuh di pelataran kuil itu dan tiba-tiba, semuanya terasa gelap baginya. Ya, tentu saja Kaori pingsan di tempat itu juga.

Tak lama kemudian, Kaori mulai membuka matanya. Ia melihat langit-langit rumah ada di depannya. Tidak hanya itu, ia merasa ada sesuatu yang dingin menempel di dahinya. "Tou-san..." gumamnya lemah.

"Ah, akhirnya kamu bangun juga..." ujar seorang perempuan yang duduk di sampingnya sambil tersenyum ke arahnya. Ia lalu mengangkat kompres yang sudah menghangat itu dari dahi Kaori, merendamnya dalam air es, memerasnya, lalu mengembalikannya ke atas dahi Kaori lagi.

"Aku ada dimana?" gumam Kaori

"Kamu ada di markas klan Uchiha sekarang. Tadi Itachi menemukanmu pingsan di pelataran kuil. Jadi ia membawamu kesini" jawab Wanita itu, Mikoto

"Itachi? Siapa dia? tanya Kaori

"Hmm... Kamu pasti akan tahu sendiri nanti" ujar Mikoto sambil tersenyum lembut. "Oh ya ngomong-ngomong siapa namamu?"

"Kaori... Uzumaki Kaori" jawabnya dengan suara masih lemah

"Oh, kamu dari klan Uzu?"

Kaori hanya mengangguk lemah. "Baiklah kalau begitu, tunggu di sini dulu ya. Aku akan membawakan makanan untukmu. Karena seharian ini kamu belum makan sama sekali" katanya sembari berdiri.

"Aku akan segera kembali" lanjutnya

Perempuan itu kemudian keluar dari kamar meninggalkan Kaori sendirian.

Saat berada di lorong markas...

"Siapa gadis itu?" tanya Fugaku mengejutkan Mikoto.

"Oh, dia Uzumaki Kaori" kata Mikoto sambil menoleh ke arah Fugaku

"Uzumaki?" tanya Fugaku heran

"Ya, dia dari klan Uzu" Jawab Mikoto, Fugaku terdiam sebentar

"Izinkan aku masuk ke kamarnya" katanya

"Baiklah, tapi aku harap kau tidak mengganggu istirahatnya"

Fugaku lalu berbalik ke belakang dan berjalan meninggalkan Mikoto. "Aku mengerti..." ucapnya singkat sambil terus berjalan. Mikoto hanya memandangi kepergian Fugaku.

[Tap..tap..tap...]

Kaori mendengar seseorang berjalan pelan menuju ke kamarnya. Ia lalu membuka matanya dan menoleh ke arah pintu.

[Graaakk..!]

Fugaku kemudian membuka pintunya. Ia melihat gadis itu sedang terbaring lemah dan kini ia menatap ke arahnya

"Siapa dia? Apa dia yang namanya Uchiha Itachi?" tanya Kaori dalam hati..

.

.

.

Bersambung...


Nah minna-san, bagaimana menurut kalian? ^_^

A/N: Maafkan aku jika ceritanya terlalu sedikit. Lainkali akan aku tambah lagi. Dan soal cerita yang aku tulis ini, tokoh utamanya adalah original character bukan Naruto. Character dalam anime Naruto di ceritaku ini hanya pinjam saja. Maaf juga kalau ceritaku juga abal-abal, agak gaje dan bahasaku yang terlalu serius. Maklum, aku hanya seorang newbie yang tidak punya selera humor yang bagus dan baru belajar menulis di fanfiction.

Satu lagi, meskipun latar cerita ini saya ambil dari latar cerita dalam anime Naruto tapi alurnya tetap berbeda jauh dengan alur cerita aslinya.

Yosh, chapter 1 akhirnya sudah selesai. Aku tunggu ya review dari reader-san. Segala macam saran dan kritik akan ku terima

Nah... lanjut atau delete?