Konon, dunia dibagi menjadi dua bagian. Langit, yang ditempati oleh para dewa, kedua puluh tujuh pelayan setia raja dari para dewa, dan raja dari segala dewa. Bumi, yang ditempati oleh manusia biasa. Kedua bagian hidup rukun dengan kehidupan manusia yang lemah selalu meminta pertolongan pada para dewa dan para dewa mendengarkan keinginan mereka dan membantu mereka pada pekerjaan yang berat.
Suatu ketika, manusia yang lemah menemukan suatu filosofi. Mereka akan kuat bila mereka saling membantu satu sama lain, tanpa perlu pertolongan dari para dewa. Dengan adanya filososfi tersebut, mereka tidak pernah lagi berdoa dan selalu menganggap dapat menyelesaikan segalanya tanpa bantuan dari dewa.
Sebaliknya, para dewa meremehkan para manusia yang sudah bertindak sombong dan tidak membutuhkan mereka lagi. Makhluk lemah seperti kalian hanyalah kutu kecil yang bahkan tidak bisa hidup tanpa kami. Itulah yang selalu mereka terapkan dalam pemikiran para dewa.
Dan hal ini menyebabkan sebuah perang besar antara manusia dan dewa terjadi. Banyak daerah hancur, alam kehilangan fungsi, dan korban yang mati dengan mengenaskan. Melihat betapa hancurnya dunia yang dia ciptakan, raja para dewa pun menjadi murka. Ia langsung mengakhiri perang itu dan mengutuk kedua belah pihak, termasuk kedua puluh tujuh pelayan setianya yang ikut terlibat dalam perang tersebut. Dan karena kutukan tersebut, raja para dewa menghilang dari dunia.
Para dewa dikutuk menjadi kristal sihir yang tidak memiliki tubuh. Mereka hanya bisa menggunakan sihirnya saja dan tidak bisa merasakan apapun (kecuali perasaan mereka) layaknya dulu kala. Dewa yang masih muda dan hijau berubah menjadi kristal yang disebut rune. Mereka yang sudah berpengalaman berubah menjadi kristal gem. Dan kedua puluh tujuh dewa yang selalu melayani raja para dewa pun dikutuk menjadi rune yang sebenarnya atau disebut True Rune.
Para manusia dikutuk dengan diberikannya kelebihan aneh yang begitu banyak, layaknya kekuatan tubuh yang berlebihan dan tidak bisa terkontrol, penyakit aneh, dan sifat buruk. Mereka diuji seberapa kuatnya mereka bisa bertahan dengan kekurangan mereka.
Kedua belah pihak pun menyesali segala tindakannya. Mereka tidak dapat hidup tanpa bantuan dari kedua pihak. Dan sebuah filosofi baru yang membuat mereka kembali pada kehidupan mereka yang rukun.
Para kristal meminta pertolongan manusia untuk menetap ditubuh mereka dan sebagai imbalannya, manusia meminta pertolongan kristal untuk menenangkan kelebihan mereka disaat tidak terkontrol. Dan kehidupan itu terus berlanjut hingga sekarang.
Disclaimer: Kuroko no Basuke hanya milik Fujimaki Tadatoshi
Pairing: Aka!femKuro, AoMomo
Summary: Dunia ini dikuasai oleh kristal. Beribu tahun yang lalu para dewa dikutuk menjadi kristal. Mereka yang ingin mendapatkan tubuh kembali merusak pemikiran manusia dan mengubahnya menjadi makhluk bernama Grude ketika tengah malam tiba. Seperti kehancuran dari kehidupan manusia yang tak berbatas, apakah manusia dapat terus hidup?
Genre: Action, Romance, School-Life, Comedy (mungkin?), Supernatural, Fantasy, Family
Warning: OOC, Typo, miss-typo, EYD gaje, ide mainstream, genderbend
Note: fict ini saya buat karena terinspirasi setelah membaca fanfiction The Emperor by Sky-san dan membaca wikia Gensho Suikoden series.
The True Rune
Tokyo, Shopping District (00.04 a.m)
Sesosok pemuda bersurai merah tengah berdiri diatas gedung yang cukup tinggi. Di tangan kanannya tergenggam senapan dengan ukuran besar yang dihiasi dengan beberapa lilitan rantai. Pandangannya terus tertuju pada lantai yang ia pijak, tanpa ditemani suara sedikit pun. Hanya deru angin yang berani menginterupsi suasana hening tersebut.
"Akashi-kun–"
Sebuah suara muncul dari headphone yang dia gunakan. Pemuda itu pun memutuskan untuk mengangkat wajahnya menampilkan kilatan pada iris merah-emasnya. "Ya?" ujarnya singkat sembari mendekatkan microphone (yang tersambung dengan headphonenya) untuk mendekati bibirnya. Tak ada ekspresi apapun yang tergambar di kilatan tersebut hanya hawa mengerikan yang terasa.
"Aku menemukan keberadaannya. Tipe berserker. Ukuran 7,6 kaki. Elemen api. Kristal yang tertanam... rune dan dua gem." Ujar suara itu lagi dengan singkat dan jelas.
"Lokasi?"
"Shibuya, sebaiknya kau membawa gem berelemen air. Ah, dia mulai bereaksi. Pelindung yang kupasang akan hancur beberapa saat lagi."
Sebuah seringai pun muncul di wajah surai merah tersebut. Kedua irisnya mencerah, menampilkan warna merah darah yang begitu mengerikan. "Satu menit. Tahan dia selama satu menit." Ujarnya kembali sebelum melangkahkan kakinya mendekati ujung gedung tersebut. Tangannya pun langsung terangkat, mengubah senapan yang ia genggam menjadi sebuah cincin perak dengan ukiran api disekelilingnya dan batu garnet sebagai penghias dipucuknya. Pemuda tersebut langsung memakaikan cincin tersebut di jari jempol kanannya.
"Kalian mendengar penjelasan Satsuki barusan, bukan? Target kita hari ini Berserker elemen api. Aku tidak akan menerima kalimat kekalahan dengan makhluk lemah itu. Mission... Start." pemuda tadi memberikan perintah pada empat pemuda yang berdiri dibelakangnya tanpa memandangnya terlebih dahulu. Tak lama waktu bergulir, pemuda bersurai merah itu tampak melompati gedung tersebut sembari berlari kencang meninggalan keempat pemuda dibelakangnya.
Keempat pemuda tersebut menyeringai sejenak sebelum ikut melompat dari atas gedung tersebut, bergerak kearah target tujuannya.
"Hmm... walaupun Akashi-kun berkata satu menit, tapi aku tidak bisa menunggu selama itu, pelindungnya akan hancur." sesosok gadis berhelai merah muda tampak bosan mengekang monster dihadapannya. Ia menghela nafasnya sejenak dan memutuskan untuk diam beberapa saat, membiarkan angin asyik bermain dengan helaian merah mudanya yang bergerak-gerak karena angin.
Tiba-tiba ia memejamkan irisnya sejenak, menyembunyikan kedua iris safirnya dan mengedepankan kedua tangannya. "... Dia yang menghancurkan tanah dengan tombaknya, melindungi segala hal dengan tamengnya. Bawa kemenangan dengan benderanya! Wahai dewi Athena yang tertidur dalam True Rune Sapphire. Atas nama Momoi Satsuki, dengarkanlah perintah ini! Tahan pergerakannya! Anhanzt Ranhath!" gadis itu langsung membuka matanya dan memperlihatkan kedua irisnya yang berubah warna menjadi merah darah. Sebuah lingkaran berwarna merah muda muncul di bawah gadis tersebut dengan tulisan kuno yang menghiasi sekelilingnya dan lambang bendera yang diselimuti oleh sayap malaikat dan cahaya lembut berwarna merah muda.
Tiba-tiba berlapis-lapis rantai muncul dan mengikat tubuh monster itu. Menyebabkan sang makhluk itu mengaum kencang, memekakkan siapapun yang mendengarnya. Gadis tadi pun tampak termundur beberapa langkah, tak lupa ia menutup telinganya karena tidak tahan dengan kerasnya suara auman tersebut. Ia kembali melangkah maju dan menatap sang monster dengan kesal. Jari telunjuk kanannya pun maju kedepan sembari menunjuk monster tersebut. Sekali lagi matanya pun berubah warna menjadi merah. Dan tepat di hadapannya muncul beberapa identitas monster dihadapannya yang dipaparkan secara detail. Gadis itu pun kembali menurunkan telunjuknya menghilangkan identitas tersebut dari hadapannya dan kembali terdiam menatap monster dihadapannya.
#BLARR!
Sebuah ledakan yang tak terduga tiba-tiba mengenai kaki sang berserker. Gadis tersebut langsung mengalihkan pandangannya pada lima pemuda yang berada di gedung dibelakangnya. Gadis itu pun tersenyum simpul.
"Kelemahannya adalah... mata! Semoga berhasil teman-teman!" gadis itu mendekatkan microphonenya sembari menyeringai senang dan menampilkan iris merah darahnya kembali pada dunia.
Tiba-tiba terdengar suara tawa dari headphone gadis tersebut. "Heh... aku sama sekali tidak menerima kata 'kalah', Satsuki... yang bisa mengalahkanku hanyalah aku sendiri." Suara yang terkesan berat muncul dari headphone sang gadis. Nada bicara tampak begitu sombong begitu dipadu dengan kalimat yang ia lantunkan.
"Daiki, kalau kau sampai terluka parah kau akan mendapatkan konsekuensinya. Jangan katakan hal bodoh seperti itu. Satsuki, aku mau kau tahan pergerakannya, terutama lengannya. Ryouta, aku ingin kau melumpuhkan titik kelemahannya. Atsushi, kau bertugas menghancurkan pelindung ditubuhnya. Daiki, tugasmu sama dengan Atsushi. Shintaro, aku mau kau menembakkan peluru rune air padanya." Suara lain pun menimpali dari dalam headphone. Dengan suara yang tampak memerintahkan tersebut sebagai panutan, keenam sosok berhelai pelangi tersebut memulai misinya.
"Athena... bantu aku... Anhazt Ranhath!" gadis tersebut–Momoi Satsuki–tampak menciumi cincin perak berhiaskan rantai disekelilingnya dengan batu safir merah muda sebagai penghias atasnya yang ia gantung sebagai kalung, sebelum mengedepankan tangan kanannya lagi mengubah struktur rantai yang melilit tubuh berserker dihadapannya. Tak lupa ia memejamkan matanya sejenak untuk fokus pada lawannya dan membukanya kembali sembari menampilan irisnya yang berubah menjadi merah darah kembali. Tak lama waktu berpindah, lambang itu kembali muncul mengelilingi gadis tersebut. Bertepatan dengan munculnya lambang tersebut, rantai yang melilit seluruh tubuh itu melepas dan berubah bentuk menjadi melilit keempat anggota gerak berserker tersebut.
Tak lama kemudian muncul suara kencang dari arah bawah. Sesosok raksasa berhelai ungu–Murasakibara Atsushi–tampak tengah mengayunkan palu raksasanya menghantam pelindung transparan yang melindungi tubuh berserker tersebut. Suara itu berlanjut dengan suara pelindung tersebut yang hancur berkeping-keping layaknya kaca pecah setelah sebuah tusukan dari sebuah tombak menghancurkan pelindung tersebut.
#BLARR!
Sebuah peluru berwarna biru muda tampak menerobos masuk ke tubuh berserker tersebut. Tapi nihil, peluru rune tersebut tak cukup kuat untuk menerobos masuk ke jantungnya dan menghabisinya.
"Dia yang mengalunkan musik sebagai lagu kematian. Memperdaya makhluk dengan iramanya. Turuti permintaannya sesuai dengan pergerakan harpa-nya...Orpheus, dewa yang tertidur dalam True Rune Topaz. Atas nama Kise Ryouta, dengarkanlah perintahku... Viennal Ganezha... hanyutkan segalanya." Sesosok pemuda berhelaian pirang–Kise Ryouta–tampak berdiri di samping Satsuki, iris merah darah yang tertanam indah di bola matanya juga menampakkan diri ketika pemuda itu merapalkan mantranya. Dikedua tangannya tergenggam dagger berhiaskan batu topaz dan tulisan huruf kuno yang menjulang sepanjang mata pisau tersebut. Tulisan pada pisau tersebut mengeluarkan cahaya berwarna kuning keemasan bertepatan dengan munculnya lingkaran yang melingkarinya dengan huruf kuno dan lambang harpa yang dikelilingi oleh not balok dan bulu sayap merpati.
Tak lama kemudian, beratus tombak air tampak turun dan menghujani berserker tersebut. Atsushi dan pemuda berkulit tan yang terletak tak jauh darinya langsung melompat kebelakang, menghindari hujan tersebut.
"Oi! Kise! Kau... tombak air itu hampir mengenaiku brengsek! Perhatikan daerah sekitar juga!" pekik pemuda berkulit gelap-Aomine Daiki-dengan begitu kesal kearah Ryouta yang sekarang tampak kaget, membuat sebuah argumentasi terjadi.
Tapi argumentasi tersebut tak berjalan lama setelah mereka mendengar berserker tersebut mengaum kembali. Makhluk itu tampak tidak terluka sama sekali, dan masih berusaha meronta-ronta kesana-kemari. Pemuda bersurai merah yang masih pada posisi awalnya menyerngitkan alisnya. Ia merasakan adanya keganjilan pada penafsiran temannya.
"Shintaro, gunakan sihirmu untuk menghancurkan gem pada lengan kanannya. Dia merupakan abnormal." ujar surai merah tersebut singkat sembari memerintahkan surai hijau yang masih memfokuskan pandangannya pada berserker.
Surai hijau itu terdiam sejenak dan langsung mengubah senapan panjang dihadapannya menjadi cincin perak berukiran tumbuhan disekelilingnya dengan batu emerald yang menghiasi pucuk cincin tersebut. "Dia yang menghidupkan segala jenis tumbuhan di bumi. Tenangkan dunia dengan hutanmu. Kurung mereka dalam sulur kebencianmu! Gaia, sang dewa tumbuhan yang tertidur di True Rune Emerald ini. Dengan nama Midorima Shintaro, kuminta kau menuruti permintaanku... Dryathyja Anzathra! Hancurkan tangan kanannya!" tangan kanannya bergerak menyamping menandakan ia telah selesai memberi perintah. Iris emerald-nya pun berubah menjadi merah darah usai ia meneriakkan perintahnya pada makhluk tersebut. Sebuah lingkaran berwarna hijau dan cokelat muda muncul mengelilingi pemuda tersebut dengan tulisan kuno dan lambang pohon yang dibelit oleh batang berduri.
Tiba-tiba dari dalam tanah muncul tombak yang berasal dari ribuan batang yang bergabung merujam masuk menghancurkan lengan kanannya. Darah yang begitu banyak bertebaran keluar dari dalam lengan tersebut, menodai sisi kota. Berserker tersebut tampak tidak mau kalah ia menggerakkan paksa lengan kirinya dan melemparkan sebuah bola api yang cukup besar kearah surai hijau tersebut.
Surai merah menyeringai, ia tahu kalau hal ini benar-benar akan terjadi. Dengan cepat surai merah itu mengedepankan tangan kanannya dan menyerap api itu dengan batu cincinya. "Dia yang–"
"... Heavenly Drops! Bekukan makhluk itu!" mantra surai merah terhenti saat ia memandang seorang gadis berhelaian biru muda tampak tengah berdiri dibelakang berserker tengah menundukkan wajahnya sembari mengedepankan tangannya membuat berbagai kristal es yang tajam mengurung berserker tersebut. Tak lama kemudian, sebuah kristal besar tampak turun dari langit dan menghancurkan tubuh itu seketika hanya meninggalkan tiga buah kristal berwarna biru tua dan merah.
Nafas sang gadis misterius itu berderu kencang. Perlahan ia terjatuh pingsan, tak sadarkan diri karena keletihan. Ryouta, Satsuki, Atsushi, dan Daiki berlari mendekati gadis tersebut. Sedangkan surai merah yang masih berdiri pada posisinya hanya menatap angkuh gadis misterius tersebut. Sebuah seringai muncul kembali diraut wajahnya. 'Menarik...' batin sang surai merah puas setelah memandang gadis berhelaian biru muda tersebut.
"Shintaro, bawa gadis itu ke markas. Dia akan menjadi anggota yang menarik. Mission... accomplish." Ujar sang surai merag membalikkan tubuhnya meninggalkan rekannya. Berjarak lumayan jauh dari rekannya. Iris dwiwarna tersebut mengalihkan pandangannya kedua bulan kembar berwarna kuning dan merah yang menghiasi langit yang berwarna ungu tersebut.
"... sepertinya perang akan terjadi lagi..." ujarnya pelan sembari terus menatap langit dihadapannya. Seringai kejam terus menghiasi raut tampannya.
Surai merah itu pun mengeluarkan sebelah tangannya yang ia letakkan di saku mantel hitamnya. Tangan kanannya mengarah kearah microphone yang berjarak dekat dengan dagunya, mencoba untuk mendekatkan ke bibirnya. "Sebentar lagi Infinite Time akan habis, cepat kembali ke markas. Aku hanya akan menunggu kalian tak lebih dari tiga menit." ujar sang surai merha tersebut sembari menjatuhkan tubuhnya dari gedung tempatnya berpijak tadi.
To Be Continue
Behind Scene:
Author: ... eng, ini sudah mulai direkam kah?
Kuroko: sudah dari tadi Author-san...
Author: anu gimana ya... eng... a-a-aku... pe-perkenalkan nama saya Fuyuri Shimizu, Author gaje yang baru pindah ke fandom KuroBas... yo-yoroshiku onegai... lalu sebagai permulaan, sebenarnya saya mau mengepost kisah dimana bercerita tentang kisah cinta manager dengan kapten Teikou, tapi karena saya kebanyakan jalan, saya menemukan fanfiksi yang membuat saya pingin bikin yang begitu pula. Lalu saya padukan dengan game favorit saya sejak TK.
Midorima: dan jadilah kisah payah ini, nanodayo... tapi aku berkata begini bukan karena aku memperhatikan dengan jelas penjelasanmu.
Author: *wajah madesu* ... ah, ya...
Kuroko: *narik baju Author* maaf, tapi kenapa aku jadi wanita disini?
Author: eng, saya bukan fujoshi, jadi saya tidak pernah bisa membayangkan kalau Seicchan pacaran dengan Tecchan yang cowok, rasanya... *terus langsung kebayang Akashi dan Kuroko adegan baru mau ciuman* ... ukh...
Akashi: tapi sebagai makhluk rendahan, kau masih punya nyali untuk membuat fanfiksi yang merendahkan moral kami...
Kise: Mou, Akashicchi~ ini kan hanya untuk bersenang-senang! Lagi pula tidak ada salahnya sekali-sekali begini...
Author: rasanya tidak sekali-sekali deh Ryoucchan... kan... ada banyak fanfiksi yang membuat Kuroko jadi wanita, dan... coba lihat *memasang wig ke Kuroko* hora, Tecchan cantik kan? Siapapun tidak bisa menolak gadis semanis Tecchan...
Kise: Kurokocchi kawaii-ssu! *memeluk*
Akashi: rupanya kau ada benarnya juga Author...
Midorima: lu-lumayan... nanodayo
Author: hehe, oh iya, bila ada yang bingung dengan fanfiksi ini... jadi menceritakan kisah setelah peperangan 1000 tahun lalu. Dan sejarahnya akan terkuak di chapter-chapter selanjutnya... mungkin sih... bila ada yang bertanya, "Lho? kok Momoi pake batu safir? bukannya safir itu warnanya biru tua?" jawabannya adalah... memang safir ada yang berwarna biru, tapi saya menggunakan safir merah muda yang terbentuk karena percampuran unsur. Saya baru mencari di wikipedia kemarin... alasan lain... karena saya tidak tahu batu permata berwarna merah muda. Bila ada pertanyaan yang diluar cerita saya akan menjawabnya di behind scene... hmm, daripada banyak bacot lagi... lebih baik saya undur diri dulu... terima kasih yang sudah menyempatkan diri untuk berkunjung ke fanfiksi amatir ini... saya undur diri dulu... sampai bertemu di chapter 2... *bow*
