DISCLAIMER :

Kuroshitsuji milik Yana Toboso

[Masih] Dunia Lain milik Trans7

[Masih Bukan Banget] Dunia Lain milik Alice Hitomu-chan

WARNING :

Typo (maybe?), OOC (kalau di fic saya udah tentu ooc), tidak memuaskan, gaje, waktunya malah dibikin sama, de el el. Don't like don't read. Abis baca wajib review. Enjoy~~ ;D

SUMMARY :

Sang author, Alice Hitomu-chan, menantang semua chara Kuroshitsuji untuk diuji nyalinya di acara [Masih Bukan Banget] Dunia Lain. Bagaimana nasib semua chara Kuroshitsuji akan ini!


The Beginning

-Indonesia, pukul 09.00. Bandara Soekarno Hatta-

Mentari berterik dengan sejuknya, semilir angin segar menerpa setiap insan manusia yang berada di luar ruangan. Kicauan burung pagi layaknya harmoni orkestra. Seorang gadis berambut coklat panjang terlihat sedang bolak-balik di parkiran Soekarno-Hatta. Oh, saya lupa...itu Alice, Sang Author dengan kata lain itu saya sendiri. Tiba-tiba beberapa orang memakai seragam hitam lengkap dengan nama perusahaan televisi nasional Indonesia, Trans7—datang menghampiri Alice. Dengan gembira, Alice menyambutnya layaknya tante-tante mau arisan. "Kyaa~ kalian udah datang! Ayo, kita berangkat sekarang!" girang Alice.

"Tapi, mbak—" belum seorang karyawan Trans7 melanjutkan kata-katanya, Alice memotongnya tanpa sopan santun. "Aah! Ayo kita langsung ke Inggris! AYO!".

.

.

.

.

Meanwhile... (wow, singkat banget)

.

.

.

.

-Inggris, pukul 09.00. Manor House-

Di hari yang sangat cerah, terlintaslah dua kupu-kupu malam *eeh?*. Maaf, maksud saya Ran Mao dan Lizzy berduaan di taman bunga. Lizzy, hanya gadis yang ceria sedang menikmati hamparan taman bunga sedangkan Ran Mao tidak. Ran Mao hanya memandangi bunga-bunga dengan tatapan aneh. Alis matanya saling bersentuhan, Lizzy yang menyadari keanehan tersebut langsung bertanya, "Ran Mao kenapa? Kok murung?". Ran Mao tidak menjawab, hanya menambahkan kerut disekitar matanya.

"Tidak...hanya saja aku merasakan kejadian yang buruk akan menanti."

Buruk? Pikir Lizzy "Kejadian apa?"

"Entahlah,"

Seketika bunga-bunga menggugurkan kelopaknya yang indah seirama dengan datangnya house maid manor house ini, Maylene. "Nona Elizabeth, Nona Ran Mao...ayo masuk kedalam". Hanya Lizzy yang menjawab dengan ceria sembari berlari-lari kecil, sedangkan Ran Mao hanya menggangguk kecil dan mengikuti Lizzy untuk masuk ke dalam Manor House.

Sementara itu...

.

.

.

Setelah sesi- sesi dramatis tadi kita beralih ke dalam ruangan penuh rasa mencekam. Dimana rasa cemas, takut, dan benci mencampur menjadi satu. *Music Effect: Shocking Thriller*

*JENGJENG! JENGJENG! JENGJENG!*

"Sebastian, kenapa kau sah-sah saja menerima tamu seperti itu, HAH!" teriak bocah berambut kelabu, Ciel Phantomhive.

"Maaf, Tuan Muda. Tapi-" belum saja sang butler menjawab, kata-katanya terpotong lagi oleh Tuan Mudanya.

"HARUSNYA KAU BUNUH SAJA ORANG ITU! 'DIA' ITU BERBAHAYA!"

"Tapi, dilihat dari penampilan dan cara ia berbicara—sepertinya tidak begitu, Tuan Muda." jawab sebastian, ngenes.

"IYA KALAU LIHAT DARI PENAMPILAN, TAU GA—" decakan lidah seseorang membuat perkataan Ciel terpotong.

"Ck ck ck. Ah, Ciel-kun, mengapa kau ribut sekali? Memang ada sesuatu antara kau dan 'dia'?"

"Dia—"kata-katanya terpotong. Ah, sepertinya sedang ada main-potong-bicara nih. Motongin bicara mulu.

TOK TOK TOK

Sontak Ciel, Lau, dan Sebastian kaget. Ciel memandangi pintu itu dengan perasaan cemas. Keringat dingin dan muka pucat sudah tergambar di muka Ciel saat ini.

Dengan terbata-bata, "M-masuk".

Pintu pun terbuka. Terlihatlah sosok kunti berkacamata—eh salah, Maylene, membawa tamu. "Maaf, mengganggu. Tuan muda, ada tamu yang ingin bertemu an—AAKKHHH!—KYAAA!". Maylene yang belum sempat menyelesaikan kata-katanya—sontak terdorong jatuh (sambil salto) dari di depan pintu sampai menabrak rak buku tebal didalam ruangan yang jaraknya 1 km, alhasil, menjatuhkan semua buku-buku tebal dan menabrak dan menutupi semua anggota tubuh Maylene. Sakit, pastinya. "Anjriiiiiiit" rintih Maylene.

Semua yang melihat Maylene tadi (Ciel, Sebastian dan Lau) langsung memandang pelaku insiden pendorongan Maylene (iye, pelakunya aja. Korbannya enggak). Semua terkejut melihat pemandangan tersebut, karena yang mereka lihat adalah seorang gadis sekitar berumur 14 tahun, tinggi 150cm, pake kacamata hitam dan—eh, kok jadi biodata-biodataan gini yak? *dilempar sagu*.

Tidak hanya itu, dibelakang gadis tersebut terdapat beberapa ekor manusia *?* memakai seragam hitam lengkap dengan label stasiun televisi nasional Indonesia, Trans7.

Ciel merasa adrenalinnya meningkat, darahnya mengalir sampai keujung ubun-ubun *?*, sampai merasa kepalanya sangat pusing dan jatuh terperosot ke tempat duduknya. "Dia datang" gumam Ciel dalam 'keterpurukkannya'. Dengan sigap, Sebastian menyuguhkan teh agar Ciel dapat tenang tapi Ciel tak menanggapi. Hanya menatap 'dia' dengan wajah pucat.

"Hai, semuanya. Met siaaaang~" sapanya. Sebastian langsung tak percaya akan perkataan tuan mudanya yang mengatakan 'semena-mena' pada gadis ini. Tapi, siapa gadis ini ya!

Sang gadis langsung menuju tempat Ciel berada (masih dalam keadaan 'terpuruk') lalu menyapanya dengan senyuman sinis "Hai Ciel. Ayo kita mulai acaranya. Hi hi hi".

.

.

.

OPENING OST

IWAK PEYEK!~IWAK PEYEK!~~ IWAK PEYEK NASI JAGUNG!~

IWAK PEYEK!~ IWAK PEYEK!~ AUTHOR LABIL MAU PANTUUUN!~

Ah, ga jadi ah... *hah?*

Lho, kok jadi lagu dangdut yak? Bah, lupain aja dah.

Sebastian menuangkan beberapa cangkir teh yang barusan dibeli di toko plastik kemaren. Kenapa gak pake yang berkualitas? Kenapa gak pake yang dari impor? Kenapa tehnya pake susu? *iklan susu jadul* Oke, ngaco. Jadi keinget iklan susu bendera jaman dulu. Ahahaha, soalnya pemain iklannya mirip saya waktu kecil. Haah, jaman sudah berlalu... Lho? Kok malah curcol?

Oke, balik ke soal teh tadi.

Setelah Sebastian menuangkan teh ke beberapa cangkir ke semua tamu, ia pun kembali di belakang tuan mudanya, Ciel.

"Nah, maksud kedatangan kalian kemari apa?" tanya Ciel membuka pembicaraan.

"Yup! Maksud kedatangan kami kemari adalah untuk menantangmu, Ciel Phantomhive!" jawab author dengan nada menantang.

"Heh? Menantang? Jadi maksudmu hanya untuk menantangku?" jawab Ciel dengan nada sinis.

"Ha! Yup! Benar sekali, bocah!"

"Ap—"

"Aku akan menantangmu di dalam permainanku, Ciel."

"Permainan? Aku tak akan kalah dalam permainan"

"Yang bener? Waktu itu aja kamu kalah 5 kali dalam permainan bola bekel"

"Iy—WHAT! Bekel? Ampyyuun, itu permainan anak cewek kalee. Ga level! IEW EWW EEEEEEEWWWW!" hina Ciel dengan nada anak gaul en alay berat.

"Ngaku aja, deh, lo' kan mantan 'cuchok-gimana-gitu'" hina Licia sambil memperagakan gaya 'cuchok'. Yuk yak? Yuuuk~.

"SEBASTIAN! THIS IS AN ORDER! KILL—UBH!" mulutnya terkunci seakan ada tangan yang menutupi mulutnya. Oh, emang mulutnya ditutup. Tapi tangan siapa nih ya?

Ciel dibekap dengan obat bius membuat Ciel pingsan sementara.

Selagi Ciel pingsan, ada 'rencana' yang tak pernah Ciel pikirkan selama ini.

Dan 'rencana' itu adalah...

TO BE CONTINUED


Author Note's:

Hello, halo semua~ apa kabare! Semoga kalian gak mersa terganggu atas fic saya yang ini. Merasa penasaran? Gundah? Galau? Ingin buang sampah? Ingin nyumbang beras?

Bisa kok. Tumpahkan aja di bawah yang pake kotak biru.

Tapi lebih berharga jika anda semua menumpahkan review disini.

Yosh!~ sekian lama writerblock ria dan hikikomori, akhirnya kepublish juga cerita ini. Maaf kalau jadi TBC.

Oiya, buat kalian yang merasa dalem hatinya bilang "BAH! NIH AUTHOR BEGO BANGET! UDAH FICNYA INI JELEK! 2 FIC TERLANTAR ITU GAK DILANJUTIN PULA!". Oke, oke. Maaf banget ya... lagi masih dalam proses.

Masih ingat fb saya? Silahkan di add. Tapi, tolong beritahu juga nama fb kalian di pm atau di review. Emang sih, rasanya gak guna nge-add fb saya. Tapi! Sebagai gantinya saya bisa kasih sedikit spoiler di fic saya yang baru atau multichap!

EITS! Aku juga tahu apa yang kalian bilang saat baca ini! Pasti "promosi aja", "KURANG KERJAAN" dan lain-lain.

Btw, buat yang lulus, SELAMAT YA!~

Buat yang lagi ujian kenaikan kelas, SELAMAT BERJUANG KAWAN!~

Saya juga lagi ujian kenaikan kelas, kok. SEMOGA NAIK KELAS! HELL YEA.

Review? Monggo aja, sekarang aja langsung. Fave? Boleh kok *unyuface*. Flame? Boleh, yang sopan ya? *maksa*plak*duagh*.

Makasih udah mau membaca!~

-the one to be depressed of writer block-