Title: Love & Truth
Author: Akihito Kouyoshima ft. BlacKaitani_Rosary
Disclaimer: PSco (ex. Miyavi), under code, but OC, story and setting is mine and BlacKaitani_Rosary
Warning: OOC, Shonen-ai
Chapter: 1 -Like a Hot Chocolate-
Pairing: Ryouga x Reno (ViViD)
Just for fun, don't be mad~ Just a fiction not the reality~
~O*~O*~O*~O*~
Seorang pemuda jangkung berambut cokelat keemasan tengah duduk diam memandangi jendela kelasnya. Tatapannya tertuju pada sesosok pemuda yang sedang berlari di bawah siraman matahari sore. Namanya Ryouga, salah satu bintang klub Atletik bidang lari.
Reno -pemuda berambut keemasan- masih tetap duduk di sana, di bangku kelasnya. Ia masih enggan untuk beranjak dari tempat itu. Reno tersenyum kecil saat Ryouga dimarahi oleh salah seorang senior. Dan sesekali mengehela nafas waktu Ryouga memperburuk rekor larinya.
"Lho, Reno-san? Kenapa masih di sini?" Tanya sebuah suara yang membuat Reno terlonjak kaget.
"H, Hizaki-sensei. Ah, saya... sedang tidak ingin pulang dulu." Jawab Reno gelagapan.
Hizaki, guru berparas cantik dengan dandanan ala perempuan mendekati Reno dengan pandangan menyelidik. Hizaki memang guru yang tegas namun lembut. Ia adalah wali kelas Reno dan Ryouga. Yup, Reno dan Ryouga berada di kelas yang sama.
"Benarkah? Apa orangtua-mu tidak khawatir?"
"Saya tidak tinggal dengan orangtua. Orangtua saya ada di desa ^^a" ucap Reno ringan.
"Ah, begitukah? Lalu siapa yang akan datang mengambil rapotmu?" tanya Hizaki.
"Saya sensei ^^a" jawab Reno seadanya.
"Baiklah tidak masalah. Kau siswa yang rajin lagipula nilamu juga tidak ada yang jelek. Kurasa orangtuamu tidak perlu mengkhawatirkanmu." Komentar Hizaki.
"Ahaha begitulah."
"Jadi, apa alasan SEBENARNYA kau tidak pulang Reno-san? ^^" tanya Hizaki dengan penuh penekanan.
'glek'
"E, etto.. sebenarnya... Ada seseorang yang saya sukai.. dan.. err.. saya sedang memerhatikannya." Akhirnya Reno mengatakan yang sesungguhnya.
"Kuhahaha! Kenapa tidak bilang sejak tadi sih? Aku hanya ingin tahu soal siswaku saja. Kau bebas bercerita padaku Reno-san~ Jadi, memangnya siapa dia?" Tanya Hizaki sambil tertawa ringan.
Ia segera mengambil tempat di depan bangku Reno membuat pemuda itu terpaksa melayani obrolan yang membuatnya membuka kartunya sendiri.
Reno bercerita banyak hal. Ia menyukai Ryouga sejak kelas satu SMA. Itu terjadi ketika Reno yang ceroboh menjatuhkan buku-buku perpustakaan dan membuat gaduh seisi ruangan. Dan saat itu Ryouga datang membantu Reno dan membuat pemuda itu lepas dari semprot amarah Mana-sensei yah, meski Mana-sensei tidak pernah bicara, tapi tatapannya sungguh mengintimidasi.
"S, saya menjijikan ya?" ucap Reno lirih.
.
.
'puk'
Dengan lembut wali kelas cantik itu menepuk pelan kepala Reno dan menggeleng tanda tidak setuju dengan apa yang Reno katakan tadi.
"Kenapa menjijikan? Cinta tidak ada yang menjijikan. Aku juga berpacaran dengan guru di sini lho. Dan dia juga laki-laki." Aku Hizaki sambil mengedipkan sebelah matanya.
"EEEH? H, HONTOU NI? Siapa?" Tanya Reno tidak percaya.
"Kau tahu Kamijo-sensei?"
"NANI? G, guru musik itu? Yang narsis itu?"
"E, eng.. yah dia memang narsis minta ampun... Tapi dengan sedikit perhatian kecil darinya aku jatuh hati padanya ^_^v" ucap Hizaki sambil tersenyum lembut.
"Perhatian.. Kecil..." ulang Reno sambil berpikir.
"Ya! Cobalah dengan perhatian kecil. Mulai menyapanya, atau membantunya jika ia kesulitan, apapun itu!" jelas Hizaki bangga.
"Atau..." sambung Hizaki.
"Atau apa?"
"Atau jadilah 'penggemar rahasia' kalau kau masih malu. Berikan hadiah-hadiah kecil. Urusan diterima atau tidak itu nanti saja. Berusahalah dulu." Saran Hizaki.
"Terima kasih Hizaki-sensei!" balas Reno semangat.
"Yup! Sama-sama ^^ semoga berhasil Reno-san~"
Setelah pembicaraan itu berakhir Reno bergegas membereskan barang-barangnya dan pulang ke rumah. Dalam hati ia tengah berpikir apa yang akan dia berikan besok pada Ryouga.
.
.
.
-Tomorrow-
.
.
.
Ryouga baru saja memasuki gerbang sekolah namun sudah disambut banyak sekali ucapan 'selamat pagi' dari orang yang dikenalnya maupun tidak dikenalnya. Ryouga memang cukup populer jadi tidak heran jika ia banyak disukai siswa. Selain supel, ia juga cukup berbakat dalam bidang olahraga.
Ryouga memasuki gedung sekolahnya dan mulai membuka lokernya. Gerakannya terhenti saat matanya menemukan sebuah benda putih yang asing di dalam lokernya.
'surat?' batinnya.
Ia mengambil kertas putih berbungkus amplop itu. setelah memakai sepatu sekolah, ia beranjak pergi menuju kelasnya.
.
.
.
-class-
.
.
.
Kelas sudah cukup ramai dengan beberapa siswa dan siswi asyik bercengkrama dan bahkan pacaran. Tapi sebenarnya pemandangan seorang siswa merangkul pinggang siswa lainnya dengan mesra sudah bukan hal yang luar biasa lagi.
Reno, pemuda itu duduk dengan tegang saat Ryouga masuk dengan membawa amplop miliknya. Ia pura-pura membetulkan kacamatanya dan menulis di atas buku 'khususnya'. Buku yang berisi kumpulan puisi buatannya.
"Wah, dapat darimana?" tanya Nao pada Ryouga.
"Loker. Tidak ada nama pengirimnya."
"Surat cinta kali." Timpal Ko-ki.
"Bisa jadi. Aku buka dulu deh." Saran Ryouga pada dirinya sendiri.
Isi surat itu adalah sebuah puisi yang manis tapi tidak berlebihan. Puisi yang seperti coklat panas. Menghangatkan hati dan manis. Ketiga pemuda itu membaca semua kata-kata yang ditulis Reno. Mereka terpana. Sungguh isi puisi itu sangat manis.
"Hei, siapapun yang menulis puisi ini ia benar-benar seorang penulis yang sangat hebat!" puji Ko-ki.
"Ya! Aku setuju. Kata-katanya manis sekali!~ ^^ kau beruntung Ryo!" timpal Nao
"Tapi bagaimana jika yang mengirim laki-laki?" komentar Ko-ki.
.
.
'deg'
Mendengarnya Reno segera memasang telinga untuk mendengar jawaban Ryouga. Ia sangat takut, takut bila Ryouga membenci siapa pengirim surat itu bila ia tahu bahwa si pengirim adalah seorang LAKI-LAKI.
"Yah, aku akan berterima kasih padanya atas puisi ini. dan kalau boleh aku ingin mendapatkannya lagi." Jawab Ryouga sambil tersenyum lembut.
"….." Reno terdiam mendengar jawaban Ryouga.
"Meski ia lelaki?" tanya Ko-ki.
"Ya gitu deh..." Jawab Ryouga mengangkat bahu membuat Reno sedikit merunduk sedih.
Namun Reno tidak menyerah begitu saja. Sejak kejadian itu, tiap minggu Ryouga akan menemukan sepucuk surat berisi puisi. Entah itu puisi ceria, puisi yang manis, puisi yang romantis, ada juga ketika Ryouga sedih puisi yang diterimanya menghantarkan kata-kata penyemangat.
Ryouga heran, bagaimana orang ini tahu apa mood-nya hari itu. Maka suatu hari ia memutuskan untuk datang pagi-pagi sekali untuk melihat siapa pelaku manis yang memberinya puisi itu.
~O*~O*~O*~O*~
Hari Senin pun datang. Seperti rencana, Ryouga datang sangat pagi. Sekolah mulai pukul 8 tapi ia sudah datang di sekolah pukul 7. Tepat saat Ryouga bersembunyi di balik loker-loker siswa, datanglah sosok itu. sosok teman sekelas Ryouga. Reno yang berseragam rapi dan berkacamata kotak seperti biasanya. Hari ini ia memakai piercing-nya. Ryouga baru tahu kalau Reno menindik bibir dan telinganya.
Reno menoleh kesana kemari. Memastikan semuanya aman dan tidak ada yang melihat. Kali ini ia membawa sebuah bunga dan surat itu. Dan kali ini juga ia membawa dua buah amplop. Satu berwarna putih seperti biasa dan satu lagi berwarna cokelat tua sewarna dengan kayu pohon. Reno membuka loker itu dan menaruh tiga barang itu ke dalamnya. Pemuda itu mengatupkan kedua tanganya seolah berdoa dan tersenyum lembut sambil meninggalkan loker itu menuju lokernya sendiri.
Setelah memastikan Reno pergi, Ryouga berlagak baru datang. Ia membuka loker itu dan mengambil ketiga barang tadi. Ia berlari kecil menuju kelas dan mendapati kelas berlabel 2-3 itu kosong tidak ada yang menghuni. Kecuali.. Seorang pemuda cantik yang serius dengan buku 'khusus'-nya.
"Reno." Panggil Ryouga membuat Reno tersentak kaget dan takut saat melihat Ryouga membawa surat-surat dan bunga itu.
"A, ada apa Ryou-kun?" balas Reno mencoba bersikap se-normal mungkin.
"Apa kau tahu, kira-kira siapa yang memeberikan ini semua padaku?" tanya Ryouga pura-pura tidak tahu.
"Entahlah… Aku tidak tahu.. Memangnya kenapa?"
"Setiap minggu selama dua bulan ini aku terus dikirimi surat berisi puisi."
"Puisi?"
"Ya puisi. Kadang bahasanya manis, kadang romantis, kadang juga bersemangat.." Jelas Ryouga sambil memainkan surat di tangannya.
"Lalu, apa kau merasa… Terganggu?" tanya Reno takut-takut.
"Hm, tidak. Tapi penasaran. Dan … sepertinya tadi aku melihat sosok yang menaruh ini di lokerku." Jawab Ryouga dengan nada kecurigaan yang dibuat-buat.
"E, eh? Benarkah?"
"Ya. Hei, ini bunga apa?" tanya Ryouga menunjukkan sebuket kecil bunga tadi.
"Itu bunga Akasia.. Wow, cantik sekali.."
"Ya, kireii (cantik)… Apa ada artinya?"
"Bunga selalu memiliki arti Ryou-kun ^^" jelas Reno.
"Jelaskan arti bunga ini, Reno." Pinta Ryouga.
Keadaan mendadak menjadi canggung dan sepi. Reno yang tahu arti bunga itu tak berani membuka mulut. Dalam hati ia merutuki kebodohannya sendiri yang tidak memperhatikan sekitarnya. Ia tidak sadar bahwa Ryouga ada di sana mengawasi lokernya, mencari tahu siapa penggemar rahasianya itu.
"Reno, jawab aku." Paksa Ryouga sambil meraih dagu Reno membuat pemuda itu terpaksa bertatapan langsung dengan mata hazel Ryouga.
"C, cinta. Cinta yang terpendam Ryou-kun. Penggemar rahasiamu memendam cinta yang dalam padamu…." Jawab Reno merona.
"Reno. Aku tahu lho siapa yang memberikan bunga itu. dan… Aku sudah membaca surat ini" ucap Ryou sambil menunjukkan surat beramplop cokelat.
"O, oh ya?"
"Mau kubacakan?" tantang Ryouga melepas tangannya dari dagu Reno.
"Bukan urusanku." Kilah Reno membuang muka.
"Dear Ryouga.
Aku telah mengagumimu selama setahun. Dan aku bersyukur aku dapat mengenalmu. Aku harap kau sadar aku ada di sini. Aku hanya ingin mengucapkan beberapa kalimat. Jangan menyerah Ryou-kun. Aku yakin kau akan menang diperlombaan atletik nanti. Dan aku ingin menyatakan bahwa aku menyukaimu." Ryouga mengakhiri kata-katanya.
Wajah Reno sudah benar-benar memerah bagai kepiting rebus saat Ryouga membacakan surat itu. Ryouga menarik sudut bibirnya hingga membentuk sebuah senyuman. Ia berlutut di sisi Reno membuat pemuda itu lagi-lagi bertemu wajah dengannya. Ia menarik tubuh Reno hingga jatuh menimpa dirinya.
"R, Ryou-kun?" Tanya Reno kaget.
"Aku mencintaimu Reno. Aku tahu kau yang memberiku semua ini. Aku tahu kaulah yang selalu memperhatikanku saat ekskul. Dan aku tahu kalau aku sudah jatuh hati denganmu sejak setahun yang lalu." Aku Ryouga sambil membenamkan kepalanya di bahu Reno.
"A, aku yang seharusnya berkata begitu… Aku menyukai Ryou-kun sejak Ryou-kun menolongku membereskan buku di perpustakaan. Aku suka saat Ryou-kun tersenyum… Dan aku sangat suka saat Ryou-kun mengajakku bicara. Aku sangat senang.." kata Reno lirih sambil menangis pelan.
"Kenapa menangis Reno?.."
"Aku bahagia. Hanya itu…"
"Hm… M, maukah kau menjadi kekasihku?" tanya Ryouga malu-malu. Reno memeluk Ryouga seerat mungkin.
"YA! Aku mau!"
Setelah mengucapkan kata-kata perjanjian, mereka menautkan bibir mereka bersama…
~End~
Next Story: "My Lovely Idol!"
Pair: Aoi-Uruha
