Hanya fanfiction MayuAka berisi tentang drable-drable kemanjaan Akashi terhadap Mayuzumi.
…
Warn: OOC, Typo, no EYD, dan kekurangan lainnya.
Kurobas belongs to Tadatoshi Fujimaki Sensei
SPOILED by Zokashime
Chap 1 : Flu
.
.
.
Menikmati waktu di sore hari beralaskan busa beton, nuansa tenang dan damai yang begitu mendukung. Berbaring di sana dengan beratus kertas tercurah tulisan yang menjadikan netra Mayuzumi Chihiro focus ditelannya.
Angin bersemilir kecil mencoba mengganggu, mengibas helaian rambut dan kertasnya sehingga menciptakan bunyi. Hari libur merupakan kata lumrah, tapi nyatanya semua orang menyukai kata hari yang dibelakangnya terdapat embel-embel libur tersebut.
Mayuzumi menjadi salah satu yang termasuk menyukai hari itu. Yeah, dia bebas dari beban peraturan kampus yang menuntutnya untuk selalu mengerjakan tugas, padahal ia tak tahu itu akan berguna atau malah percuma di masa depan.
Suara tas yang diseret bergesekan dengan lantai beton terngiang dan bergoyang di dalam otaknya. Ia terlalu mengimajinasikan cerita yang ia baca. Terlalu mendalami apa yang karakter perbuat.
Dan ia tersadar saat tubuhnya bereaksi, merasa ditimpa dengan massa yang lumayan berat. "Akashi." Nada kaget atau bertanya, entahlah yang mana. Hanya ekspresi yang monoton.
Akashi berbaring sepenuhnya di atas tubuh Mayuzumi. Menyingkirkan LN yang mengganjal wajahnya. "Chihiro, sepertinya aku sakit," ucapnya setengah berbisik karena lemas. "Hachih!"
Mayuzumi diam membeku, bukan karena angin sore yang menyerang balkonnya, tapi karena ia baru tahu kalau Akashinya yang selalu menjaga kesehatan, makan dengan asupan yang bergizi, pintar membagi waktu antara urusan ekstra dan intra, ternyata bisa sakit seperti yang ia saksikan sore ini.
"Hachih!"
"Akashi, kau terserang flu?" tanyanya, menempelkan punggung tangan di kening kekasihnya yang tak disangka akan datang berkunjung. "Tubuhmu panas."
"Iya, ada virus influenza di dalam tubuhk–hachih! Dia seenaknya –hachih! menyerangku begitu saja, kau tahu harus kuapakan dia?"
"Aku yang seharusnya bertanya seperti itu." Ia mencoba bangun dari tindihan Akashi yang sudah mati lemas. Membiarkan mahluk merah itu memeluknya. "Harus kuapakan kau sekarang, hh?"
"Hachih!"
"Kau datang dari Kyoto ke Tokyo dengan keadaan sakit seperti ini, bodoh atau dungu?"
"Kau yang dungu, Chihiro. Sudah kubilang aku mau bertemu. Mengandalkan dirimu yang datang duluan ke Kyoto itu harus menunggu kiamat dul –hachih!" tuturnya sarkas.
"Sudah kubilang minggu depan, akhir ini aku sibuk."
"Ya, sibuk membaca novel."
"Bisa berjalan sendiri tidak?" Mayuzumi mengganti topic, tak meladeni adu mulut Akashi.
30 detik berlalu, tapi tak ada kata yang keluar dari mulut yang selalu bersin itu, malah yang ada Akashi mengalungkan tangan di lehernya. Mayuzumi menatap udara kosong di depan, tak bertanya lebih lanjut, ia berdiri dengan susah payah dan menggendong Akashi untuk dibawa masuk. Meninggalkan tas Akashi dan novelnya yang tergeletak menyedihkan di lantai balkon.
Akashi berat, ia merasakannya. Ingin berkomentar, tapi niat itu ia urungkan. Membawa tuan mudanya ke kamar berukuran kecil yang ia punya. Membaringkannya di sana, lalu menyelimuti tubuh yang sudah menggigil.
Terlintas rasa tidak tega di benakknya, ada cairan yang keluar dari pinggiran mata Akashi yang tertutup. Dia bersin-bersin, tubuhnya panas, dan mengigil.
Yang Mayuzumi tahu, Akashi adalah orang yang selalu membuat ia mencari kata-kata untuk membalas setiap ucapan sarkas yang dilontarkannya.
Ia melangkah keluar, mendatangi dapurnya yang minimalis. Menyiapkan air hangat, dan makanan. Kebetulan, sebelum ia mebaca novel di balkonnya, ia memasak sayuran hijau terlebih dahulu, jaga-jaga siapa tahu ia lapar. Dan ternyata ini bermanfaat.
"Akashi bangun, makanlah dulu," ucapnya setelah berada di kamar. Duduk di pinggir ranjang, mencoba membangunkan sang kekasih.
"Hachih!"
"Kau ini, bersinnya ditutup dengan tisu. Ingusmu ke mana-mana." Mengelap cairan bening Akashi yang terjatuh ke tangannya.
"Hachih!"
Meminumkan air hangat, dan menyuapi Akashi. Mayuzumi terus memaksa walau Akashi tidak mau makan. Walau Akashi menolaknya mentah-mentah.
"Sudah, Chihiro! Itu tidak enak, tidak ada rasanya!"
"Itu karena kau sedang sakit. Makan saja, jangan membuat perutmu kosong." Mayuzumi menyodorkan sesendok nasi lagi ke hadapan Akashi.
"Tidak mau, jangan memerintahku!"
"Makanlah, ini tidak kuracuni."
"Tidak –hachih!"
"Tsk! Akashi. Tidak usah manja."
"Aku tidak manja, memangnya aku anak kecil!"
"Kalau kau bukan anak kecil makan ini." Mayuzumi masih belum menyerah menyodorkan sendok itu terus-terusan.
"Kau saja yang makan –hachih!"
"AKASHI!"
Akashi membuka mulut dan perlahan menyantapnya. Baru kali ini ia melihat sisi lain seorang Mayuzumi Chihiro, membentaknya dengan suara keras. Setelahnya, ia tak melawan saat mahluk abu-abu itu menyuapinya lagi sampai nasi di mangkuk habis.
"Istirahatlah." Mayuzumi menyelimuti Akashi setelah selesai makan.
"Kau mau ke mana?"
"Aku mau keluar membeli buah."
Dan Akashi hanya melihat punggung Mayuzumi yang perlahan menjauh dan hilang di balik pintu.
.
.
Akashi membuka netranya perlahan, dan pertama yang ia lihat adalah dada bidang seseorang yang terekspose. Mayuzumi tanpa baju memeluknya sepanjang tidur sembari membaca novel. "Chihiro?"
"Hem, kau sudah bangun."
"Kenapa kau tidur tak pakai baju?" tanyanya. Matanya menjelajah dan menemukan jam dinding yang sudah mnenunjukan pukul 10.05 pm.
"Badanmu sangat panas tadi, jadi aku kegerahan." Mengecek suhu tubuh Akashi. "Tapi sekarang sudah turun. Mau kuambilkan jeruk?"
"Oh. Perasaan kau tak memberiku obat."
"Jangan terlalu sering menegak obat setiap saat. Jika hanya flu, kau cukup istirahat, banyak minum air putih, makan buah bervitamin C, dan jangan membuat perutmu kosong. Kurasa kau sudah tahu itu."
"Chihiro, sejak kapan kau pintar."
"Tsk!"
Cup! Akashi menciumnya di bibir –hachih!
Mayuzumi speechless.
.
.
.
Nantikan drable selanjutnta. Woshhhhh!
