Naruto © Masashi Kishimoto

Tsutaete Hoshii © Hikari UchiHAruno Sasusaku

(Aku ingin kau menyampaikannya padaku)

SasuSaku

Semi Canon

Warning : Rate M

.

Sebuah imajinasi saya tentang kekosongan timeline Naruto setelah novel Sasuke Shinden

Don't Like Don't Read

Enjoy

Seekor elang utusan turun menuju ke depan Uchiha Sasuke, yang sedang berjalan di tepi pantai.

"… Kakashi?"

Sasuke menunduk dan mengeluarkan surat dari burung elang tersebut, yang berisi laporan tentang urusan baru-baru ini, yang berhasil ia selesaikan dengan baik. Kemudian ia menyadari bahwa ada lembaran lain yang ikut dalam surat itu. Tulisannya jelek dan berantakan.

"Tulisan yang jelek ini pasti Naruto,"

Di dalam surat pendek itu tertulis.

Aku berbicara dengan Sakura-chan. Tentangmu…

Katanya kau seperti kesatuan polisi militer!

Matanya sedikit terbelalak ketika membacanya tanpa ia sadari. Kesatuan Polisi Militer, sebuah organisasi yang dulunya didirikan oleh Hokage kedua, yang khusus menjadikan anggota klan Uchiha sebagai polisi. Karena menurutnya dengan kemampuan sharingan klan Uchiha, semua kejahatan pasti akan terbongkar. Itulah sebab Tobirama mempercayakan hal tersebut pada klan Uchiha yang menerimanya dengan baik. Dan selain itu sebenarnya untuk mengantisipasi kudeta klan Uchiha. Itulah kenapa awalnya tempat tinggal klan Uchiha dipindah ke pinggiran desa Konoha.

"Kesatuan polisi militer, ya," ia bergumam. Sasuke tersenyum tipis. Sekelebat bayangan tentang Itachi dan dirinya waktu kecil terlintas. Waktu itu ia berjalan-jalan dengan Itachi melewati Kantor kepolisian di Konoha.

"Kakak juga akan masuk kesini?" tanya Sasuke kecil yang saat itu digendong—tepatnya duduk di pundak Itachi sambil menunjuk ke arah kantor.

"Nah… Siapa tahu?" ujar kakaknya. Sasuke melihat kantor itu dengan penuh minat.

"Lakukanlah, Kakak. Karena ketika aku dewasa… aku akan masuk kepolisian militer juga!" ucap Sasuke kecil dengan riang.

Kenangan itu mau tidak mau membawa sakit yang samar, tapi senyum masih terpatri di bibir satu-satunya Uchiha yang tersisa itu. Terdiam sejenak dan berpikir. Sasuke kemudian memandang ke arah langit. Angin sore yang berhembus menggoyangkan rambut hitam legamnya.

"Rasanya sudah lama sekali. Konoha… Kesanalah aku akan pulang,"

Sasuke melangkahkan kakinya ketika ia melihat sosok yang dikenalnya ada di tempat biasa. Saat itu menjelang tengah malam. Dan orang yang kini dianggapnya saudara itu masih ada di kedai langganannya, Ichiraku Ramen. Tepat di saat Sasuke akan mendekat, Naruto rupanya selesai membayar tagihan dan berbalik keluar dari kedai. Mata birunya membulat dan bibirnya kemudian menyunggingkan senyum khasnya.

"Yo, Sasuke!"

Dan berikutnya kedua sahabat itu berjalan di jalanan Konoha yang sepi, mengobrol tentang banyak hal. Sasuke awalnya berbicara tentang situasi di luar desa kepada Naruto. Selain daripada itu, hanya obrolan biasa. Tepatnya, Sasuke hanya menimpali dan sesekali menjawab dengan singkat pertanyaan Naruto selain daripada misi.

"Sasuke. Kau sudah menemui Sakura-chan?" tanya Naruto. Mereka masih terus menyusuri jalanan Konoha. Tidak ada jawaban. "Ia pasti akan senang melihat kedatanganmu," lanjut Naruto sambil tersenyum tulus. Ia tahu betul tentang penantian Sakura selama ini hanya untuk Sasuke.

"Aa," tanggapan singkat dari bibir Sasuke membuat Naruto yang kedua tangannya dilipat di belakang kepalanya meliriknya sebal.

"Kau belum lupa jalan rumahnya Sakura, kan?" tanya Naruto lagi. Ia berhenti berjalan dan menoleh kepada Sasuke yang kini menghentikan langkahnya. Mereka sampai di persimpangan jalan. Sasuke mendengus pelan.

"Baiklah, sebaiknya aku pulang. Hinata-chan pasti sudah menunggu di rumah," ucapnya lagi. Di antara semua ninja di angkatannya, memang hanya Naruto lah yang sudah menikah. Ia menepuk bahu Sasuke pelan dan berbisik usil,"Sasuke, semoga malammu panas,"

"Oi—" dan rupanya itu sedikit bereaksi pada Sasuke. Naruto nyengir dan kemudian tertawa mendengarnya.

"Sampai jumpa, Sasuke!" dan dia menghilang meninggalkan Sasuke yang mematung di persimpangan jalan. 'Dasar bodoh'

Sakura sedang memandangi foto team 7-nya yang lama malam itu. Hanya itu foto yang ia punya. Foto yang diambil ketika masih genin—ngomong-ngomong sampai sekarang Sasuke dan Naruto masih genin, hanya ia yang Jounin dari team 7. Sakura tertawa kecil oleh pikirannya barusan. Ia menghela nafas kemudian memandangi salah satu pria di foto itu, pria berambut hitam legam yang kini masih meninggalkannya untuk sebuah perjalanan yang ia sebut penebusan dosa, melihat dari luar kehidupan shinobi yang ada, dan melindungi desa dari luar dengan kekuatan yang ia punya.

Ya, Sakura memang selalu men-support Sasuke apabila memang itu hal yang baik. Sakura juga merasa bahwa pria itu akan kembali seperti yang ia janjikan, namun tak dapat dipungkiri bahwa ia sangat menginginkan lelaki itu segera datang menemuinya. Sudah 2 setengah tahun terakhir sejak Sasuke pergi, dan beberapa bulan semenjak Sakura melihat sekelebat bayangan Sasuke yang kemudian menghilang setelah pertarungan gadis itu bersama Kido* tanpa repot-repot mengatakan Hallo, ia harus berpuas diri dengan kabar yang diberikan Sasuke yang tentu itupun melalui Naruto ataupun Kakashi.

Kali ini saja, kali ini biarkan Sakura merasakan Sasuke ada secara nyata. Ia sangat merindukan pria itu. Ia merasa sendirian sekarang. Karena semua sudah berbeda. Shinobi angkatannya sudah punya kehidupan masing-masing, kesibukan masing-masing. Bahkan Naruto, sahabatnya sendiri sudah menikah, mempunyai orang yang sangat berarti di kehidupannya. Kemudian Ino, Shikamaru, Chouji, bahkan Kiba sekalipun sudah mempunyai pasangan mereka masing-masing. Mau tidak mau ia hanya pasrah ketika teman-temannya itu memilih untuk bersama pasangannya ketika sedang libur tugas. Dan Sakura hanya mampu berpuas diri dengan mengalihkan perhatiannya menghabiskan waktu di rumah sakit sebagai ninja medis sekaligus direktur Klinik Perawatan Kesehatan Mental Anak-Anak, yang menangani pemulihan mental anak-anak itu pasca perang. Tapi tetap saja, meskipun ia berusaha membunuh waktunya agar tidak terlalu memikirkan Sasuke, di waktu seperti ini, di akhir hari ia akan teringat dan menjadi sangat merindukan Sasuke.

Air mata yang sedari tadi menggenang kini meleleh dari kedua matanya, dan akhirnya jatuh tepat di atas foto wajah pria yang sedang dipikirkannya.

"Sasuke-kun," dan isakan kecil tedengar di kamar Haruno Sakura, mengusik sepinya dini hari ini.

.

.

.

DUK

Suara sesuatu yang mendarat di balkon kamarnya membuat Sakura menoleh. Bayangan seseorang dari balkon kamarnya terlihat menutupi cahaya rembulan yang sebelumnya adalah cahaya utama di kamar itu. Cahaya yang sebelumnya menembus korden tipis di pintu kaca geser itu kini terhalang. Memang hari sudah larut dan Sakura memang sudah berencana untuk tidur telah mematikan lampunya—sebelum ia kembali teringat oleh seorang pria tentunya. Sakura menajamkan pandangannya.

Sakura tersentak memikirkan bahwa kemungkinan besar bayangan yang ada di balkonnya itu adalah pria yang sedang dipikirkannya. Meletakkan figura foto ke atas meja, dengan tergesa ia menggeser pintu kamarnya dan akhirnya mendapati sesosok pria sedang berdiri disana. Ya, Uchiha Sasuke memang berada disana. Sakura terpaku untuk beberapa saat. Angin malam yang dingin berhembus di antara mereka, menerbangkan helaian merah muda dan hitam itu seirama. Mata mereka saling berpandangan.

"Sa-Sasuke-kun," Sakura memberanikan diri melangkah lebih dekat, mempersempit jarak diantara mereka menjadi dua langkah. Ia mendongak, mengamati dan meneliti lebih lanjut apakah benar sosok di depannya adalah pria yang ia tunggu, bukan Sasuke palsu seperti waktu kejadian Kido itu. Sentakan lembut terasa di hatinya ketika ia menyadari bahwa benar sosok Sasuke telah ada di hadapannya.

.

.

"Tadaima, Sakura," suara pria itu memecang keheningan yang tercipta.

Air mata tanpa sadar mengalir lagi dari kedua bola mata Sakura. Ia melangkah dan memeluk erat pria di depannya, menyembunyikan wajah dan isakannya di bahu lelaki itu, menyesap aroma yang begitu ia rindukan.

"Okaeri, Sasuke-kun, Okaerinasai." Ujarnya lirih.

Tangan Sasuke yang masih utuh terulur untuk menyambut pelukan Sakura, merengkuh tubuh gadis itu lebih dekat, lebih erat.

Sakura tengah memandangi Sasuke yang kini duduk di tepian ranjangnya, mereka saling berhadapan meskipun Sakura kini menunduk mendadak bingung dengan apa yang akan ia tanyakan, dan apa yang akan ia lakukan. Rasanya masih belum percaya lelaki itu akan datang kemari disaat ia juga memikirkan kapan lelaki itu datang. Meskipun bingung, rasa bahagia tentu sangat terasa sekali.

"Sasuke-kun, apa kau ingin minum?" tanyanya memecah kesunyian. Ia memandang Sasuke yang rupanya sedang memandanginya dalam-dalam. Tak ada jawaban membuat Sakura semakin kikuk saja.

"Baiklah, tunggu sebentar aku ambilkan," tanpa menunggu jawaban lagi, Sakura berniat beranjak dan mengambil minuman, ia merasa tangannya dipegang oleh tangan Sasuke, menahannya pergi.

"Tidak perlu," ucap Sasuke. Sakura hanya merengut sebentar dan mendudukan dirinya kembali di semping Sasuke. Ia memandang wajah prianya itu sekali lagi.

"Sasuke-kun… Terimakasih sudah mau pulang. Naruto bilang ia telah mengirim pesan padamu untuk kembali. Aku mengira kau akan mengulur waktu sedikit lama lagi, tapi ternyata tidak. Aku merasa senang" –Sakura merona—" Ngomong-ngomong apakah kau sudah menemui Naruto?"

"Hn," jawab Sasuke singkat.

Keheningan dan kekakuan kembali tercipta di antara mereka, sebetulnya itu yang dirasakan oleh Sakura. Ia gelisah memikirkan apa yang harus dia katakan agar ia bisa mengobrol banyak dengan Sasuke. Sementara tidak bagi pria di sebelahnya karena Sasuke memang menikmati itu, ia tidak merasa harus melakukan sesuatu, diam bersama Sakura seperti ini saja sudah cukup baginya.

Tangan kanan Sasuke dengan perlahan terulur ke wajah Sakura, ibu jarinya membelai pipi Sakura dengan lembut. Tatapan matanya begitu intens. Sakura merasakan pipinya memanas. Ini adalah sentuhan pertama dari Sasuke yang begitu intens dan sangat jarang ia lakukan setelah belasan tahun mereka kenal, dan kini dengan perasaan berbeda tentunya. Dan Sakura sangat menikmati ini. Hatinya benar-benar menghangat.

Sakura merasakan tangan Sasuke menarik wajahnya mendekat. Degup jantung Sakura menggila. Wajahnya bertambah merona. Ia merasakan Sasuke akan menciumnya, ia tanpa sadar menutup matanya untuk menantikan saat itu, ciuman pertamanya.

Beberapa detik telah berlalu dan Sakura tidak merasakan apa-apa selain daripada tangan Sasuke yang masih menyentuh sisi wajahnya. Ia membuka matanya dan mendapati Sasuke sedang memandanginya dengan tatapan bertanya. Sakura merasa wajahnya memanas karena telah memikirkan hal yang lebih. Buru-buru ia membuang wajahnya ke arah lain.

Tanpa Sakura lihat, Sasuke menyeringai tipis. Tentu ia tahu yang dipikirkan gadis itu, tapi Sasuke memang sengaja menggodanya.

Sasuke kemudian berdiri, membuat Sakura yang sebelumnya membuang wajahnya itu mendongak menatap wajah Sasuke. Sisa-sisa guratan merah masih tampak di wajah putihnya.

TUK

Sebuah tanda yang diberikan Sasuke sama seperti ketika ia meninggalkan Sakura terjadi lagi. Sakura dibuat merona lagi karenanya. Wajahnya melongo untuk sesaat, kemudian tersenyum senang.

"Sebaiknya kau istirahat, Sakura. Aku akan menemuimu lagi,"

Dan segera setelah itu, Uchiha Sasuke meninggalkan kamar Sakura yang menatapnya dengan senyum merona.

Keesokan harinya dengan penuh semangat, Sakura dengan wajah ceria pergi ke rumah sakit. Bahkan ayah dan ibunya tidak pernah melihat Sakura seceria itu semenjak dua tahun belakangan ini. Tapi itu justru membuat mereka lega.

Tapi kenyataannya hari ini Sakura sangat sibuk di rumah sakit, ada jounin yang terluka parah saat menjalankan misi dan baru dirawat di Konoha sore hari ini membuat gadis berambut merah muda itu terkurung di rumah sakit. Ia dengan professional menyembuhkan jounin itu dibantu oleh juniornya. Rasanya hari ini tidak mungkin untuk menemui Sasuke, hari ini mungkin Sakura tidak pulang, dan Sakura diberitahu Naruto kalau hari ini Sasuke akan menemui Kakashi untuk membicarakan suatu hal, pastilah hari ini Sasuke sibuk. Sakura juga teringat bahwa Naruto akan membantu Sasuke membersihkan kediamannya setelah itu.

'Yah… hari ini tidak bertemu juga tidak apa-apa, yang penting Sasuke sudah kembali ke Konoha.' Pikirnya.

Dan hari-hari selanjutnya rupanya tetap sama, meskipun beberapa hari yang lalu Sasuke berjanji akan menemuinya lagi, nyatanya pria itu malah mengambil misi lagi dengan waktu agak lama. Dan tentu saja, Sakura mengetahuinya. Sakura yang diberitahu Naruto hanya menunduk dengan sedih. Tentu ia berharap kepulangan Sasuke ke Konoha berarti mereka mempunyai waktu untuk bersama-sama.

'Sebenarnya Sasuke-kun maunya apa sih?'

Walaupun mungkin saja sekembalinya Sasuke memang bukan untuk Sakura seorang –memikirkan ini ada secuil rasa sakit yang terasa. Hanya saja, kenyataan dimana melihat sahabat-sahabatnya telah bahagia dengan pasangan masing-masing membuatnya tertekan juga, meskipun ia tahu si Tenten, Shino, dan beberapa lainnya yang ia dengar masih melajang sampai sekarang. Tapi tetap saja, Sasuke sepertinya sudah memberi harapan lebih pada Sakura, tapi kini dengan tidak pekanya masih membuat ia menunggu.

Masih teringat pembicaraanya dengan Ino waktu mereka dalam perjalanan ke Suna, dimana Ino mengungkapan ketertarikannya pada Sai. Ino bilang ingin memberikan bunga sebagai ungkapan. Hanya Ino bingung memilih bunga lavender yang artinya menunggu atau dogwood yang artinya memendam perasaan. Dan Sakura akhirnya menyarankan bunga Dogwood pada Ino. Sedang dia sendiri pastilah lavender. Tapi itu sudah berlalu. Sekarang, apalagi yang ditunggu? Sasuke sudah pulang ke Konoha. Dogwood? Bahkan sejak dari akademi kalau Sakura setiap mengirimi Sasuke bunga pasti Sasuke akan punya taman bunga yang luas. Dan sakura tersenyum masam memikirkannya.

'Apa yang sebenarnya kau pikirkan, Sasuke-kun?'

Hampir sebulan setelah kepulangan Sasuke, tanpa adanya kejelasan akan hubungan mereka, Sakura mencoba mengalihkan pikirannya dengan bekerja karena Sasuke sangat sulit ditemui. Kalau bisa, Sakura ingin sesekali melarikan diri dan menculik Sasuke untuk berbicara banyak menanyakan maksud pria itu padanya. Dan ketika itu, di malam itu, Sakura melihat Sasuke berjalan pulang dari kantor Hokage. Tanpa menunggu kesempatan lain, ia menyambar tangan pria itu dan menggandengnya ke suatu tempat untuk berbicara. Sakura sudah tidak tahan lagi.

Sakura melepaskan genggamannya dari tangan Sasuke.

"Sasuke-kun…" rupanya tidak mudah. Sementara Sasuke hanya mengernyitkan dahinya balik menatap Sakura. Sakura mengelus tangannya gugup, kemudian mendongak menatap Sasuke.

"Apakah kau tidak ingin menemuiku?" tanyanya langsung. Rona merah sedikit mewarnai pipinya itu, hanya saja sinar rembulan tidak cukup untuk membuatnya begitu kentara. Sakura meneliti pandangan mata Sasuke. Sasuke hanya menghela nafas pendek.

"Aku sangat sibuk, Sakura." ucap pria itu. Sakura menunduk.

"Begitu ya," ia tersenyum sedih. Sasuke menyadari ekspresi Sakura itu. Ia berniat mengulurkan tangannya menyentuh Sakura tetapi kemudian diurungkannya.

"Aku pikir kali ini kita bisa melewatkan waktu untuk bersama, Sasuke-kun," ucap Sakura. Sasuke terdiam.

"Aku pikir, setelah Sasuke-kun pulang semuanya akan kembali normal. Dan aku maupun Sasuke-kun akan hidup dengan bahagia,"

Hening sejenak.

"Setelah perpisahan itu, aku berharap lebih padamu karena sikapmu telah berubah. Aku merasa kita semakin mendekat. Tapi setelah kita dekat bahkan sekarang, aku tidak merasakan kemajuan apapun. Sasuke-kun selalu tidak ada untuk menemuiku lagi. Dan bahkan pada akhirnya aku yang menemukanmu,"

.

"—Juga… aku terus-terusan yang mengungkapkan perasaanku pada Sasuke-kun. Tanpa aku tahu perasaan Sasuke-kun seperti apa," gelombang kesedihan, kekecewaan dan penyesalan tiba-tiba menyapu Sakura.

"—Kau tahu kan, bahwa aku sangat sangat menyukaimu, tapi bukan berarti Sasuke-kun berhak terus mempermainkanku,"

"Sakura—"

"Kalau memang dari awal tidak ada perasaan khusus, lebih baik tidak usah memberikan harapan lebih," lanjut Sakura tanpa menghiraukan Sasuke.

"- Kalau akhirnya hanya seperti ini, Sa-Sasuke-kun… Kau… KAU LEBIH BAIK TIDAK USAH PULANG SAJA!" teriak Sakura di luar kendali. Air mata meleleh di pipinya. Ia menunduk dan memeluk kedua tangannya sendiri, terisak. Sasuke terdiam. Kesunyian melanda keduanya lagi. Sasuke menggigit bibir bawahnya sendiri.

"Aku mengerti… " ucap Sasuke setelah beberapa saat. Sakura mendongak dengan air mata yang terus mengalir seakan terkejut mendengar jawaban Sasuke, hatinya mencelos ketika kemudian Sasuke berbalik dan beranjak pergi. Ini sama sekali diluar perkiraannya. Itu bahkan bukan jawaban yang diinginkan Sakura.

Sakura menyadari bahwa tadi ia bicara di luar kendali. Apapun yang ia pikirkan mengenai Sasuke sebelumnya membuatnya benar-benar frustasi. Padahal Sakura adalah tipe orang penyabar sebelumnya. Tapi entah kenapa pada akhirnya ia tidak mampu menahannya lagi kali ini. Dan kini hanyalah penyesalan yang tertinggal, dan Sasuke yang bahkan tidak memberinya penjelasan apapun. Mulutnya seakan terkunci namun pandangannya tetap mengikuti punggung pria itu.

.

.

.

.

Mendadak hatinya terasa kosong.

.

.

.

Di sebuah ruangan di kantor Hokage, tampak Kakashi tengah duduk belakang mejanya, ia memakai pakaian hokagenya. Ketika Sakura membuka pintunya, tampak orang lain juga ada disana, seorang pria dengan pelindung kepala dengan lambang desa Sunagakure.

"Ah, Sakura, baguslah kau sudah datang," ucap kakashi. "Langsung saja, Sakura. Ada permintaan untukmu dari desa Suna yang membutuhkan pengajaran lebih tentang medis. Kemudian juga permintaan untuk meninjau perkembangan klinik perawatan mental yang telah berdiri di Suna. Aku ingin kau kesana lagi, Sakura… Maafkan aku, kau pasti sangat sibuk akhir-akhir ini," ujar Kakashi setelah melihat wajah Sakura yang tidak sesegar biasanya, barangkali sedang banyak tugas dan pikiran. Sakura tersenyum dipaksakan dan menggeleng.

"Tidak apa-apa, Sensei. Aku justru senang bisa belajar juga di Suna nantinya. Banyak yang bisa kupelajari juga dari sana, yang tidak bisa aku dapatkan di Konoha," jawab gadis itu. Kakashi menghela nafas, agaknya sedikit kasihan melihat wajah Sakura yang terlihat kuyu itu. Tapi apa boleh buat karena Sakura juga menyanggupinya. Dan lagi, siapa tahu setelah Sakura dari Suna malah mendapatkan hal baru, anggap saja ini sebagai refreshing.

"baiklah. Sebelumnya aku ingin memperkenalkanmu dengan Takeuchi, ninja medis dari Sunagakure. Dia yang akan pergi bersamamu ke Suna, Sakura," ujar kakashi. Sakura menoleh dan mendapati pria dari Sunagakure itu tersenyum. Perawakannya tinggi dan kurus, mirip Sai, hanya tidak dengan kulit pucat. Disamping itu rambutnya berwarna coklat.

"Mohon bantuannya, Sakura-san," pria tersebut sedikit membungkuk dan tersenyum.

"Ah, iya, Takeuchi-san. Semoga bisa terjalin kerjasama," Sakura tersenyum kemudian ikut menunduk sebagai balasan.

"Baiklah. kau bisa berangkat malam ini, kan, Sakura?" tanya Kakashi lagi. Sakura mengangguk.

"Baik."

Dan malam itu, Sakura berangkat ke Suna dengan misi baru. Sebelumnya Sakura berencana akan menemui Sasuke dan menjelaskan semuanya. Bahkan karena terlalu parno Sakura selalu menanyakan kepada Naruto ataupun kakashi takut apabila Sasuke benar-benar pergi lagi dari desa, karena perkataannya malam itu. Meskipun Sakura juga berkata bahwa mungkin Sasuke tidak peduli padanya. Ah, memikirkan ini semua membuatnya bingung. Ia perlu untuk bertemu dengan Sasuke lagi. Tapi keadaan memang tidak memungkinkan. Tiga atau empat hari adalah waktu tempuh dari Konoha ke Suna. Belum lagi di Suna ia akan disana untuk beberapa hari –Sakura ingin belajar juga tentang medis di suna, bertukar pengetahuan—kemudian waktu tempuh untuk pulang. 2 minggu adalah perkiraan paling lama untuk kembali ke Konoha.

'Yah paling tidak bukan dua tahun' keluhnya.

.

Kemudian sekilas ia teringat lagi dengan kejadian beberapa bulan yang lalu saat dia diculik oleh Kido dan Magire, sebagai umpan agar Sasuke kembali ke Konoha. Menurut mereka, dengan menculik Sakura, rekan atau orang penting untuk Sasuke, pria itu akan kembali. Dan disaat itu Kido akan membunuh Sakura di hadapan Sasuke, yang akan membangkitkan kekuatan mata Sasuke dan mengambilnya sebagai obat-obatan yang akan diperjualbelikan.

.

"Klan Uchiha adalah klan yang mencintai secara mendalam. Karena kecenderungan yang mencintai terlalu dalam, dikatakan anggota klan Uchiha diberi kekuatan mata yang kuat. Kau juga mengetahui tentang ini bukan?"

"Anggota keluarganya, rekan, kekasih—jika salah satu dari mereka dibunuh di depan mata mereka, siapapun akan dilanda kesedihan. Tapi untuk klan Uchiha, semua itu tidak terjadi. Kesedihan yang berlebih mempengaruhi saraf mata mereka dan itu memberikan kekuatan pada mata mereka."

.

Perkataan Kido di masa lalu membuatnya sedikit berpikir juga. Apakah benar, Sakura adalah orang yang penting, berharga bagi Sasuke? Orang lain melihatnya begitu, yah Kido adalah orang lain. Tapi Sakura sendiri masih bimbang terkadang dengan pemikirannya. Bahkan jika waktu itu ia tidak membebaskan diri, apakah Sasuke akan benar-benar mengkhawatirkannya? Apakah benar, untuk sekali saja Sakura melihat dan mendengar dari Sasuke sendiri bahwa pria itu peduli, bahwa pria itu menginginkan Sakura.

Sakura menggeleng pelan. Pikiran yang egois. Kalau dia tidak bisa melepaskan diri, kemungkinan mungkin Sasuke akan datang, tapi Sakura berharap tidak akan apabila pada akhirnya Sasuke terjebak dan berhasil dimanfaatkan oleh Kido.

Kenyataannya waktu itu Sakura bisa melepaskan diri dengan mudah, melawan Kido seorang diri. Pada akhirnya ia melihat sekelebat bayangan Sasuke di bagian lain ketika ia, Kakashi dan yang lain ingin melihat keadaan di sekitar lokasinya bertarung. Sasukelah yang membunuh para ANBU bawahan Kido dengan elemen api dan genjutsunya. Ya, Sasuke datang kembali ke desa, hanya saja tanpa repot mengucapkan salam dan bertemu, ia langsung pergi. Sakura tidak bisa menahan dirinya tersenyum kalau mengingat itu. Rasa sedih terkikis dengan rasa terimakasih karena dengan caranya Sasuke ternyata peduli.

Memikirkan hal ini membuat Sakura sedikit bingung. Mungkin saja Sasuke memang peduli. Tapi apakah dia memang benar-benar orang yang special? Sakura menghela nafas. Semua pikirannya dan pertengkarannya dengan Sasuke beberapa hari yang lalu membuatnya tidak bisa konsen. Hanya ingin bertemu Sasuke dan menjelaskan semuanya, itu yang ia mau.

Tanpa ia sadari sedari tadi rupanya Takeuchi yang bergerak di sampingnya terus memperhatikannya.

"Sakura-san," tanyanya pada gadis di sebelahnya. Sakura menoleh masih terus melaju lari mereka dan kemudian melompat di antara dahan-dahan pohon.

"Apakah tidak sebaiknya kita beristirahat? Kita sudah jauh berjalan. Agar besok kita bisa melanjutkan perjalanan dengan maksimal," ucap Takeuchi. Sakura berpikir sebentar.

"Baiklah, mungkin kita akan beristirahat sebentar,"

Dan kedua orang itu beristirahat di dalam hutan, bergantian berjaga sambil memasang perangkap di sekitar tempat peristirahatan mereka.

Begitu sampai di Suna, setelah beristirahat sebentar Sakura sudah disibukkan dengan kegiatannya langsung menuju ke Rumah Sakit di Suna untuk mengajarkan metode baru dalam perawatan medis, ia juga belajar dari sana ditemani oleh takeuchi. Beberapa hari dimanfaatkan untuk bertukar ilmu medis dan mengunjungi klinik perawatan mental anak-anak dan ikut mengecek disana. Juga kunjungannya ke tempat Kazekage karena Gaara ingin menyampaikan pesan kepada Kakashi. Semua kesibukan itu membuat Sakura sedikit melupakan kekhawatirannya tentang Sasuke.

Disana pula Sakura banyak menghabiskan waktu bersama Takeuchi, yang bersedia mengantar Sakura kemana saja, yang dianggap Sakura sebagai rasa sopan dan terimakasih karena Sakura sudah memenuhi permintaan di Suna.

Dan sampailah ke hari ke-8, Sakura sudah menyelesaikan semuanya dan berniat kembali ke Konoha. Namun ternyata Takeuchi bersikeras untuk mengantarkan Sakura sebagai permintaan terimakasih dan lagi agar menjamin Sakura aman. Padahal Sakura bisa saja menjaga dirinya sendiri. Hanya saja ia memang tidak enak untuk menolak kebaikan pria itu.

Lagi-lagi mereka menghabiskan waktu selama 3 hari untuk kembali ke Konoha. Sepanjang perjalanan, Takeuchi selalu mengajak ngobrol Sakura dan sedikit menyerempet ke hal pribadi, namun tidak ada kecurigaan dalam diri kunoichi murid hokage kelima tersebut. Karena memang saat itu pikirannya tidak sedang berada disana.

Sakura dan Takeuchi baru saja keluar dari kantor hokage dan memberikan laporan sekaligus pesan Kazekage.

"Sakura-san, apakah kau mau menemaniku makan? Anggap saja sebagai ucapan terimakasihku, aku akan sangat senang kalau Sakura-san bersedia," ajaknya. Sakura menoleh sebentar dan tampak berpikir. Dan tidak enak untuk menolak. Lagipula perutnya memang sudah lapar semenjak tadi.

"Baiklah," berdua mereka berjalan beriringan menuju kedai terdekat, kedai Yakiniku. Beberapa kali Takeuchi melontarkan lelucon. Laki-laki itu ternyata sama menyenangkannya dengan naruto. Sedikit Sakura merasa terhibur dengan kehadirannya.

"Arigatou, Sakura-san untuk menemaniku malam ini, kalau begitu aku akan mengantarmu pulang," ucap pria berambut coklat itu, Takeuchi.

"Ah, sebenarnya tidak usah juga tidak apa-apa, aku malah merepotkan," tolak halus Sakura. Ia tersenyum. Takeuchi yang sebenarnya ingin menghabiskan waktu bersama Sakura itu tanpa sadar menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ah, tidak apa-apa. Untuk sekali ini saja. Aku juga ingin mengatakan sesuatu pada Sakura-san," ujar Takeuchi. "Ini tidak masalah sama sekali, kok, sama sekali tidak merepotkan," lanjutnya kemudian melangkah. Sakura yang bingung harus berkata apa akhirnya juga mengalah mengikuti pria di depannya.

Keheningan berlalu ketika akhirnya Sakura menyadari ia melewati bangku yang sangat tidak asing baginya, bangku yang dulunya pernah menjadi kenangan ketika Sasuke meninggalkan desa untuk datang pada Orochimaru. Tanpa sadar Sakura berhenti dan termenung memandangi bangku itu. Ia juga teringat pada Sasuke lagi, yang belakangan hubungan mereka memburuk. Raut sedih terlihat dari wajah manisnya.

Takeuchi yang merasa Sakura tidak mengikutinya lagi menoleh, kemudian berputar dan melangkah mendekati Sakura.

"Sakura-san, kau tidak apa-apa?" tanyanya. Tangannya telulur menyentuh pundak Sakura. Sakura tersentak kaget.

"E-eh? Tidak apa-apa, aku hanya… errr, tidak apa-apa," sahutnya cepat. Takeuchi tersenyum lembut.

"Sebenarnya aku merasa Sakura-san terlihat sedang memikirkan sesuatu dari kemarin-kemarin. Kalau memang ada sesuatu katakan saja padaku. Kalau aku bisa membantu, aku akan sangat senang," ucap Takeuchi masih tersenyum lembut. Sakura juga ikut tersenyum. Mendadak Takeuchi menjadi gugup. Ia menunduk. Ia kemudian mengambil sesuatu dari kantungnya dan mengulurkannya pada Sakura. Sebuah jepit rambut bunga Sakura yang sangat indah ada pada bungkusan plastik transparan.

"Ini untukmu, Sakura-san. Saat aku melewati toko aksesoris di Suna saat sedang jalan-jalan kemarin. Aku melihat ini dan teringat padamu. Aku tahu ini akan cocok bila kau pakai. Kumohon terimalah,"

Sakura tanpa bisa menolak mengulurkan tangannya menerima hadiah itu dan tersenyum manis.

"Ini cantik sekali! Takeuchi-san," ujarnya sambil tersenyum manis. Takeuchi semakin gugup melihatnya. Rona merah tampak di wajah gagahnya. Keheningan sementara tercipta selagi Sakura masih memandangi jepit rambut pemberian Takeuchi.

"Sa-Sakura-san," panggil Takeuchi gugup. Sakura mendongak. "Hm? Ada apa Takeuchi-san?"

Takeuchi tampak berpikir sebentar.

"Sakura-san, aku tahu mungkin ini mendadak dan kita juga belum lama saling mengenal. Tapi… Aku hanya ingin mengatakan kalau aku menyukai Sakura-san. Aku berharap kita dapat menjadi lebih daripada hanya seorang teman,"

.

Sakura kehilangan kata-kata saat mendengar penuturan Takeuchi. Ya, pria itu benar. Ini terlalu mendadak. Dan lagi, hati Sakura sudah tidak bisa menerima lelaki lain lagi selain Sasuke, pria yang selalu ada di hatinya semenjak di Akademi Ninja. Sakura meneguk ludahnya.

"A-anoo… Ta-Takeuchi-san, Maaf. A-aku benar-benar tidak bermaksud menyakitimu. Tapi-"

"Apa Sakura-san sudah memiliki kekasih?" tanya Takeuchi menyelanya. Sakura menunduk sesaat kemudian memandang Takeuchi lagi.

"Bukan begitu, tapi… aku sudah mempunyai orang yang aku sukai," ujar Sakura. Untuk sesaat kali ini Takeuchi yang kehilangan kata-katanya.

"Y-ya. Maafkan aku Sakura-san. Mungkin saja aku terlalu berharap –Takeuchi memegang tangan Sakura yang terkejut dan hanya bisa terdiam—tapi bagaimanapun melihatmu bahagia kurasa itu sudah cukup. Pastilah orang beruntung itu adalah pria yang hebat," Takeuchi mengatakan kebohongannya menutupi rasa kecewa. Ia tersenyum dipaksakan. Meremas tangan Sakura pelan, ia kemudian menurunkannya. "Baiklah, sekarang mari kita lanjutkan pulang, Sakura-san," tanpa menunggu jawaban Sakura, Takeuchi segera berbalik dan melangkah. Sakura tertegun sejenak dan merasa tidak enak. Setelah itu di antara keduanya diliputi kecanggungan.

.

"Terimakasih, Takeuchi-san. Maafkan aku untuk tadi," kata Sakura sambil memandang Takeuchi dengan pandangan bersalah. Pria di depannya hanya tersenyum kecil, agaknya masih kecewa dengan penolakan yang Sakura berikan tadi.

"Tidak apa-apa, aku mengerti. Tapi aku harap kita masih dapat berteman, Sakura-san. Kalau begitu, sampai jumpa," ucapnya lagi. Ia kemudian menghilang dari hadapan Sakura tanpa Sakura menjawab lagi. Sakura menghela nafas, lagi-lagi ia ditembak oleh pria lain. Sedangkan pria yang ia sukai, entah bagaimana mengatakannya. Seperti mau tapi tak ada gerakan, tidak mau tapi memberi harapan. Yah-menggantung tepatnya. Menggeleng pelan ia kemudian melangkahkan kakinya menuju ke pintu rumahnya.

CEKLEK CEKLEK

Gagang yang diputar membuat pintu juga masih belum membuka. 'pasti ayah dan ibu tidak di rumah lagi,'

Mengambil kunci cadangan, ia membuka kunci rumahnya dan melangkah masuk. Sesaat sebelum ia menutup pintunya lagi, ia melihat Sasuke ternyata ada di depan rumahnya. Sakura terkejut sekaligus merasa senang karena kesempatan bertemu dengan Sasuke setelah hampir dua minggu ini akhirnya terlaksana. Bahkan, kali ini Sasukelah yang menemuinya.

"Sasuke-kun?"

Membuka pintunya lebih lebar, ia berjalan mendekati Sasuke. Pandangan pria itu sulit diartikan.

Angin berhembus di antara mereka.

"Apakah aku salah kalau ada disini?" tanya Sasuke tiba-tiba "ada yang ingin ku bicarakan denganmu," lanjutnya dengan suara berat. Sakura terkesiap.

"A-ano, silakan masuk kalau begitu, Sasuke-kun," kata Sakura kemudian melangkahkan kakinya kembali masuk ke dalam rumah. Segera setelah Sasuke masuk, Sakura menutup pintu depan rumahnya.

"Sepertinya hari ini kau bersenang-senang," ucap Sasuke ketika mereka berdua sudah di dalam. Mereka masih berdiri. Sakura mengerutkan keningnya.

"Ap—"

"Tidak ada," kata Sasuke lagi seperti merevisi perkataannya sebelumnya. Sakura mengernyitkan keningnya bingung.

Sasuke kemudian mendekat, mengambil tangan Sakura dan menggenggamnya. Sakura mendadak gugup. Tapi ternyata di luar perkiraannya Sasuke mengambil bungkusan yang dipegang oleh Sakura, hadiah dari Takeuchi.

"Indah ya," ucap pria pelan. Detik selanjutnya Sasuke menggenggam bungkusan itu sampai terdengar suara patahan disana. Kemudian membuka genggamannya dan menjatuhkan bungkusan itu ke lantai. Sakura membelalakkan matanya kaget.

"Hei, apa yang kau lakukan, SASUKE-KUN!" teriak Sakura lepas kendali. Melihat bagaimana Sasuke semena-mena membuat Sakura tersulut juga. Entah apa maksud Sasuke melakukannya. Bagaimanapun itu adalah hadiah dari seseorang untuknya. Mungkin saja Takeuchi memang sudah memilihkannya dengan sepenuh hati tapi kini malah berakhir di tangan Uchiha Sasuke.

"Kenapa kau berteriak padaku, Sakura?" tanya Sasuke dengan nada ditekan. Ia memandang Sakura yang berteriak marah kepadanya. Gadis itu segera menundukkan wajahnya melihat kilatan marah Sasuke. "Apakah hanya karena pria itu kau sudah membentakku?" lanjut Sasuke lagi. Mendengar itu Sakura releks mendongak.

"Apa maks—"

"Terserah maumu," ucap Uchiha itu lagi menyela.

"Apa yang kau maksudkan sebenarnya, Sasuke-kun? Apa yang mau kau katakan? Apakah kau mencurigaiku dan Takeuchi? " tanya Sakura menyelidik. Ada rasa menggelitik di hati kecilnya ketika memikirkan kemungkinan bahwa Sasuke cemburu. Namun detik berikutnya jawaban Uchiha Sasuke melunturkan pikirannya.

"Itu sama sekali tidak ada hubungannya denganku,"

Sakura tersentak. Kilasan kejadian masa lalu langsung berputar di otaknya. Tentang Sasuke di masa lalu dan kemarin, yang tiba-tiba memberinya sebuah harapan bahwa pria itu menerimanya, kemudian perilakunya yang membingungkan. Dan sekarang semuanya sepertinya perlahan jelas, bahwa pengorbanan Sakura selama ini untuk Sasuke seakan tidak dihargai. Sakura tiba-tiba tersulut.

"APA MAUMU SEBENARNYA? SELALU SEENAKNYA SENDIRI! KALAU ITU MAUMU SUDAH JANGAN URUSI AKU LAGI! JANGAN BERLAGAK SEPERTI PEDULI. AKU MUAK DENGANMU SASUKE!" teriak Sakura. Mata Sasuke sedikit terbelalak mendengar yang dikatakan Sakura.

"AKU MEMANG BAHAGIA KAU SUDAH PULANG. TAPI SEKARANG SUDAH TIDAK ADA ARTINYA LAGI BAGIKU. SEKARANG SEMUANYA SUDAH JELAS. AKU MEMBENCIMU!"

Detik berikutnya Sakura terkejut ketika tiba-tiba Sasuke mencengkeram lengannya kasar. Matanya menatap tajam Sakura. Mau tidak mau membuat Sakura sedikit takut. Tapi itu bukan yang ia rasakan sekarang, nyatanya rasa marah masih menguasainya. Wajahnya mengernyit menahan Sakit namun matanya tak kalah tajam menatap Sasuke.

Sasuke terlihat gusar. Jelas ia tampak marah mendengar teriakan dan perkataan Sakura sebelumnya. Cengkeramannya masih kuat dan kasar. Sakura terdiam. Ia menutup mata dan menggeleng. Setitik air mata jatuh dari mata kirinya.

"Aku tahu kau memang tidak menginginkanku...—

.

-Kalau saja aku bisa memilih, maka aku tidak ingin jatuh cinta kepadamu…"

Sasuke tersentak mendengar perkataan Sakura. Mendadak tubuhnya kehilangan kendali. Tanpa persetujuan Sakura, Sasuke menarik kepala gadis itu mendekat dan mencium bibir Sakura kasar membuat Sakura terbelalak. Sasuke tetap tidak melepaskan Sakura walaupun gadis itu telah mendorong dada Sasuke dengan kedua tangannya. Bahkan dengan kasar Sasuke meneroboskan lidahnya pada bibir Sakura yang terbuka hendak berteriak protes. Ciuman Sasuke liar dan kasar.

Air mata meleleh lagi di pipi Sakura. Ia tidak pernah mendapatkan perlakuan sekasar ini dari seorang laki-laki. Apa yang Sasuke lakukan? Kenapa Sasuke ini?Apa yang ia mau? Apakah Sasuke sekasar ini? Apakah ini adalah Sasuke yang ia kenal? Sasuke adalah orang yang sangat tenang dan terkendali, menurutnya Sasuke adalah orang yang akan melakukan hal seperti ini. Ini pasti bukanlah Sasuke! INI BUKAN SASUKE!

PLAK

Tamparan telak mendarat di pipi pria itu membuat Sasuke tertoleh dengan paksa. Sakura berhasil melepaskan ciuman Sasuke yang kasar. Ia segera memandang Sasuke dengan pandangan marah dan kemudian kecewa. Sasuke sendiri merasa terkejut karena telah berbuat lepas kendali. Keduanya masih berpandangan dengan Sakura yang masih terengah-engah kehabisan nafas. Ia mengusap kasar air mata yang meleleh di pipinya ketika itu. Ya, Sakura menangis karena perlakuan Sasuke yang di luar kendali itu.

.

.

"Sakura—"

"Jangan sentuh aku!" bentak Sakura ketika tangan Sasuke telulur padanya.

.

"Maaf," hanya itu yang Sasuke katakan sebelum akhirnya berbalik dan meninggalkan Sakura yang kemudian terisak menangis.

TSUDZUKU

AN (Curhatan gajelas author, boleh diskip kok ;) Tapi boleh dong minta tanggapannya melalui kotak review ;) :*

Yo, Minna, memang ada beberapa adegan di novel yang saya masukkan, contohnya surat untuk Sasuke di Sasuke Shinden, Kido, curhatan Ino dari Sakura Hiden dan apa lagi saya lupa hehe. Maksud saya pengen bayangin yang bener mendekati. Meskipun Sasukenya agak OOC sih, Sakura juga. Cuma bingung kadang sama karakter Sasuke. Kadang banyak ngomong (tapi dalam hati) wkwk, kadang irit ngomong jadi rasanya pengen nyium –eh.

*Kido : Baca Novel Sakura Hiden. Hehe. Sayang agak kecewa karena nggak ada pertemuan Sasuke dan Sakura secara gamblang. Cuma secara implicit Sasuke mengatakan "Tadaima," dan Sakura megatakan "Okaeri," (dalam Sasuke shinden dan Sakura hiden). Dan lagi, Sasuke Shinden juga nggak ada nama Sakura di surat Naruto untuk Sasuke. Padahal kan di Novelnya ada (masih kesel) *ngamuknya telat.

Tapi tetep aja. Gemes rasanya kalau nggak lihat ada scene khusus Sasusaku. Jujur saja sih kurang *mewek. Masih berharap ada scene Sasusaku lagi. Plis, getok dahi itu udah bikin saya melting tapi rasanya pengen lagi dan lagi. Wehehe. Dan sebenarnya juga bingung-KESEL- dengan Studio Periot, ah entahlah. Mana Sasuke Shinden ditaruh di depan, padahal waktu saya baca di salah satu blog harusnya timeline Sasuke Shinden itu yang paling akhir sebelum Naruto gaiden (kelahiran anak-anak generasi baru) -CMIIW. Jadi ini saya buatnya Sasuke Shinden ini terjadi waktu 2 tahunan setelah Sasuke meninggalkan desa. Entahlah bingung juga akunya. Wkwk.

Iya, ini Lemon kedua saya, setelah yang satunya bergenre humor—humor garing maksudnya. Yang saya buat beberapa tahun yang lalu tentang malamnya Sasusaku yang diganggu anaknya Itachi. –hus, malah promosi. Wkwk.

Yah malah curcol gajelas. Btw terimakasih, minna telah membaca fik saya. Jadi, maukah minna memberi feedback untuk imajinasi saya kali ini? *dikeplak. Btw terimakasih sudah mereview fik-fik lama saya *terharu, padahal akun ini sudah lama nggak saya buka karena berkali-kali lupa password. Dan karena ada cerita naruto yang sudah saya buat sebelumnya dan belum dipublish, jadi saya beranikan untuk publish lagi.

Sebenarnya fik ini tadinya mau oneshot, tapi karena sudah dua puluhan halaman jadi saya potong jadi dua biar nggak capek nanti bacanya. Hehe. Ngomong-ngomong, chapter selanjutnya ada Lemon. Jadi yang belum cukup umur, yaaah. Maapken yah, dosa ditanggung sendiri *dikeplak.

Yosh, maafkan saya yang gaje, payah dan banyak bicara ini. Semoga nggak ada yang terganggu. Wehehe. *kemudian dibuang. See u at Chapter 2!