TWO HEART ONE FARM AND ONE LOVE
Assalammu'alaikum
saya pendatang baru di fandom ini dan ini adalah fanfic pertama saya. semoga fic yang saya buat ini bisa menghibur para reader semua.
DISCLAIMER: Semua karakter dan tempat didalam cerita ini milik Natsume dan Victor interactive inc. saya hanya penggemar yang membuat cerita dari karakter mereka
Peringatan: OOC mungkin , Gaje,Typo, Garing, sedikit bernuansa Islami, dll.
Summary: Jack si cowok yang katanya alim dan sholeh mengunjungi seorang kakek yang tinggal di farm di sebuah desa Mineral yang telah menjadi sahabat penanya. Sesampainya disana dia terkejut karena sang kakek telah tiada dan farm sang kakek yang tadinya diwariskan pada Jack telah di jual oleh sang mayor desa kepada seorang gadis pirang.
" DON'T LIKE, DON'T READ "
CHAPTER 1: Mengunjungi kebun Harvest
" Yeah, akhirnya sampai juga, sudah lama sekali tidak kemari " guman seorang pemuda bertopi biru dengan kemeja putih dan overall jeans yang baru saja turun dari kapal.
Dia pun berjalan keluar dermaga kecil, pemandangan pantai yang bersih dan angin laut yang berhembus membuatnya lupa akan rasa lelah di perjalanan. pemuda itu langsung melangkah keluar area pantai dan menemui sebuah lapangan yang cukup luas dengan bangku-bangku taman dan tong sampah yang terjejer di pinggir lapangan. Pemuda itu pun menyusuri jalan yang ada di desa walaw sempat tersesat beberapa kali tapi akhirnya dia menemukan farm yang dia cari.
Harvest farm -
Saat memasuki area farm, Mata Pemuda bertopi biru itu pun terbelalak melihat keadaan ladang yang penuh dengan rumput liar, semak-semak, batang kayu besar dan juga batu berbagai ukuran yang bergeletakan di ladang, kandang-kandang hewan pun terlihat sepi tanpa ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Sungguh sangat berbeda dengan apa yang dia bayangkan. Pemuda itu langsung melangkah ke sebuah rumah kecil yang ada di dekat gerbang Farm.
Tok!tok!tok!." kakek!... kakek!..apa kau di dalam? Ini aku Jack " teriak pemuda itu menyebutkan namanya sambil mengetuk pintu rumah. Tapi tetap tidak ada respon. Akhirnya pemuda bernama Jack itu berjalan mendekati sebuah pohon apel yang ada di pinggir ladang dan berdekatan dengan kolam ikan. Pete lalu duduk di bawah pohon apel, berteduh dari sinar matahari yang mulai terik. Tak berapa lama dia berteduh di bawah pohon, tanpa dia sadari ada seorang pria paruh baya berkumis bartubuh pendek dengan kemeja dan topi berwarna merah bata bersama seorang gadis pirang dan bermata biru dengan mengenakan kemeja merah dengan overall jeans biru berjalan mendekatinya yang sedang asik berteduh.
" hai nak! Sepertinya kau orang baru disini, siapa namamu? tanya Pria itu pada Jack. Dia pun langsung berdiri sambil tersenyum ramah kedua orang tersebut.
" nama saya Jack, saya kemari mencari kakek pemilih farm ini " ucapnya ramah.
" kau mengenalnya ya? " tanya pria itu, pemuda yang bernama Jack itu hanya menganggukkan kepalanya.
" sebenarnya dia sudah meninggal 6 bulan yang lalu " ucap pria itu. Seketika itu Jack langsung shock karena ucapan yang terlontar dari mulut pria itu. Tak lama air mata Jack mulai menetes dan dia pun menangis.
" hiks…hiks…hiks… kakek " ucap Jack sambil terus menangis tubuhnya mulai terasa sangat lemas hingga tidak mampu untuk berdiri lagi, Jack pun terduduk kembali di bawah pohon dan terus menangis karena kepergian kakeknya.
" memang kau siapanya dia , yang ku tahu dia sudah tidak punya keluarga lagi " tanya pria itu yang mulai simpati pada Jack.
" aku memang bukan keluarganya " ucap Jack berusaha berhenti menangis dan mencoba menguatkan dirinya " dulu saat aku kecil aku pernah berlibur di desa ini, dan suatu hari aku kesasar dan menghilang dari kedua orang tuaku, akupun tak sengaja sampai di kebun ini dan bertemu dengan kakek dan dia menolongku kembali kepada kedua orang tuaku. Kakek juga mengijinkan aku dan kedua orangtua ku untuk menginap dan bermain di farm ini, aku sudah menganggapnya seperti kakekku sendiri dan dia juga sudah menganggapku seperti cucuknya sendiri kami sering berkirim surat satu sama lain. Aku datang kesini untuk menengok keadaannya karena sudah lama dia tidak membalas suratku dan sekarang aku sudah tau kenapa dia tidak membalas surat dariku hiks…hiks…hiks " lanjutnya dan mulai menagis kembali karena tidak bisa menahan kesedihan yang ada di dirinya.
" hey kau kan laki-laki, dan laki-laki harus kuat jangan menangis seperti ini " ucap gadis pirang itu mencoba menenangkan Jack. " aku tahu apa yang kau rasakan, memang sangat berat untuk menerima kenyataan kalau orang yang kita sayang telah pergi untuk selama-lamanya tapi itu sudah takdir dari yang Maha Kuasa " sambungnya.
Jack pun terteguh dengan ucapan gadis itu, dia pun berhenti menangis dan menatap gadis pirang yang berada di depannya iris coklat Pete bertemu dengan iris biru langit milik gadis pirang itu, gadis itu pun mengambil sapu tangannya yang ada didalam saku dan memberikannya Pada Jack untuk mengelap air mata yang membasahi wajahnya, Jack pun menerimanya dan mencoba tersenyum walau hatinya masih terasa sangat sakit.
" kau benar aku harus kuat " ucap Jack sambil membersihkan wajahnya.
" namamu Jack ya? , perkenalkan aku Claire " ucap gadis itu tersenyum memperkanalkan diri sambil mengulurkan tanganya pada Jack.
" ya, senang berkenalan denganmu Claire " ucap Jack dan bersalaman dengan Claire.
" oh iya. perkenalkan aku namaku Mayor Thomas, aku walikota desa ini " ucap pria paruh baya itu memperkenalkan diri pada Jack.
" senang bertemu denganmu Mayor, jadi sekarang siapa yang mengelola farm ini " tanya Jack sambil bersalaman dengan Mayor.
" sebenarnya farm ini tadinya di wariskan padamu, tapi kau tak kunjung datang jadi aku menjualnya, dan sekarang sudah di beli oleh nona Claire " jelas Mayor Thomas dengan agak menyesal.
" loh kok bisa begitu " tanya Jack heran karena farm yang harusnya jadi miliknya malah seenaknya di jual oleh sang Mayor.
" habis kau baru datang sekarang. Sudah berapa kali aku mengirimimu surat pemberitahuan untuk mengurus kebun ini tapi kau tak datang-datang dan akhirnya farm ini menjadi terbengkalai seperti ini jadi terpaksa aku jual agar tidak terbengkalai terus dan kebetulan nona Claire tertarik dan membeli kebun ini " jelas Mayor.
" ya maafkan aku Mayor seben –"
" heh sebenarnya aku tertipu bukan tertarik, karena farm ini tidak sesuai dengan yang tertulis di iklannya " ucap Claire dengan nada jengkel memotong perkataan Jack.
" sudahku bilang berapa kali!, itu bukan kesalahanku tapi perusahaan pembuat iklan itu yang telah menipumu" ucap Mayor membela dirinya. hingga akhirnya malah Mayor dan Claire berdebat siapa yang salah di antara mereka, Jack hanya bisa cengo melihat perdebatan sengit antara sang Mayor melawan Claire.
30 menit kemudian.
Claire masih terus berdebat dengan Mayor Thomas dan Jack hanya bisa menjadi penonton dan tak berani melerai, tapi di satu sisi dia ingin bertanya pada mereka dimana letak makam sang kakek dan akhirnya dia mulai mengumpulkan keberanian untuk bertanya pada mereka.
" bisakah kalian berhenti seben –"
" DIAM KAU! " bentak Mayor dan Claire bersamaan memotong ucapan Jack. Jack mulai jengkel dengan mereka berdua.
" HEY AKU HANYA INGIN BERTANYA DIMANA KAKEK DI MAKAMKAN! ? " teriak Jack yang mulai habis kesabarannya dan tidak dapat mengontrol emosinya.
Claire dan Mayor mulai berhenti berdebat. Wajah mereka terlihat takut dan berkeringat karena melihat wajah Jack memerah dengan urat-urat yang terlihat di dekat kepalanya sambil mengacung-ngacungkan sabit yang ada di dekatnya.
" di tempat pemakaman umun di dekat masjid desa " jawab Mayor dengan wajah penuh keringat.
" J-Ja-Ja-Jack, em…bi-bisa kau ke-kembalikan sa-sa-sabit milikku! " pinta Claire gelagapan karena takut .
" oh maaf Claire, abis kalian tadi membentakku, aku jadi ikutan kesal " jelas Jack dengan tersenyum lebar dan menyerahkan sabit itu pada Claire, " kalo naro benda tajam seperti ini jangan sembarangan bisa saja melukaimu atau orang lain " sambung Jack menasihati Claire.
" sebenarnya kaulah yang hampir melukaiku " pikir Claire , " oh iya makasih Jack " Claire tersenyum dan mengambil sabitnya dari Jack.
" Pak Mayor bisakan kau mengantarku kesana? " pinta Jack.
" oh iya tentu saja " ucap Mayor dengan senang hati, akhirnya Mayor mengentarkan Jack menuju pemakaman umum yang berada di dekan masjid desa. Meninggalkan Claire yang mulai sibuk membersihkan ladangnya.
Di Jalan desa dekat pourty farm -
setelah berjalan melewati toko pandai besi Pete tertarik dengan sebidang tanah kosong yang bersebelahan dengan Pourty farm, Jack melihatnya dan ada papan yang bertuliskan di jual.
" hey pak Mayor siapa pemilik tanah kosong ini " tanya Jack yang sedang memandangi lahan kosong di depannya.
" oh ini sebenarnya lahan ini juga punya kakekmu juga " ujar Mayor Thomas " apa kau ingin menempatinya? "
" boleh juga, tapi jika kau mengijinkannya " jawab Jack " memangnya uang hasil menjual harvest farm kau gunakan untuk apa? " tanya Jack sinis dan mulai tidak suka dengan mayor Thomas karena dengan seenaknya menjual sesuatu yang bukan haknya. Jack Bukan ingin mendapatkan warisan dari sang kakek tapi dia tidak suka dengan sikap sang Mayor.
" tenang saja aku tidak memakai uang itu untuk kepentinganku sendiri tapi aku gunakan untuk merenovasi masjid di desa ini, toh itu juga akan menjadi amalan untuk kakekmu di akhirat sana " jawab Mayor yang mengetahui kalau Jack mulai tidak suka dengan keputusannya yang telah menjual harvest farm. " tentu saja aku mengijinkannya, anggap saja ini sebagai penggenti dari harvest farm yang telah di beli oleh nona Claire " sambungnya
" kau serius Pak Mayor " Jack pun tersenyum setelah mendengar ucapan sang Mayor, sepertinya dia telah salah sangka dengan sang Mayor.
" tentu saja, aku juga akan membuatkan rumah untukmu " jelas Mayor Thomas.
" wah terimakasih Pak Mayor " Jack merasa senang karena sekarang dia bisa tinggal di desa mineral " ayo kita lanjutkan perjalana Pak Mayor " ajak Jack. Mayor Thomas hanya mengangukan kepalanya lalu mereka kembali berjalan menuju masjid desa.
Bersambung….
Akhirnya selesai juga Chapter 1 ini. Saya mohon maaf jika masih banyak kesalahan pada fanfic ini
Mohon kritik dan sarannya, saya tunggu reviewnya
