A/N:

ini pairing Sougo x Hijikata kedua saya. jika masih ada yang bertanya-tanya, ini Hijikata-uke :p

mmm... karena summarynya sudah kutulis di depan, dan tidak ada WARNING lain selain fic ini adalah Shonen-ai...kalau begitu

ENJOY : )


Hari itu Okita Mitsuba meninggal...

Disaat yang hampir bersamaan HIjikata masuk ke rumah sakit. Si bodoh itu...menyerang kelompok teroris sendirian. Dia menang tapi bayaran atas kemenangannya cukup besar.

Hampir 24 jam berlalu dan Hijikata belum siuman. Tubuh pemuda itu dibalut banyak perban dari bagian kepala, pergelangan tangan, dan yang paling parah perut. Dia kehilangan cukup banyak darah dari luka-luka di bagian tersebut.

"Senekat apa dia?"

Untuk dua jam kedepan Sougo yang menemani pemuda penuh luka tersebut. Ia duduk di kursi pengunjung yang terletak tepat di sebelah ranjang pasien.

Mata coklatnya terus memperhatikan Hijikata yang sedang berbaring lemah, namun pikirannya tidak memikirkan Hijikata melainkan Mitsuba, kakaknya

Jika kau masih ada...apakah kau juga akan marah seperti Kondo-san, Aneue?"

Sebelum Hijikata tidak sadarkan diri. Dia masih sempat berbicara dengan Kondo, bahkan masih bisa-bisanya menyuruhnya kembali ke rumah sakit untuk menemani kakaknya di saat-saat terakhirnya.

Yang paling mengejutkan Kondo menampar Hijikata lalu mencerahi pemuda nekat itu. Nampaknya ia menyesal dia berniat meminta maaf pada Kondo tapi sebelum ia berbicara. Dia ambruk dan tak sadarkan diri sampai sekarang.

Okita menghela nafas panjang sebelum bangkit berdiri dari kursinya. Ia ingin membeli sekaleng jus di mesin minuman yang berada di bawah tangga akhir koridor.

Sebelum ia mengulurkan tangannya untuk menjangkau knop pintu. Ia mendengar suara Hijikata "hmm...dimana aku?" ia segera menoleh ke belakang. Hijikata sudah sadar!, ia segera berjalan cepat mendatangi kasur

"Kau berada di rumah sakit" jawab Okita lalu kembali duduk di kursinya "kau membuat Kondo-san cemas dan...dia masih marah dengan perbuatan sembronomu"

"Ooh...Sougo" kepala Hijikata bergerak lebih lambat dari biasanya. Dia tidak mendengar ocehan Okita tapi ia cukup sadar untuk mengetahui siapa yang duduk di sebelahnya "berapa lama aku..."

"Hari sudah berganti sebelum kau bangun" terang Sougo "jika kau merasa sudah baikkan. Lebih baik kau beristirahat di markas, tidak tahu nanti apa yang akan terjadi jika kau kelamaan di tempat...umum dalam keadaan lemah seperti ini" ocehnya tanpa berhenti, seharusnya ia tahu kalau kepala Hijikata masih pusing bukan?

Hijikata menghela nafas panjang. Aah di bersyukur masih bisa mengeluarkan nafas dari hidungnya "...kau terdengar seperti ibuku" katanya sambil mengusap belakang lehernya "tapi kau benar" ia mendudukkan dirinya lalu menoleh ke Okita "bagaimana dengan yang lain?"

"Tak ada yang spesial" jawab remaja itu dengan malas "Shinsengumi masih sibuk seperti biasa"

"Lalu...bagaimana denganmu?" tanya Hijikata. Mata birunya menatap tajam remaja itu dengan tajam lalu tanpa sadar ia mengerutkan dahinya, terlihat sedang kesal

"Jangan menatapku seperti itu...aku tidak membolos. Ini giliranku untuk menjagamu" jawab Okita, cemberut

"Tidak. Bukan itu.." Hijikata menggeleng pelan "bukan itu yang kumaksud"

Ah...Hijikata mengkhawatirkannya? Dia tahu kalau Hijikata mencintai kakaknya dan sebagai adik tentu ia juga tidak kalah sedih dari Hijikata

Mereka berdua adalah orang yang paling sedih atas meninggalnya Okita Mitsuba

"Aku bahkan tidak menangis"

Bukannya justru itu lebih mengkhawatirkan? Pikir Hijikata. Ia mengenang kembali waktu dimana ibunya tercinta meninggal, ia tidak menangis. Karena ia tidak percaya jika wanita itu mati.

Hal tersebut membuat keluarga 'Hijikata' membicarakannya. Mereka bilang ia tak punya hati karena tak menangis atau menunjukkan beberapa ekpresi yang menunjukkan kesedihannya.

Dia tahu betul bagaimana perasaan Okita sekarang. Dia pernah mengalaminya, pernah merasakannya sebanyak dua kali. Ibunya lalu kakaknya.

"Baguslah. Jika kau menagis kau akan membuatku merinding" tapi Hijikata tak menunjukkan rasa simpatinya lebih jauh lagi "itu diluar karaktermu" tambahnya

"Kau berkata seolah aku adalah orang yang kejam Hijikata-san" Okita memutar bola mata coklatnya "jadi kau siap kembali, atau kau masih terlalu lemah?"

"Tentu aku kembali. aku ingat betul berapa banyak dokumen yang belum kuperiksa...jika Yamazaki masih belum menambahnya"

"Kau bekerja keras Wakil komandan" kata Okita sambil menyeringai

Hijikata cemberut mendengarnya dari remaja itu. Jika dia yang mengatakannya entah kenapa terdengar seperti ejekan "kau saja yang terlalu malas" balasnya

Setelah mengurus administrasi rumah sakit. Okita kembali ke markas bersama Hijikata dengan mobil patroli. Sebelumnya ia sudah menelpon Kondo tentang Hijikata yang sudah 'membaik' dan ingin kembali. Mulanya si komandan enggan membiarkan Hijikata untuk kembali dan memintanya untuk beristirahat di rumah sakit lebih lama lagi. Tapi tahu sendiri sifat Hijikata seperti apa, dia bersikeras diijinkan untuk kembali.

Dengan bantuan Yamazaki di seberang sana, untuk membujuk atasan mereka. Akhirnya Kondo mengijinkannya.

Okita yang mengemudi sementara Hijikata duduk di sebelahnya. Sesekali Okita melirik Hijikata. Pemuda di sebelahnya nampak tenang, dia tidak merokok, mungkin tidak mau dimarahi Kondo-san karena pulang sudah dengan bau rokok.

Hijikata memakai kaos putih dengan celana jeans panjang berwarna gelap. Perban di lengannya sudah di lepas. Namun jelas perban di perut dan kepala masih belum boleh. Kalau seperti ini ia nampak seperti pemuda biasa bukan wakil komandan iblis.

Tanpa seragamnya dia adalah pemuda yang hanya ingin melindungi wanita yang di cintainya.

Seberapa banyak Hijikata-san mencintai Aneue? Mau tak mau Okita memikirkannya. Bagaimana rasanya dicintai olehnya?

Pasti menyenangkan sekali...

OXO

jika Hijikata mencintainya dia akan senang sekali...

Ini bodoh tapi dia ingat betul pertemuan pertama mereka.

Beberapa tahun yang lalu. Tiba-tiba saja Kondo membawa seorang gadis cantik yang mungkin seumuran dengan kakaknya. Gadis itu memiliki rambut hitam panjang lurus yang diikat ekor kuda, memakai yukata berwarna biru. Yang membuatnya khawatir badan gadis itu kotor dan penuh luka.

Tapi ternyata gadis itu adalah Laki-laki. Ya ampun. Dia yakin matanya normal, bagaimana mungkin ia salah laki-laki dan perempuan?

Padahal dia sudah terlanjur menyukai 'gadis' itu...

Benar. Hijikata adalah cinta pertamanya. Sial, kenapa dia tidak memotong rambutnya agar aku tak salah sangka! Pikirnya

Dia kira perasaannya akan tandas begitu saja setelah mengetahui kalau orang yang disukainya adalah; laki-laki. Tapi ternyata tidak, semakin hari dia bersama Hijikata perasaannya tumbuh, dan rasanya aneh sekali.

Hijikata orang yang rajin dan pantang menyerah. Ia keras pada dirinya sendiri tapi berusaha melindungi dan membantu teman-temannya. Dia juga pandai memasak dan memiliki selera aneh untuk peneman makanan dan minumannya yaitu Mayones seperti kakaknya yang tergila-gila dengan cabe.

Hijikata itu laki-laki ! Tidak peduli dia sesempurna apa, tetap saja tidak mungkin dia yang laki-laki mencintai Laki-laki lain.

Tidak lama kemudian kakaknya juga menyukai Hijikata dan kelihatanya perasaan mereka berbalas.

Kiranya itu adalah saat yang tepat untuk mengakhiri perasaanya. Namun semakin mereka bersama ia semakin membenci Hijikata. Ya, cintanya berubah menjadi kebencian.

Kenapa?

Dari dulu ia sudah mengetahui jawabannya. Itu karena...

"Hei!" Suara Hijikata membuyarkan lamunannya "kau melamun.." tegurnya ringan tidak membentak seperti biasa "banyak kasus kecelakaan karena melamun dan mengantuk apa kau ingin membuat kita menjadi salah satunya?" omelnya "aku tidak mau berakhir di rumah sakit lagi"

Tanpa sadar Okita menoleh lalu tersenyum. Membuat Hijikata kembali mengoceh "kenapa dengan senyum itu? Apa maksudnya?"

"Untuk orang yang masih terluka, kau banyak berbicara Hijikata-san" jawabnya masih tak menghilangkan senyuman di bibirnya

"Jika aku tidak terluka, aku pasti sudah mendampratmu!" nada suaranya berubah menjadi lebih menekan

"...baiklah, baiklah...kau diam saja" Okita melambaikan salah satu tangannya lalu kembali berkonsentrasi pada jalanan.

Mobil mereka sudah memasuki halaman parkir markas. Okita menghentikan mobilnya setelah menempatkan kendaraan tersebut di tempat yang kosong. Sambil mencabut kuncinya dia menoleh ke samping "Hijikata-san kita sampai" katanya

Manik coklatnya melebar melihat pemandangan di sebelahnya. Hijikata tertidur pulas, seketika itu juga wajahnya memerah. Baru kali ini ia melihat Hijikata-san yang tak berdaya, di sebelahnya.

Kalau saat dia terluka sih memang bukan kemauannya untuk tak berdaya di depannya. Padahal berkali-kali ia mencoba membunuhnya dengan melemparinya granat saat tidur, Hijikata selalu bisa menghindar bahkan membalas balik.

"Hijikata-san" panggilnya lembut seraya mengoncang tubuh si wakil komandan "kau tidak mati bukan?"

"Zzz..."

Okita menghela nafas panjang ...mau bagaimana lagi" gumamnya sebelum membuka pintu di sebelahnya

...

"...ha?"

Hijikata mendudukkan dirinya berlahan, lalu mengedipkan matanya beberapa kali. Dia ingat betul sebelumnya dia dia berada di bersama Okita, namun tiba-tiba saja dia sudah berada di kamarnya. Dan entah bagaimana, ia sudah memakai yakata hitamnya dan duduk di atas futonnya.

"Siapa yang..." ia bergumam sambil menguncang kepalanya sendiri. Setelah beberapa saat, bayangan Sougo muncul di benaknya

"Dia bahkan mengganti pakaiananku?" tanyanya sendiri sambil menaikkan salah satu alisnya. Dia tidak percaya dengan dugaannya...tidak akan.

.

.

.

.

.

.

.

.

TO BE CONTINUE...