Only Today
-Inspired from JKT48's Song-
A Naruto Fanfiction
U. Sasuke x H. Sakura
Romance with Hurt/Comfort's Fanfiction
"Kamu cukup menemani saja
Di sampingku... menjadi orang terdekat
Sama seperti dahulu tanpa berubah.."
Aku baru saja menaiki sebuah bus, lalu memilih tempat duduk di bangku bagian belakang. Dua kursi tak terduduki. Menarik tangannya yang kugenggam sejak dari halte tadi. Tanpa memikirkan persetujuannya. Toh, ia juga sering seperti itu, sedangkan aku? Hei ini pertama kalinya aku melakukannya—tak meminta persetujuan.
Akhirnya kami—aku dan dia—duduk bersisian. Tangan itu masih tak kulepaskan. Masih kugenggam seiring dengan bus yang melaju. Aku tahu ia tipe orang yang berbicara seperlunya, biasanya akulah yang membuka pembicaraan dan ia menanggapi. Namun saat ini, aku tak melakukannya. Aku memilih diam. Menikmati gerakan bus yang membuat bahu kami berbenturan.
Bus yang kosong ini harusnya sunyi tapi detakan jantungku yang berdegup kencang membuat semuanya menjadi ribut. Rasa-rasanya, pria di sampingku ini bisa mendengarnya. Itu memalukan. Aku tak menyukai tapi menyukainya.
Ternyata begini rasanya menyukai sahabat sendiri. Seperti berada di bawah peta pilihan. Membuatku berpikir untuk menentukan pilihan yang terbaik—untukku atau tak baik untuknya. Entahlah. Semua terasa membingungkan.
Tapi akhirnya aku berada di sini dengannya. Di dalam bus yang kosong ini. Hanya ada kami berdua dan pak sopir di depan. Lalu saat bus berhenti di halte dekat pantai kami turun. Masih dengan aku yang menggenggam tangannya dan udara yang dingin menyambut kedatangan kami.
Aku menariknya kembali. Mengajaknya ke depan vending machine yang berada di pinggir jalan. Memasukkan koin dengan tanganku yang bebas dan memilih sekaleng kopi hangat. Suara kaleng kopi yang terjatuh terdengar nyaring sebelum aku kembali menjulurkan tangan untuk mengambilnya.
"Cukup hangat 'kan, Sasuke-kun?" tanyaku sambil menggoyang-goyangkan kaleng kopi tersebut di depan wajah sahabatku ini.
Ia melihatku dengan tatapan datarnya lalu menjawab, "...hn." seperti yang kuduga.
Kumasukkan sekaleng kopi itu ke dalam saku jaketku lalu menarik tangan Sasuke yang kugenggam bersamaan dengan tanganku ke dalamnya. Hanya sedetik aku dapat merasakan ketegangan dari tubuhnya.
"Sekarang jadi lebih hangat 'kan?" aku mencoba memberikan kesan cute dengan memiringkan kepala saat bertanya tapi Sasuke tak menjawab, ia hanya melihat ke arah pantai.
Tangan Sasuke yang hangat ini dan rasa hangat dari kaleng kopi hangat ini menjadi satu. Terasa menyatu dengan kulit tangannku.
"Hei, Sasuke-ku, gomen ne.." focus Sasuke berpindah ke arahku, "..sudah mengajakmu kesini." Lanjutku dengan senyum di bibirku.
"Hn."
Aku sudah biasa dengan jawaban absurd Sasuke. Kali ini trademark andalan bungsu Uchiha berarti tidak apa-apa.
"Aku sudah tau dari kemarin. Kau dan Ino sudah menjadi sepasang kekasih." Aku tertawa sebentar. "Tak apa. Aku tahu akan jadi seperti ini, harusnya aku lebih jujur."
Pada perasaanku dan padamu bahwa aku.. "Menyukaimu... mencintaimu sejak dulu. Maaf telah lancang melakukannya."
Akhirnya aku memilih untuk terbaik untukmu yang kuharap esok akan menjadi terbaik untukku juga.
Sasuke menarik tangannya dari dalam sakuku.
"Ternyata benar?"
"Apa?"
"Kau menyukaiku! Ternyata perkiraanku benar." Aku menyentuh tengkukku dengan ragu. Kebiasaanku saat takut berkata iya. "Maaf." Sasuke melanjutkan.
Aku buru-buru menggerakkan kedua tanganku ke depan dada. Menolak kata maafnya.
"Aku tidak akan melakukannya lagi. Ya, aku tidak akan melakukannya lagi jika kau menemaniku hari ini."
Cukup lama aku menunggu persetujuan sahabatku itu hingga tanganku kembali ke kedua sisiku pun ia lalu berujar, "Hn."
Anggap saja ini adalah kencan. Kencan pertama dan terakhirku dengan sahabatku sendiri. Membiarkan dia mengikuti cintaku yang konyol ini sampai mentari terbenam nanti. Biarlah semua berjalan, semoga saja jalannya seperti yang kuinginkan karena bagiku hari ini adalah salah satu moment penting yang harus kuabadikan.
Aku tak meminta Sasuke menjawab pernyataan cintaku. Cukup dengan ia yang tak menolak permintaanku untuk ke sini sudah menjadi satu kelebihan yang kudapatkan. Ia tak harus menyukaiku atau mencintaiku cukup dengan ia menjadi orang terdekatku seperti dahulu. Tanpa ada perubahan.
Di pasir pantai putih ini aku dengannya berdiri bersisian. Pasir pantai yang sepertinya akan kurindukan dan air pantai mulai terlihat lebih indah dengan gradien jingga-nya yang terbentuk dari matahari senja yang mulai terbenam.
Untuk hari ini. Terima kasih. Sudah menemaniku. Berdua di sini. Jika hari esok datang maka semuanya akan kembali. Kita menjadi tiga orang sahabat.
Aku.
Kau.
Sahabatku dan kau—Ino Yamanaka—sekaligus kekasihmu.
OMAKE
Hari ini malam minggu. Untuk seorang gadis tanpa kekasih sepertiku cukup dengan semangkok es krim di tangan dan acara tv sudah menjadi hiburan. Lama-lama menonton juga membosankan, akhirnya aku hanya memindah channel tanpa tujuan. Telunjukku berhenti menekan remote saat melihat penampilan beberapa orang gadis di telivisi. Mereka menari dengan ceria tapi lirik lagunya...
Bagaimanapun juga kuingin
Ke laut di musim dingin
Turun dari dalam bis yang kosong
Di tengah udara yang dingin
Kopi kaleng dari vending machine
Kumasukkan ke dalam saku
Menggandeng tangan dan menghangatkan
Dinginnya tanpa siapapun
Walau ku tau sekarang
Kamu pacarnya dia
Maafkan aku telah mengajakmu kesini
Kamu cukup menemani saja
Di sampingku menjadi orang terdekat
Sama seperti dahulu
Tanpa berubah
Untuk terakhir kalinya
Ikutilah cintaku yang konyol ini
Sampai mentari terbenam nanti
Kamu menemaniku tanpa ada penolakan
Hari ini bagaiku adalah moment abadi
Di pasir pantai yang kurindukan ini
Ayo lihat mentari sejnai bersama
Berdua 'tuk hari ini
Jika esok tiba semua kembali
Dan menjadi tiga orang teman
...membuatku tersenyum getir. Senja di musim dingin saat Itu. Moment abadi itu.
END.
