Pure Boy

The story about apure boy with idiot man

warning! BoyxBoy, absurd and manymore

MinHyunBin story!

Hope you enjoy my story!

Langit berubah menjadi jingga kala sang surya mulai redup ditelan massa.

Kwon Hyunbin menutup matanya perlahan, menikmati sunyi yang ada. Gemerisik daun yang saling bergesekan membuat nada yang indah, berpadu dengan suara air terjun menghasilkan keharmonian.

Sempurna.

Itulah yang sang pemuda Kwon pikirkan, suasana di desa dekat pegunungan seperti ini memang menjadi tempat refreshing yang menyenangkan setelah setahun lelah dengan pengapnya suasana kota yang bising.

Mata Hyunbin terbuka dan langsung disuguhkan dengan pemandangan hijaunya pepohonan, warna-warni bunga dan birunya danau juga pemandangan seorang pemuda cantik dengan hakama biru yang indah.

Hwang Minhyun.

Iya, nama pemuda cantik itu adalah Hwang Minhyun, pemuda cantik dengan tinggi semampai itu adalah putra dari pemilik penginapan tempat Hyunbin menginap.

Pertama kali melihat Si bungsu Hwang, Hyunbin merasa seperti melihat malaikat. Tata krama yang baik, senyum tipis yang menenangkan, wajah cantik proposional dan kepribadian yang tenang nan anggun layaknya putra bangsawan.

Perlu Hyunbin akui bahwa ia jatuh cinta pada seorang Hwang Minhyun dan ia bersyukur mendapatkan kamar yang jendelanya menghadap langsung pada taman bunga dan danau buatan, karena dari pengamatan selama seminggu, pemuda berusia 20 tahun itu tahu si bungsu Hwang memiliki kebiasaan untuk membaca buku di bawah pohon oaks dekat danau pada sore hari hingga mentari hilang ditelan waktu.

Minhyun terlihat menutup buku yang tengah ia baca saat gelap mulai merajai, dan seketika Hyunbin menghela nafas kecewa, inilah massa dimana ia benar-benar mengutuk datangnya malam.

Sang pemuda Hwang beranjak dari duduknya, menepuk-nepuk belakang hakama sebelum berjalan dengan buku yang ia dekap di dada.

Dan Hyunbin benar-benar tak percaya saat sosok 'malaikat'nya menoleh kearahnya sambil melontarkan senyum yang indah.

Nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan?

Dan begitulah akhirnya seorang Kwon Hyunbin menuliskan hari ini sebagai hari yang bersejarah dalam hidupnya.

Pagi ini berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya. Hyunbin telah terbangun bahkan saat ayam belum berkokok dan mentari belum menampakan sinarnya.

Kabut tipis masih terlihat di sekitar villa penginapan milik keluarga Hwang kala Hyunbin memilih untuk berjalan-jalan di sekitar penginapan. Rasa dingin yang menusuk tak dihirauakan, mood Hyunbin sedang bagus-bagusnya pagi ini apa lagi saat manik oniksnya mendapati pujaan hatinya tengah berjalan sambil menggosok mata dengan tangan dan di mata seorang Kwon Hyunbin , Hwang Minhyun terlihat begitu imut. Kapan lagi ia bisa melihat sisi imut si bungsu Hwang yang anggun.

" Selamat pagi Hwang Minhyun-sshi," Suaranya ia buat sedalam mungkin saat Hyunbin memutuskan menyapa Minhyun dengan senyum tampan yang sengaja ia pasang.

"Ah~ Selamat pagi Hyunbin-sshi" Minhyun terlihat agak terkejut sebelum melukiskan senyum manis diparasnya sambil menundukan badannya sedikit.

Hyunbin tersenyum semakin lebar. Akh betapa indahnya pagi ini ~~

" Apa yang sedang Hyunbin-sshi lakukan pagi-pagi seperti ini?" Tanya Minhyun dengan raut bingung, setahunya pemuda di depannya bahkan hanya akan keluar kamar saat waktu makan telah tiba, tamu termuda di penginapan orangtuanya itu memang lebih senang mendekam di kamar daripada berjalan-jalan.

"Akh, aku sedang ingin berjalan-jalan saja, aku bosan jika terus berdiam diri di kamar..." Jawab Hyunbin. Minhyun mengangguk-angguk tanda mengerti.

"Pagi-pagi begini? Apa tidak sebaiknya menunggu setelah sarapan terlebih dahulu?"

Hyunbin tersenyum -lagi- sebelum menggeleng.

" Aku ingin melihat matahari terbit, bagaimana jika Minhyun-sshi menemaniku melihat matahari terbit?" Ok, sepertinya Hyunbin sudah menjalankan aksinya dalam mendekati Minhyun. Minhyun terdiam sejenak sebelum mengangguk.

"Dengan senang hati, jika Hyunbin-sshi mau menunggu saya menyiapkan bekal, saya tahu tempat yang bagus untuk menikmati pemandangan matahari terbit," Tawar Minhyun yang tentu saja disambut anggukan antusias si pemuda Kwon.

"Tentu saja,"

Waktu baru menunjukan pukul 5.49 a.m saat Hyunbin dan Minhyun sampai di sebuah bukit di belakang penginapan keluarga Hwang.

Minhyun berjalan di depan Hyunbin dengan bungkusan berwarna biru berisi bekal sarapan mereka berdua, tubuh semampai Minhyun seperti biasa dibalut dengan hakama berwarna violet bercorak bunga sakura sedang Hyunbin mengikuti dengan nafas terengah memakai jaket sport berwarna hitam bergaris merah juga celana training senada.

"Tada~~" Minhyun berkata dengan antusias. Hyunbin tersenyum melihat betapa excitednya sang pujaan hati. "Ini adalah tempat terbaik untuk melihat matahari terbit," Lanjut Minhyun.

Hyunbin hanya diam sambil mengangguk kecil, merasa sangat beruntung mendapatkam momen langka Minhyun yang bersemangat.

Hening sesaat.

Minhyun berjalan menuju ujung bukit dimana terletak bangku panjang usang. Hyunbin mengikuti dalam sunyi.

" Dulu, aku sering pergi ke sini bersama sahabat-sahabatku," Minhyun memecah keheningan saat bias-bias fajar baru saja menyingkap embun. "Bersama Jonghyun, Aron, Ren dan Dongho. Aku selalu diseret mereka kesini saat pagi-pagi buta," Senyum terlukis di wajah cantik Minhyun namun bukan senyum tipis nan formal biasanya tapi senyum bahagia sarat akan nostalgia.

'Kami tertawa, berbagi hal konyol bersama, dan saat itu adalah saat paling bahagia dalam hidupku dan saat dimana pertama kalinya aku mengabaikan segala aturan yang dibuat ayahku,"

Mata hazel Minhyum menatap langit yang mulai berwarna orange karena fajar yang mulai menembus kabut awan.

"Akh~~ Kenapa saya malah menceritakan hal seperti itu pada Hyunbin-sshi," Minhyun menoleh pada Hyunbin yang tengah menatap kearahnya dengan pandangan yang dalam.

"Tak apa, kau bisa bercerita apapun padaku," Ujar Hyunbin.

Dan beberapa detik kemudian Hyunbin menyesali kata yang ia lontarkan saat kecanggungan menyusupi atsmoshpore mereka.

"Ah~~ Lihat matahari mulai terbit~" Minhyun berujar, memcah kecanggungan. Hyunbin menghela nafasnya merasa bersyukur terlepas dari wuasana awkward yang menyiksa.

"Bukankah indah?" Tanya Minhyun sambil hazelnye terus menatap Sang surya yang mulai terlihat mengintip malu-malu dari balik pegunungan.

Hyunbin mengangguk, matanya terfokus pada pemandangan indah. Iya pemandangan indah namun bukan pemandangan yang sama yang tengah dilihat Minhyun, pemandangan indah yang Hyunbin maksud adalah wajah cantik Minhyun yang tersiram sinar mentari, membuat sang pemuda cantik pujaan hati terlihat makin mempesona.

"Ya. Sangat indah,'

Minhyun menoleh kala dirasa definis indah yang dimaksud sang tamu berbeda dengannya. Dan betapa kaget dan malunya si bungsu Hwang kala ia mendapati wajah tampan Hyunbin yang menatapnya sarat akan kekaguman, membuat Minhyun salah tingkah sendiri.

"Aku kira pemandangan sang mentari yang datang menuju singgasananya kalah indah dengan wajah damai milikmu," Ujar Hyunbin sambil menghapus jarak diantara mereka, menyatukan kedua belah bibir sambil memejamkan mata, menyesap manisnya permata lembut nan kenyal milik sang pujaan hati.

Tak ada ronta yang berarti, Minhyun hanya terdiam sebelum ikut memejamkan mata, ikut menikmati saat bibir tebal milik sang tamu menyesap lembut bibir tipisnya.

Itu memang hanya sebuah ciuman sederhana dan polos namun tak akan pernah terlupakan bagi Minhyun, karena itu adalah ciuman pertamanya.

Hari telah beranjak siang kala Hyunbin dan Minhyun kembali ke penginapan, Tuan Hwang dan Nyonya Hwang terlihat tengah menunggu dengan raut gelisah, dan marah -hanya di wajah sang kepala keluarga- di ruang depan.

"Aku pulang abeo-"

PLAK!

Bahkan belum selesai Minhyun menyelesaikan kalimatnya, sebuah tamparan telah melayang dan mengenai pipi persolen sang bungsu Hwang. Hyunbin bahkan belum sempat sadar akan apa yang terjadi saat Minhyun jatuh terduduk setelah menerima tamparan dari kepala keluarga Hwang.

"Aku memang menyediakan jasa penginapan tapi aku tak pernah mengajarkanmu menjadi jalang!" Kata-kata yang dilontarkan Tuan Hwang membuat Hyunbin tertohok dan tak mengerti situasi yang tengah ia hadapi.

"Maaf abeoji," Tak ada penyangkalan dari Minhyun dan hal itu menjadi alasan seorang Kwon Hyunbin murka.

"Kenapa kau harus meminta maaf akan hal yang tak kau lakukan?" Ujar Hyunbin sembari membantu Minhyun untuk berdiri.

Dengan berani Hyunbin bahkan menatap mata Tuan Hwang sebelum kembali berujar.

"Bagaimana bisa Tuan menuduh anak Tuan sebagai jalang saat ia bahkan tak melakukan hal yang hina?" Ucap Hyunbin dengan penekanan disetiap katanya.

"Ia pergi pagi-pagi buta dengan seorang yang tak dikenal bukankah itu membuktikan bahwa ia jalang? Tak ada yang tahu apa yang kalian lakukan!" Nada kemarahan begitu kentara disetiap kalimat yang Tuan Hwang lontarkan.

"Kami bahkan hanya pergi dan seperti yang Tuan tahu, tak ada yang tahu apa yang telah kami lakukan selain kami dan Tuhan dan aku bersumpah demi nama Tuhan tak ada hal hina apapun yang kami lakukan!" Sentak Hyunbin membuat Tuan Hwang terdiam untuk waktu yang lama sebelum menyeret Minhyun yang berada di belakang punggung Hyunbin dan menyerahkannya pada sang istri dengan kasar.

"Bawa dia ke kamarnya!" Titah Tuan Hwang, "Dan kau! " Lanjut Tuan Hwang dengan menunjuk tepat ke wajah Hyunbin "Pergi dari penginapanku dan jangan kembali lagi!"

Minhyun meringkung dalam kamarnya dengan 3 luka cambuk dipunggungnya.

Inilah kehidupannya sebagai putra keluarga Hwang yang terhormat, tak akan ada yang bisa ia lakukan atas tuduhan yang dilontarkan orangtuanya bahkan saat tuduhan itu tak berdasar dan tak terbukti.

Menjadi putra keluarga Hwang bukan hanya menjadi orang dengan pribadi lemah-lembut selayaknya pangeran dan tutur bahasa yang telah diatur dan peraturan yang haram untuk dilanggar, menjadi putra keluarga Hwang juga berarti tak boleh terlalu dekat dengan siapapun.

Minhyun tertawa miris dengan air mata yang jatuh dari kristal indahnya.

Sekali lagi ia kehilangan teman dan mungkin cinta pertamanya.

Ia bahkan hanya menikmati kebersamaan yang nyata dengan sang pujaan hati selama beberapa jam setelah sekian lama hanya bisa menatap si pria Kwon dari kejauhan.

Dan akhirnya semua tentang kehidupan normal hanya menjadi angan semata.

Malam telah begitu larut saat Minhyun terbangun dari tidurnya setelah lelah menangis.

Suara ketukan di jendela kamarnya mengusik Minhyun, membawa si pemuda cantik untuk membuka jendela dan alangkah terkejutnya ia saat mendapati sesosok wajah tampan dengan senyum bodohnya mengulurkan tangan sambil berkata.

"Jika kau percaya padaku dan ingin merasakan sekali saja kebebasan maka genggam tanganku dan aku tak akan membiarkanmu menangis dan kelemahan dengan segala tuduhan yang tak dapat kau sangkal."

Dan hanya dengan itu Minhyun memutuskan menerima uluran tangan Hyunbin, berjalan menembus kegelapan tanpa pernah menoleh kebelakang.

TBC

Bacot's zone :

Hi kawan-kwan tercintahku... perkenalkan aku jijibyugi... kalian bisa manggil aku ji... aku author baru di ffn dan this is ny firat ff hiks... Aku mutusin buat cerita ini karena aku begitu cinta dengan momma-poppa couple... Aku harap kawan-kwan semua sudi memberikan krisan dan comment di kolom review :) semoga kwan-kwan semua menyukai ffku ;)

Bandung, 12 januari 2017

Minhyunbin'slittlePrincess with Prince SeonHo