"Berhenti ikut campur urusan orang lain, Sakura."
"Aku hanya bertanya padamu. Lagipula, kau bukan orang lain, kan?"
"Berhenti ikut campur kubilang. Urusi saja urusanmu sendiri."
"Kau … marah, Sasuke-kun?"
"…"
"Sasuke—"
"Aku hanya … lelah."
"Kau membenciku?"
"Bukan begitu. Kita semakin dewasa tetapi kau masih selalu mengandalkanku."
"Berarti kau membenciku, kan, Sasuke-kun?"
"Tidak, Sakura. Aku hanya—"
"—baiklah. Maafkan aku. Mulai sekarang aku tak akan menyusahkanmu lagi, Sasuke—"
…kun.
.
.
Two Way Arrows
—dua arah anak panah
©LastMelodya
Disclaimer: all characters belong to Masashi Kishimoto—absolutely
I warn you: AU, miss-typo, miss-OOC(?), a SasuSakuGaa fanfic, DLDR!
.
.
Chapter 1: Prolog
Dua pasang langkah kaki terlihat tengah berjalan santai dengan gerakan statis. Langkah itu begitu berirama, sama. Membuat yang melihat tak segan-segan menyebut mereka sebagai pasangan serasi—hanya karena langkah senada itu.
"Kau tak takut dikutuk oleh Eros, Sasuke-kun?"
Langkah yang berfantofel merah muda kini melambat, membuat sepasang langkah lainnya yang ber-sneakers putih itu sedikit mendahuluinya.
"Hn? Eros?"
Lalu langkah sang fantofel bertambah cepat, berusaha menyejajari sneakers itu. Sampai akhirnya langkah mereka kembali seirama.
"Eros itu adalah dewa cinta. Atau lebih kita kenal dengan nama Cupid. Kau tahu, kan?"
"Hn."
"Hn apa, Sasuke-kun?"
"Hn, aku tahu."
"Nah, bagaimana kalau kau dikutuk olehnya karena meremehkan perasaan cinta?"
"Hentikan pikiran bodoh itu, Sakura."
"Aku serius, Sasuke-kun! Kau tak pernah mendengar mitologi Yunani tentang Apollo dan Dafne, ya?"
Yang dipanggil Sasuke itu hanya mengangkat bahu sekilas, membuat sang gadis yang sedari tadi mengoceh akhirnya merasa lelah dan tak meneruskan perkataannya. Ia hanya memerhatikan Sasuke yang tengah membenarkan tali tas gitar yang dibawa pria itu di bahunya.
Uchiha Sasuke adalah sang pemilik langkah ber-sneakers putih. Langkahnya begitu tenang dan dingin. Mata obsidiannya terpatri jauh pada direksi di depan sana, namun menenggelamkan siapapun yang menatapnya. Wajahnya tegas dan datar, namun memiliki pahatan yang sempurna. Selain mata tajamnya, ada hidung lancip dan bibir tipis yang menggoda. Juga rahang kokoh di sisi wajahnya, membuat rupa pria itu semakin membuat para wanita berdecak kagum.
Dan, oh. Jangan lupakan rambut hitam kebiruannya yang mencuat di bagian belakang. Beberapa helainya dibiarkan begitu saja menyentuh telinganya.
Dan sang pemilik langkah berfanfofel adalah Haruno Sakura. Gadis manis berambut permen karet. Rambut sepunggungnya itu berwarna merah muda, membuat siapapun yang melihatnya tak bisa jika hanya melirik sekali. Ia cantik, begitu kata orang-orang di sekitarnya. Di tambah lagi, netra hijau bening sewarna batu emerald yang ia miliki seolah menjadi poin tersendiri untuk gadis cantik itu.
Yeah, ternyata bukan hanya langkah mereka yang terlihat serasi. Jika dilihat dari penampilan, sepertinya mereka juga cukup serasi.
Kan?
…
"Tou-chan bilang, ada universitas ternama di London memiliki jurusan sastra yang bagus, Sakura-chan."
Sakura menoleh dari balik layar laptop merah mudanya. Keningnya mengerut sekilas menemukan Ibunya tengah berdiri dengan senyum tipis di ambang pintu kamarnya. "Maksud Kaa-chan?"
Melangkah pelan, Mebuki masuk ke dalam kamar anak tunggalnya itu. Ia menatap Sakura sejenak sebelum berucap mantap. "Tou-chan dan Kaa-chan ingin kau melanjutkan kuliah di sana."
Kepala Sakura seperti terbentur sesuatu yang sangat keras.
Memang, dalam hitungan bulan gadis itu sudah akan melepas masa-masa High School-nya. Ia hanya tinggal menunggu ujian akhir dan setelah itu kegiatan yang berhubungan dengan sekolahnya akan selesai. Sakura tahu, beberapa temannya banyak yang sudah memiliki daftar universitas tujuan. Sasuke juga. Dan, ia sadar, ia yang terlalu bergantung ini memang belum memikirkan sama sekali akan kemana nantinya ia melanjutkan studi—meskipun untuk jurusan ia telah yakin mengambil bidang sastra.
Dan lagi, kalaupun ada, ia tak pernah sampai berpikir bahwa ia akan melanjutkannya di luar negeri.
Jangankan luar negeri, luar Konoha saja tidak.
"—chan, Sakura? Sakura-chan?"
Suara lembut Mebuki yang terdengar sayup-sayup membuat Sakura tersadar dari kemelut pikirannya. Ia menggigit bibir pelan. "Ya?"
"Bagaimana?" Mebuki meraih sebelah tangan Sakura dan mengelusnya. "Kau mau, kan?"
Tidak tahu.
Sakura benar-benar tidak tahu harus menjawab apa saat ini. Bukannya tak mau, hanya saja…
"Uhm, akan kupikirkan lagi ya, Kaa-chan." tukas gadis itu pelan seraya memaksakan sebuah senyum manis.
Sang Ibu hanya balas tersenyum lembut, kemudian mengacak rambut merah muda Sakura sekilas sebelum akhirnya bangkit berdiri dan bergegas melangkah ke luar kamar itu. "Pikirkan baik-baik, sayang."
Dan—blam.
Pintu kembali tertutup.
Atensi Sakura kini sudah tidak pada tulisan yang tengah ia kerjakan pada laptop-nya. Kedua emerald-nya menerawang jauh ke dinding-dinding kamarnya.
Rasanya … ia tak siap jika harus meninggalkan Konoha.
Orang tuanya, sahabat-sahabatnya, teman sepermainannya, dan—
—dia.
…
Jika ada alasan Sakura untuk meragu, maka satu-satunya alasan itu adalah;
"London?"
"Hu'um." gadis musim semi itu menggumam pelan. Kedua tangannya tengah memeluk gitar tua milik Sasuke dan jari-jemarinya memetik senar-senar itu dengan asal, sehingga menghasilkan melodi aneh bernada sumbang.
"Itu bagus." Sasuke meraih gitarnya dari tangan Sakura, kemudian dengan terampil memosisikan letak gitarnya sebelum akhirnya asyik terbawa suasana oleh petikannya sendiri. "Kau harusnya bersyukur."
Sakura menoleh ke arah pria di sisinya itu. Sasuke tengah memejamkan mata, dengan alunan melodi halus dari setiap petikan-petikannya yang terdengar indah. Tapi Sakura tahu, pria itu tetap mendengarkannya.
"Aku … aku tak tahu." gadis itu bergumam pelan, dan lagi-lagi menggigit bibir. "Aku belum siap untuk meninggalkan semua ini."
Melodi gitar Sasuke masih terdengar memenuhi kamar apartemen pria itu, Sakura menggigit bibirnya semakin keras.
'Terkadang, aku berharap aku bisa berbakat dalam hal musik juga, Sasuke-kun'
"Bagaimana denganmu?" ujar Sakura kemudian.
Sasuke membuka kedua matanya, menampilkan kembali sang onyx yang beberapa saat lalu bersembunyi. Jari-jemarinya pun ikut berhenti, pria itu kini menyandarkan gitar hitam itu pada dinding di sebelahnya.
"Aku tetap Konoha Music and Art Academy. Memangnya mau di mana lagi?"
Sakura mendesah kesal. Entahlah, ia bingung.
"Kau ini sedang diberi pilihan yang sangat baik, tahu. Tetapi kau bersikap seolah-olah pilihan itu akan membunuhmu nantinya." tandas Sasuke datar. Sakura memutar kedua netranya.
'Kau tak mengerti, Sasuke-kun.'
"Kau aneh." sambung pria itu lagi.
"Kau juga aneh, tak mau jatuh cinta, eh?" balas Sakura mulai kesal.
Sasuke mengerutkan alis tebalnya seraya mendengus kecil. "Cih, tak ada hubungannya."
"Ada. Hubungannya kau mengataiku aneh sedangkan kau sendiri lebih aneh." gadis merah muda itu kembali bersua.
Sasuke menggeram, biner obsidiannya menatap Sakura tajam. "Jangan memancing, Sakura. Urusi urusanmu sendiri."
'Dan membuatmu jatuh cinta adalah urusanku, Sasuke-kun.'
Kedua sahabat itu kini saling diam, saling sibuk pada kemelut pikiran masing-masing. Diam-diam, Sakura mencuri-curi pandang ke arah pria dingin itu lewat ujung matanya. Sasuke terlihat telah kembali memegang gitarnya dan mulai memetik asal senar-senar yang berada di sana. Bahkan suara petikan itu terlampau kecil.
Sakura ingat, pertama kali ia dan Sasuke bertemu adalah saat kepindahan keluarga Sasuke sembilan tahun lalu. Apartemen mereka saling berhadapan, dan dengan mudahnya orang tua mereka menjadi dekat. Sasuke juga memiliki Kakak laki-laki bernama Itachi yang rupanya hampir mirip dengan adiknya itu. Saat itu mereka masih sekolah dasar, sehingga orang tua mereka dengan gencar mendekatkan Sasuke dan Sakura yang seumuran.
Dan itu berhasil.
Sampai akhirnya saat Sasuke memasuki tahun pertamanya di High School, orang tuanya mengalami kecelakaan pesawat saat tengah terbang menuju Paris—kantor cabang Uchiha Corp. Sasuke dan Itachi harus menjadi seorang yatim piatu di umur semuda itu, dan beruntung Itachi berhasil meng-handle perusahaan milik keluarganya sehingga mereka berdua tak hidup dalam kesusahan.
Mereka beruntung selalu mendapatkan sekolah yang sama hingga sekarang. Namun, terkadang entah mengapa ada saat dimana Sakura merasa sifat Sasuke begitu dingin padanya. Dan akhir-akhir ini, gadis itu menyimpulkan itu terjadi karena ia telah banyak merepotkan Sasuke. Mungkin Sasuke bosan padanya.
Sakura tersenyum kecut. Sepertinya, memang Sasuke tak membutuhkan cinta, ya? Walau dari dirinya sekalipun.
"Baiklah, aku akan ke London." ujar Sakura tiba-tiba.
Sasuke menoleh, memberikan seulas senyum tipis untuk sesaat kemudian kembali fokus pada gitar di tangannya.
"Sasuke?"
"Hn?"
Gadis itu menghela napas pelan, kemudian tersenyum menerawang. "Apa kau tahu kisah tentang Apollo dan Dafne?"
Lagi-lagi dengusan keras. "Sudahlah, Sakura. Kalau kau hanya ingin menyebut tentang cinta lagi sebaiknya kau pulang saja."
"Aku hanya bertanya!" balas gadis itu cepat.
Sasuke sama sekali tak menoleh. "Berhenti ikut campur urusan orang lain, Sakura."
"Aku hanya bertanya padamu. Lagipula, kau bukan orang lain, kan?" kali ini suara gadis itu meninggi. Ada apa, sih, dengan pria ini? Mengapa sedari tadi sensitif sekali.
"Berhenti ikut campur kubilang. Urusi saja urusanmu sendiri." tandas Sasuke tegas, tanpa perlawanan.
Sakura terdiam. Suara Sasuke memang tak sekeras suaranya barusan, tetapi nada itu begitu terdengar … berbeda.
"Kau … marah, Sasuke-kun?" tanya gadis itu hati-hati.
"…"
"Sasuke—"
"Aku hanya … lelah." potong Sasuke cepat.
Kedua tangan di sisi tubuhnya mengepal saat Sakura berkata pelan. "Kau membenciku?"
Tak ada jawaban.
Entah mengapa perasaan Sakura menjadi begitu absurd. Ia tak mengerti, apa memang selama ini Sasuke tak menganggapnya atau bagaimana? Apa pria itu membencinya? Kenapa?
"Bukan begitu. Kita semakin dewasa tetapi kau masih selalu mengandalkanku."
Ada likuid yang perlahan menggenang, menutupi pandangan emerald itu. Sakura merasakan dadanya begitu sesak. Jadi, selama ini pria yang ia cintai selalu merasa direpotkan olehnya?
Kau bodoh sekali, Sakura. Bodoh.
"Berarti kau membenciku, kan, Sasuke-kun?" tandas gadis itu dengan suara serak.
"Tidak, Sakura. Aku hanya—"
"—baiklah. Maafkan aku. Mulai sekarang aku tak akan menyusahkanmu lagi, Sasuke—"
Dengan cepat gadis itu bangkit berdiri, dengan tergesa melangkahkan kaki jenjangnya ke arah pintu. Tak dihiraukannya panggilan Sasuke, dan saat tangan kokoh milik Sasuke berhasil meraih lengan kurusnya, Sakura hanya dapat memberontak dengan satu sentakan kasar.
Dan Sasuke tak dapat berbuat apapun lagi.
Juga tak akan tahu tentang takdirnya setelah ini.
Tentang Apollo dan Dafne.
Tentang kutukan sang Eros (Cupid).
Tentang 'cinta' yang ia remehkan.
Dan tentang dua arah panah yang saling berlawanan.
…Sasuke-kun.
…
Karena kesombongannya, Apollo dikutuk oleh Eros (Cupid)
Akibatnya Apollo menjadi mencintai Dafne sedangkan Dafne menjadi sangat membenci Apollo
Dan dimulailah kejar-mengejar antara keduanya
Dafne lari sampai ke ujung dunia dan Apollo mengejar sampai ke ujung dunia
.
.
To be Continued
.
Author's note:
Hello:') long time no see. Rasanya sudah lama tidak muncul untuk menulis fanfic, dan sekarang muncul membawa cerita asdfghjkl seperti ini-_- multichap pula:'(
Sebenarnya memang sudah lama aku ingin membuat fic multi chapter dengan pair SasuSakuGaa. Jujur, ya, aku tiba-tiba jadi cinta banget sama Gaara yang menjadi orang ketiga di antara SasuSaku. Pokoknya, dia orang ketiga yang benar-benar pas lah:')
Dan, oh, ya. Di chapter ini juga aku menyinggung salah satu mitologi Yunani yaitu kisah cintanya Apollo dan Dafne. Karena nantinya beberapa scene cerita ini juga akan di gambarkan 'hampir' sama dengan kisah itu. Akhir-akhir ini aku sedang menyukai mitologi-mitologi Yunani. Terutama kisah cintanya, dan aku ingat dengan kisah Apollo dan Dafne yang angstly ini:'(
Nah, chapter satu ini baru prolog saja. Jadi, inti cerita yang sebenarnya adalah empat tahun yang akan datang. Saat mereka akhirnya kembali dipertemukan kembali setelah sekian tahun berpisah. Jadi jangan kaget ya kalau chapter depan setting-nya sudah di 'empat tahun kemudian'. Maaf kalau pasaran, tapi cerita ini beneran pure ideku, kok:')
Nah, bagaimana chap ini? Aneh? Typo?
Err … keep or delete? Heuheu:3 RnR, please?
LastMelodya
