Pendapat tentang Seiracchi ya ssu? Hm, Seiracchi itu baik, pintar, ceria, dan sangaaaaat baik kepadaku ssu! Kue buatannya enak sekali loh~ Seiracchi itu sudah seperti kakak perempuanku ssu!
"Heee? Sankyuu, Kise-san"
Seira ya? Dia baik. Huh? Lebih spesifik lagi? Ah, apa ya.. Uhm, dia tidak cerewet seperti Satsuki. Dan uhm, kalian jangan kasih tau siapa-siapa ya. Sebenarnya da—
Erominecchi! Jangan bepikiran macam-macam tentang Seiracchi ssu!
"Pffft.."
Seira sangat baiiiik sekali kepadaku! Dia mengajariku cara memasak yang baik! Iya kan, Tetsu-kun?
Benar, Momoi-san. Sejak kecil, Seira-san memang baik kepada semuanya. Dan karena dia juga kita sudah sedikit terbebas dari hujan gunting Akashi-kun
"Ara.. Momoi-san dan Tecchan lucu sekali"
Hm? Pendapatku tentang Seira? Kenapa kalian bertanya seperti itu nanodayo? Dia baik dan ramah. I-ini bukan berarti aku memujinya atau apa nanodayo! Kalian yang bertanya kepadaku!
"Midorima-san tsundere-nya kumat. Hihi"
Seira-chin? Kue buatannya enak. Dia suka membawakan kue kalau datang ke gym. Hm? Ngomong-ngomong kalian ini siapa ya~?
"Sankyuu ne, Murasakibara-san"
Pendapatku? Menarik. Itu saja
"Eh? Menarik?"
Yaaa pokoknya begitu ssu! Kalau begitu.. siap? Se~No!
Otanjoubi Omedetou, Seira Akari!
Layar laptop yang sebelumnya menampilkan sebuah video kini berubah menjadi gelap—pertanda bahwa video yang diputar sudah selesai. Seira tersenyum tipis sebelum akhirnya membalikkan badannya untuk menatap satu per satu ketujuh teman baiknya yang ada didalam gedung olahraga.
"Semuanya, terima kasih. Aku sampai tidak menyangka dibuatkan video seperti ini"
"Seiracchi menyukainya kan ssu? Semua itu idenya Akashicchi loh"
"Akashi-san?"
Iris ruby Seira secara diam-diam melirik figur sang kapten yang duduk dengan tenangnya di bench. Sepertinya ia tidak mengikuti percakapan sedari tadi.
"Ayo kita potong kuenya, Seira-chin~"
"Hum! Baiklah!"
"Jangan lupa untuk membuat permohonan sebelum meniup lilinnya, Seira!"
"Aku mengerti, Momoi-san"
"Siap? Se~No!"
FUUUUUUUUH~~~
"Yeeeeyyyyyyy! Ne, ne.. apa permohonan Seira tadi?"
Seira melemparkan sebuah senyuman yang sama sekali tidak terbaca apa maksudnya. Akashi yang melihat senyuman itu dari bench hanya bisa memprediksi apa saja kemungkinan maksud dari senyuman Seira.
"Hi.. mi.. tsu~ teehee!"
-Everything Ended Here (すべて ここ で 終わった)-
Sequel for: Unspoken Love (無言の愛)
Kuroko no Basuke (黒子のバスケ) Fanfiction
Kuroko no Basuke©Fujimaki Tadatoshi
.
Suasana di siang itu begitu menyenangkan bagi Seira. Putri dari pemilik Yume Group itu kini tengah menikmati pesta ulang tahunnya yang dibuat secara diam-diam oleh para Kiseki no Sedai beserta sang manager.
Sungguh, ia tidak menyangka akan dibuatkan pesta seperti ini. Hari ini, tepat di ulang tahunnya yang ke-17, ia merayakan ulang tahunnya—yang menurutnya paling berkesan seumur hidupnya—di gedung olahraga Teikou Academy ini.
Manik ruby-nya secara perlahan memutar pandangan ke seisi gedung. Ada Murasakibara, Kise, dan Aomine yang sedang bertengkar masalah potongan kue, Midorima yang terlihat kesal akibat pertengkaran dari ketiga rekan setimnya, Kuroko yang kembali mencoba melerai pertengkaran itu, dan Akashi—
—eh? Dimana Akashi?
Seira memijat-mijat keningnya yang merasa pusing mendadak. Ini sudah kedua kalinya Akashi tiba-tiba menghilang dari gedung—lebih tepatnya dari pandangan Seira. Apa Akashi memiliki kemampuan misdirecion juga seperti teman kecilnya itu?
"Kau mencariku?"
Seira langsung terlonjak kaget. Ba-bagaimana bisa Akashi berada dibelakangnya? Dan juga sejak kapan ia ada disana?
Diliriknya Akashi yang kini sedang menyeringai kecil. Huh, lihat. Sepertinya dia senang karena Seira kaget akibat kehadirannya.
"Hmph. Aku tidak mencarimu tuh. Weeeeeee..."
Seira menjulurkan lidahnya pada Akashi. Entah apa maksud dari tindakan itu. Mengejek Akashi kah? Atau mengatakan bahwa tebakan Akashi salah? Tapi bukankah Akashi selalu benar? Atau jangan-jangan—
"Kau sudah tertular virus tsundere-nya Shintarou ya, Seira?"
"Hah? Tidak tuh"
Seira memalingkan wajahnya. Ia tidak mau bertatap mata dengan Akashi. Hm, sepertinya memang benar kalau Seira sudah tertular tsundere-nya Midorima.
"Begitu. Kau tahu kan konsekuensinya jika berbohong padaku, Seira?"
Ini dia! Gunting merah Akashi yang sudah lama Seira tidak lihat sejak insiden 'Akashi-memergokinya-tidak-langsung-pulang-ke-ruma h'. Sudah cukup! Ia tidak mau berurusan lagi dengan gunting itu.
"Baiklah, baiklah. Tadi aku memang mencarimu. Uhm, soalnya aku..."
Seira menjeda perkataannya. Gadis bersurai coklat tua itu mengalihkan pandangannya dari Akashi ke teman-temannya yang lain.
"Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada Akashi-san"
Perlahan, punggung gadis itu merendah. Seira kembali membungkukkan badannya kepada Akashi. Entah, ini sudah ke berapa kalinya ia membungkuk seperti itu. Tidak banyak yang ia bisa ungkapkan oleh kata-kata saat ini. Ia hanya bisa membungkukkan badannya sebagai rasa hormat, kagum, terima kasih, dan perasaan lainnya yang tak mampu ia utarakan dengan kata-kata.
And I would like to express my gratitude to you
Who already gives colors in my daily life
"Ah, aku lupa!"
Seira meraih tasnya yang berada di bench. Kemudian ia juga mengambil jaket yang dibawanya. Gadis itu berbalik dan menatap Akashi.
"Aku ada rapat di klub musik. Jaa, minna!"
Tangannya melambai-lambai seiring semakin cepatnya langkah kakinya keluar dari gedung olahraga. Akashi hanya memandangi punggung kecil Seira yang semakin menjauh dan kemudian menghilang dari pandangannya.
Kegiatan belajar mengajar sudah kembali efektif seperti sedia kala. Di hari Senin yang baru ini, seluruh murid Teikou Academy berbaris rapi di lapangan untuk melaksanakan upacara seperti biasanya. Seira berdiri tepat di belakang Yukari. Sesekali, ia terlihat mengelap peluh yang membasahi keningnya.
Rangkaian kegiatan upacara terasa begitu lama bagi Seira—entah apa yang menyebabkan hal itu. Seira rasa, hari ini pidato dari kepala sekolah begitu lama. Apa segitu banyaknya yang ingin disampaikan?! Sudah hampir 20 menit mereka mendengarkan pidato yang tak kunjung selesai.
Sejak awal pidato dimulai, Seira sudah merasa tidak nyaman. Kepalanya pusing, ia juga mual. Terik matahari memperburuk semuanya. Lama kelamaan Seira merasa kalau penglihatannya semakin terang.
"Ukh..."
Seira mengatur nafasnya perlahan. Sedikit sesak. Ia mengambil sapu tangan yang ada di saku roknya kemudian kembali menyeka peluh yang mulai membasahi pipinya.
Akashi yang kebetulan berada di dua barisan disamping barisan Seira menyadari perubahan gerak-gerik Seira. Ia merasa sepertinya gadis itu sedang tidak dalam kondisi yang baik.
Sang kapten tim basket membalikkan tubuhnya, lalu ia menghampiri petugas kesehatan yang berada di pinggir lapangan. Ia membisikan sesuatu kepada salah satu petugas kemudian kembali ke barisannya semula.
"Ano, maaf. Lebih baik kau ke ruang kesehatan saja ya?"
Seira menoleh saat mendengar kata-kata itu dari sisi kanannya. Dipandanginya cape putih yang dikenakan siswi yang entah sejak kapan ada disampingnya itu. Tak salah lagi, siswi itu pasti petugas kesehatan.
"Tidak. Terima kasih" jawab Seira. Ia tersenyum kecil ke siswi itu—berusaha untuk meyakinkan bahwa ia baik-baik saja.
"Tapi kau pucat. Lebih baik ke ruang kesehatan saja"
Siswi yang merupakan petugas kesehatan itu meraih tangan Seira. Mau tak mau Seira mulai melangkah karena tarikan darinya. Namun baru saja beberapa langkah, telinganya mulai berdengung oleh bunyi yang sangat tidak mengenakkan. Sedetik kemudian, Seira merasakan bahwa tubuhnya melemas. Kelopak matanya mulai menutup dan pandangannya menjadi gelap.
KLIK
Seira mengerjap-ngerjapkan matanya saat sebuah cahaya terang menyilaukan pandangannya. Hal yang pertama kali dilihatnya adalah langit-langit ruangan yang berwarna putih.
Dari situ Seira langsung tahu bahwa ia berada di ruang kesehatan.
"Seira? Kau sudah sadar?"
Seira menggerakkan kepalanya perlahan untuk melihat dua sosok yang ada di pinggir tempat tidur dimana ia tengah berbaring saat ini. Rupanya itu Momoi dan Kuroko.
"Momoi-san? Tecchan?"
"Kau baik-baik saja?" tanya Momoi khawatir. Seira mengangguk-angguk pelan untuk menjawabnya. Tubuhnya masih terasa lemas.
"Padahal tadi Akashi-kun sudah menyuruh petugas kesehatan untuk segera menghampiri Seira. Sepertinya telat ya"
Seira menyimak pembicaraan antara Momoi dan Kuroko. Jadi, Akashi yang menyebabkan petugas kesehatan mendatanginya?
Seulas senyuman kecil tanpa sadar terbentuk di bibir mungil Seira. Baasan -nya benar, Akashi menaruh perhatian kepadanya. Bukan hanya dirinya, tapi juga ke anggota Kiseki no Sedai. Suatu hal yang selama ini tertutupi oleh topengnya itu.
SREEEEEK
"Sei!"
Dari balik pintu ruang kesehatan, muncul Yukari dengan raut wajah khawatir. Gadis itu terengah-engah—sepertinya habis berlari.
"Yukari?"
Seira sempat mengedipkan kedua manik ruby indah miliknya sebelum menatap teman sekelasnya yang berdiri di ambang pintu.
"SEI!"
Tanpa aba-aba, Yukari memeluk erat Seira. Sangat erat sampai-sampai Seira merasa sesak.
"Yu.. ka.. ri... se-sesak.."
"Ah, maaf!"
Setelah lepas dari pelukan Yukari, Seira langsung mengatur nafasnya.
"Kau mau kembali ke kelas atau beristirahat disini?"
Seira menatap bergantian antara Momoi, Kuroko, dan Yukari.
"Aku ingin ke kelas"
4 jam pelajaran sudah berlalu. Waktunya istirahat pertama. Cuma 15 menit sih, tapi lumayan kan untuk melepas lelas dari penatnya pelajaran.
Kesempatan itulah yang Seira gunakan untuk menuju ke kelas 2-A. Untuk apalagi kalau bukan untuk menemui sang kapten bermanik heterokom.
Di ambang pintu kelas 2-A, Seira melirik-lirik ke dalam—mencari dimana tempat duduk Akashi. Tidak butuh waktu yang lama sampai Seira menyadari sebuah warna merah cerah—yang merupakan warna rambut Akashi—berada di dekat jendela.
"Akashi-san.." panggil Seira pelan namun membuat perhatian beberapa murid 2-A tertuju kepadanya.
"Hm?"
Akashi tidak merubah posisinya sedikit pun. Namun, Seira tahu kalau Akashi mendengar panggilannya.
"Terima kasih ya"
Saat mengucapkan kalimat itu, Seira mulai berpikir. Ini sudah ke berapa kalinya ya ia mengucapkan terima kasih ke Akashi?
"Untuk?"
Akhirnya, Akashi mengalihkan pandangan dari luar jendela ke Seira. Diamatinya sosok Seira yang berdiri sekitar satu meter dibelakangnya. Sudah tidak sepucat tadi pagi.
"Aku diberitahu oleh Momoi-san kalau Akashi-san yang menyuruh petugas kesehatan menghampiriku. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku"
Pandangan Akashi kembali kepada luar jendela.
"Hn"
Hanya sebuah gumaman singkat seperti itulah jawaban yang Akashi berikan. Merasa keperluannya sudah selesai, Seira pun pamit untuk kembali ke kelasnya. Ia berjalan keluar dari kelas 2-A dengan santai. Bahkan ia tidak menyadari kalau beberapa siswi mulai membicarakan dirinya dengan Akashi.
Karena sudah melewati pertengahan musim gugur, suhu udara sudah mulai menjadi dingin. Seira mengeratkan syal yang melilit di lehernya sembari melangkah di lantai 1 gedung serbaguna. Ia baru saja kembali dari ruang klub musik. Harusnya hari ini ia latihan untuk pentas musim gugur klub musik yang sudah dilakukan 5 tahun belakangan ini, namun salah satu anggota yang menjadi teman latihan Seira sedang sakit sehingga tidak hadir. Padahal pementasannya tinggal beberapa hari lagi.
Saat langkah kakinya melewati ruang musik, Seira mendengar alunan suara piano yang sangat indah. Ia sampai tercengang mendengarnya. Kebetulan sekali! Ia bisa meminta bantuan orang itu untuk latihan!
SREEEEK
Seira membuka pintu klub musik. Matanya langsung menelusuri seisi ruangan untuk mencari siapa orang yang baru saja memainkan melodi yang begitu indah itu. Ternyaa orang itu adalah seseorang yang ia kenal.
"Midorima-san?"
"Hm? Seira?"
Tampak kilauan di sorot mata Seira yang membuat Midorima merasa risih ditatap seperti itu. Masalahnya, nyawanya bisa terancam oleh keberadaan gunting Akashi!
Eh? Kok malah jadi gunting Akashi sih? Ya sudah, mari ke sampingkan saja perkara itu.
"Midorima-san!"
Seira menelungkupkan kedua tangannya di depan Midorima. Jangan lupa bahwa matanya masih terlihat kilauan bling-bling yang mengingatkan Midorima pada aura khas milik Kise.
"A-Apa nanodayo?!"
"Bantu aku latihan ya!"
"Huh? Latihan apa nanodayo?"
Seira pun menjelaskan sedetail mungkin tentang pentas musim gugur klub musik. Disambung dengan absennya teman latihannya pada pertemuan kali ini.
"Salah satu bagianku di pentas klub musik nanti adalah menyanyikan sebuah lagu lalu diiringi piano, jadi yaa begitulah. Teman latihanku sedang sakit. Jadi, bisa Midorima-san bantu aku latihan? Ya ya ya? Aku mohon~"
Midorima menjengit ngeri. Pertama, Seira menatapnya intens dengan tatapan bak anak kucing yang dibuang. Kedua, ia bisa dibunuh oleh Akashi jika sang kapten melihat situasi sekarang ini.
"Tapi sekarang aku mau latihan nanodayo. Aku tidak mau dihukum oleh Akashi karena telat latihan"
"Aku akan meminta izin untuk Midorima-san!"
Seira langsung mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu. Tak butuh waktu lama, ia menunjukan layar ponselnya yang berisi sebuah pesan ke Akashi.
"Hora? Aku bertanggung jawab jika seandainya nanti Midorima-san dihukum oleh Akashi-san"
Midorima menghela nafas panjang.
"Baiklah nanodayo. Tapi ini bukan karena aku peduli atau apa!"
"Aku mengerti itu. Terima kasih ya, Midorima-san!"
"Akashicchi, kok Midorimacchi belum datang-datang juga ya ssu?"
Ini sudah ke-tujuh kalinya sang pemuda blonde melirik ke pintu gym. Ia dan teman-temannya sudah melakukan pemanasan sejak 15 menit yang lalu. Kise mulai curiga atas ketidak hadirannya si shooter plus maniak Oha-Asa itu. Terlebih, Akashi tidak terlihat marah atas ketidak hadiran—atau mungkin keterlambatan—Midorima.
"Shintarou sedang ada urusan lain. Aku akan pergi untuk memeriksa kebenarannya. Satsuki, awasi mereka untuk terus melakukan pemanasan"
Akashi mengambil ponselnya yang tergeletak di bench. Kemudian ia juga meraih jersey miliknya sebelum keluar dari gym.
"Heeeee aku penasaran apa yang Midorimacchi lakukan ssu~"
"Oi Kise! Cepat kembali latihan!"
Mendengar teriakan dari Aomine, Kise pun segera bergabung dengan yang lainnya untuk kembali berlari mengelilingi lapangan sebagai pemanasan. Sementara Momoi—seperti yang ditugaskan oleh Akashi—mulai mengawasi pemanasan yang kembali dilakukan.
Beberapa menit berlalu, kini Akashi sudah berdiri di depan ruang musik. Pemuda itu tidak memutuskan untul masuk dan melihat apakah pesan yang dikirim oleh Seira itu benar atau tidak, karena sudah terbukti bahwa itu benar. Akashi menyandarkan dirinya di dinding ruang musik. Ia mendengar detingan bunyi piano dan suara Seira.
Itsu kara ka kono mune de yure teru hikari
Te banashi taku wa nai
Too mawari shite mo tsumazu ite mo koko ni
Zutto zutto hikatteru
Akashi terdiam. Sepertinya ia terbawa oleh alunan dari lagu itu. Selang sekitar 4 menit kemudian, sudah tidak terdengar suara apapun dari ruang musik. Ia pun memutuskan untuk masuk.
SREEEK
"Shintarou, kembali latihan ke gym"
Pemuda yang disebutkan namanya oleh Akashi itupun segera keluar dari klub musik. Ia sadar bahwa kaptennya sudah mengeluarkan aura yang tidak menyenangkan disekelilingnya.
"Akashi-san.." gumam Seira pelan. Ia melihat Akashi mendelik tajam ke arahnya sebelum berjalan menyusul Midorima. Kenapa Akashi menatapnya seperti itu ya?
Sambil berlari, Seira mengecek layar ponsel miliknya untuk yang kesekian kalinya. Hari ini adalah hari Pentas Musim Gugur Klub Musik, tetapi ia malah terlambat bangun sehingga mengakibatkan ia terlambat untuk datang pagi. Sekarang malah tinggal 15 menit sebelum acaranya dimulai!
"Sei!" Yukari langsung meneriakkan nama gadis itu ketika melihat Seira sudah muncul di pintu gerbang. Dengan cekatan, ia menarik lengan Seira dan membawanya menuju ruang ganti.
"Yukari! Seira! Kalian sudah siap?" tanya ketua klub musik saat mengecek keadaan Seira dan Yukari di ruang ganti. Kedua gadis yang dipanggil mengangguk untuk membalasnya dan segera mengikuti sang ketua menuju panggung berukuran sedang yang sudah disiapkan di lapangan.
Jauh dari tempat Seira sekarang, terlihat warna-warni pelangi cerah di sudut lapangan Teikou Academy. Ya, mereka adalah para Kiseki no Sedai yang Seira undang untuk melihat pementasan klub musiknya. Diluar dugaan mereka semua, ternyata acara ini cukup mengundang banyak orang.
"Giliran Seira kapan ya?" gumam Momoi. Sesekali ia berjinjit untuk melihat ke atas panggung.
"Mungkin sebentar lagi ssu" balas Kise yang juga sedang memandangi panggung.
"Nah, semuanya! Berikut ini adalah penampilan duet dari anggota tingkat dua kami! Yap, Se~No!"
Seira dan Yukari naik ke atas panggung secara bersamaan. Kemudian, mereka berdua membungkuk ke arah para penonton. Tak lama setelah itu, mulai terdengar bunyi instrumen musik.
Konya koi ni kawaru shiawase na yume de aou
Seira mengulurkan tangannya ke depan saat menyanyikan baris pertama lagu yang ia dan Yukari bawakan.
Kitto nee mitsukete ne
Kemudian, Yukari menyambung lirik yang dinyanyikan oleh Seira.
Madoromi no yakusoku
Dari tempatnya berpijak, manik heterokom Akashi menatap lurus ke salah satu dari dua orang gadis yang tengah berduet di atas panggung. Rambut coklat tua gadis itu sesekali berkibar karena tertiup angin, sementara iris ruby-nya sesekali terlihat berkilau akibat pantulan cahaya matahari.
Sebuah lengkungan tipis pun mau tak mau terpaut jelas di wajah Akashi saat melihatnya. Tak ada satu pun anggota Kiseki no Sedai yang sadar bahwa kapten mereka tengah menyunggingkan senyumannya yang sangat langka itu.
Selain saat menyayikan lagu berdua dengan siswi teman sekelas Seira yang sangat Akashi kenal itu, salah satu hal yang membuat Akashi tercengang sekaligus kembali menunjukkan simpul manis di wajahnya adalah saat Seira menyanyikan sebuah lagu secara solo diiringi gitar yang gadis itu mainkan sendiri.
Kono oozora ni tsubasa wo hiroge
Tonde yukitai yo
Kanashimi no nai jiyuu na sora e
Tsubasa hatamekase yukitai
Akashi kini benar-benar tak mampu untuk melenyapkan senyuman dari wajahnya kini. Semua hal tentang gadis itu benar-benar menarik di matanya.
Pementasan musim gugur berjalan dengan sukses sesuai rencana klub musik. Di pagi yang cerah ini, Yukari berjalan santai menuju kelasnya—mungkin ia masih senang karena pentasnya beberapa hari yang lalu berjalan lancar. Ia berjalan melewati koridor tingkat 2 yang saat itu cukup ramai. Ketika sedang melewati suatu kelas, tanpa sengaja telinga Yukari mendengar sebuah perbicaraan yang baginya sangat mengganggu.
"Hei, kudengar ada siswi dari kelas 2-B yang dekat sama Midorima-kun loh"
"Oh, yang beriris ruby itu kan?"
"Heee? Bukannya dia malah dekat dengan Kise-san?"
"Masa sih? Mana mungkin Kise-kun dengan siswi seperti itu.."
"Kalian semua salah. Setahuku itu ya, dia itu punya hubungan dengan kapten tim basket kita, Seijuurou Akashi!"
"Eh? Beneran?! Akashi kan tidak mau berbicara dengan sembarangan orang. Setahuku siswi itu kan murid pindahan"
"Iya, beneran deh. Kalian ingat pentas klub musik kemarin? Aku melihat Akashi datang. Padahal kan dia tidak mungkin mau pergi ke suatu acara kalau tidak ada alasan yang jelas"
Telinga Yukari memanas mendengar gosip tentang teman baiknya itu. Ia mempercepat langkahnya menuju kelas. Apa benar Seira memiliki hubungan dengan orang-orang itu seperti yang dibicarakan?
SREEEEK
Tatapan Yukari mulai memandangi seisi kelas, mencari dimana sosok teman dekatnya yang sekarang mulai menjadi pembicaraan diantara para siswi.
"Sei.."
"Hm?"
Seira melepaskan earphone yang ia pakai saat menyadari Yukari memanggilnya.
"Sejak kapan kau dekat dengan anggota tim basket utama?"
"Eh?"
Seira mengernyitkan keningnya mendengarkan pertanyaan Yukari. Ia merasa ada yang aneh dengan pertanyaan Yukari terutama tatapan matanya itu loh!
"Tentu saja sejak insiden gunting waktu itu, Yukari"
"Apa hubunganmu dengan mereka?"
"Huh? Uhm, terman baikku?"
Seira memberikan tatapan aneh kepada Yukari. Tumben sekali Yukari bertanya tentang dirinya dan Kiseki no Sedai.
Tanpa mengucapkan satu patah kata pun, Yukari membalikkan tubuhnya lalu duduk di bangkunya. Seira masih tetap memandangi Yukari penuh tanya.
'Ada apa dengannya?'
Karena mendadak mendapat tugas dari wali kelasnya membuat Seira terlambat untuk datang ke klub musik. Ditatapinya beberapa lembar kertas yang ada di atas mejanya. Sesekali ia merenggangkan tubuhnya karena merasa pegal. Rasanya belakangan ini ia merasa sangat lelah. Mungkin masih efek dari pementasan yang lalu.
Setelah merasa sudah lebih baik, Seira mulai menyusun lembaran itu agar lebih mudah untuk dibawa.
"Yosh! Saatnya dikumpulkan"
"Maaf atas keterlambatannya"
Seira menggeser pintu ruang klub. Dilihatnya sudah ada beberapa anggota yang berkumpul disana, termasuk Yukari.
"Ara~ Seira-senpai pasti habis dari gym dulu ya~" celetuk salah satu adik kelasnya yang berambut hitam pendek. Kalau ingatan Seira tidak salah, namanya adalah Mika.
"Eh? Tidak kok" balas Seira. Ia terdiam sesaat diambang pintu sebelum memutuskan untuk melepas uwabaki-nya.
"Nee, senpai" panggil Misa—kembaran dari Mika.
"Hm?" Seira masih fokus untuk melepaskan uwabaki yang satu lagi.
"Memangnya benar gak sih kalau senpai itu mempunyai hubungan dengan Midorima-senpai, Kise-senpai, dan Akashi-senpai?"
Pergerakan Seira langsung terhenti saat mendengar pertanyaan itu. Tanpa ia sadari, uwabaki-nya lepas dengan sendirinya dari kaki Seira.
"Apa maksudmu?" tanya Seira. Baik Mika maupun Misa saling bertukar pandangan satu sama lain. Mungkin mereka merasa aneh dengan reaksi yang diberikan oleh Seira.
"Loh, memangnya Seira-senpai selama ini tidak tahu kalau hal itu sedang ramai diperbincangkan?" timpal Mika.
Seira langsung menatap kedua adik kelasnya itu heran. Apa? Topik tentang dirinya dengan beberapa anggota Kiseki no Sedai sedang ramai dibicarakan? Sejak kapan? Seira sendiri belum pernah mendengarnya.
'Apa maksudnya ini? Siapa yang menyebarkan berita aneh itu?'
-tsudzuku-
Yahooooo minna!
Akhirnya saya bisa publish sequel dari Unspoken Love ini!
Senang bertemu dengan kalian semua lagi. Kali ini, mohon bantuannya juga ya untuk ff saya kali ini.
Oh iya, sekedar memberitahu. Sequel ini gak akan sepanjang Unspoken Love. Maksudnya jumlah chapternya. Mungkin akan lebih sedikit atau mungkin setengahnya dari Unspoken Love? *hening*
Tapi-tapi, saya panjangin ini dibandingkan pas di Unspoken Love. Iya kan? Lebih panjang kan? :)
Disini juga, saya akan berusaha untuk update rutin seperti Unspoken Love kemarin(?)
Hai, sekian ssu~
Boleh minta pendapatnya untuk chapter pertama Everything Ended Here ini? ^^
