asddffegeopjpjks maaf banget fic yg laen belon saya apdet tp saya malah bikin fic multichap baru asdfghjklds

sebenernya sebelom ini, saya punya ide fic buat bikin fairytale!kurobasu. ide yg udh ada, red riding hood sama snow white. tapisayamalahwebediceritaitu asdfghshshdklksklsk

ehm

saya terinspirasi sama fic2 dan doujin2 dimana Kuroko jd guru TK dan anak2 kisedai yg jd muridnya. tapi kyknya lebih seru kalo dia ngajar anak2 sma lawl

di sini SMA Teikou, bukan SMP Teikou. why? because I can. *snipsnipsnip*

dan astaganagadragonballomaigat, fic GoMxKuroko 8'DDDD saya berusaha buat nggak fokus sama AkaKuro yah, susah buat memalingkan diri dari otp hiksu. tapi yang namanya Kuroko, diukein siapapun juga jadi kok #DHUARRR

dan okeh, curcol dikit. fic kurobasu sebelomnya yg versi translasi inggris, saya liat banyak peminatnya.. 29 faves sih. dan bukannya saya haus akan review (walo saya jujur aja seneng dapet review), tapi kayaknya lebih efisien ngereview drpd ngefollow ficnya deh :D;; itu.. itu oneshot kok, bukan multichap..

Kuroko No Basuke (c) kalo saya yang punya, entar Kurobasu jadi animanga yaoi harem dan Kuroko bakal kawin sama Akashi


SMA Teikou. Sekolah elit dengan ribuan lulusan SMP yang berebut mendaftar—maksudnya ribuan ibu-ibu yang mendaftarkan anaknya—pada sekolah bereputasi tersebut. Masuk Teikou sama saja seperti masuk ke lingkungan kalangan atas. Namun, hanya ada 200 anak yang beruntung di antara ribuan pendaftar yang bisa masuk SMA tersebut.

Kise Ryoda adalah salah satu yang beruntung masuk ke SMA tersebut. Nilai-nilainya bagus, cowok-cowok mengantri untuk menjadi pacarnya, badan yang tinggi langsing, dan reputasinya sebagai olahragawati dan model merupakan 'nilai tambah' untuknya. Dan sempurnalah jika ditambah dengan statusnya yang sekarang menjadi 'pelajar SMA Teikou'.

Tapi, semuanya membuatnya bosan.

"Haa~h…" Dia menghela napas.

Dia bosan. Bosan bosan bosan. Apa hidup cuman begini-begini aja?

Seseorang, nyalakan semangatnya! Siapapun, dalam bentuk apapun!

"Aduh!"

Tiba-tiba, dia terjatuh tepat di depan gerbang SMA Teikou. Malunya! Untung roknya yang sepanjang tiga senti di atas lutut tidak tersibak. Eh, tapi apa yang membuatnya terjatuh? Sepertinya dia menabrak sesuatu. Tapi apa? Dan padahal dia terjatuh, tapi kenapa tidak sakit?

"Anu… anda berat…"

Kise langsung berdiri. Kaget, dilihatnya sosok cowok berambut icy blue tergeletak dengan muka mencium tanah yang baru saja dijadikannya bantalan untuk mendarat.

"Waaah! Maaf! Kau nggak apa-apa kan?"

Kise membantunya berdiri. Betapa kagetnya ketika dilihatnya cowok itu. Wajahnya imut, rambutnya berantakan, dan tampangnya manis-manis datar. Namun, cowok itu tidak mengenakan seragam sekolah Teikou—kemeja biru, melainkan hanya kemeja putih lengan pendek biasa yang dikancing sampai leher dan celana panjang hitam. Aneh. Apa orang ini hanya anak SMP lain yang kebetulan lewat?

"Terima kasih," cowok itu membungkuk pelan.

"Aah, nggak! Harusnya aku yang minta maaf, aku sudah menibanmu!" Kata Kise panik.

Cowok itu tersenyum tipis. Tipis. Namun senyumannya dan ekspresinya yang lembut membuat wajah Kise memerah juga.

"Teikou juga?" Tanya Kise tanpa sadar.

Cowok itu memiringkan kepalanya. Walau pertanyaan yang dilontarkan Kise hanya dua kata, namun dia mengerti. Yah, sedikit-sedikit. "Iya. Kelas 1-2."

"Hee? Hmm… semoga kita bisa sekelas, ya!"

Cowok itu sedikit tidak mengerti, namun dia mengangguk.

"Ah…" Cowok itu melihat ke jamnya. "Sebentar lagi upacara penerimaan siswa baru dimulai. Saya duluan, ya."

"Eeh, tunggu! Aku belum tahu namamu!" Kata Kise buru-buru.

Kise sadar dengan tatapan cowok di depannya yang datar itu, dan dia sadar dia terlihat tidak sabaran. Tapi ya sudahlah. Meskipun sudah tahu kelas cowok itu, tapi dia sudah tidak sabar ingin tahu namanya.

"Namaku Kuroko Tetsuya."

"Aku Kise, Kise Ryoda. Salam kenal, Kurokocchi!"

Kuroko mengerutkan alis pada panggilan yang baru saja dilontarkan Kise. Tapi dia tidak ambil pusing. "Baiklah, sampai jumpa di kelas, Kise-san."

Sekarang, giliran Kise yang mengerutkan alis. Namun tetap saja dibalasnya dengan, "Sampai jumpa jugaaa!"

Kemudian Kise baru sadar. Harusnya dia juga ikut upacara penerimaan siswa baru! Kemudian dia berlari lagi ke arah gedung upacara, sambil berhati-hati agar tidak menabrak orang lagi.


"Oy, Satsuga! Kita sekelas lagi!" Seorang cewek berambut bob ikal kebiruan meng-tch-ria begitu melihat daftar nama murid baru di papan pengumuman. Tertulis nama Aomine Daika dan Momoi Satsuga di bagian nama-nama murid yang masuk kelas 1-2.

"Syukur yaa, Da—Aomine-chan~" Kata Momi pada teman masa kecilnya. Cowok berambut pink itu kemudian memerhatikan nama-nama lainnya. "Sepertinya kita juga sekelas dengan Murasakibara-chan, Midorima-chan, dan Akashi-chan."

"Egh! Sekelas sama Akashi?!" Cewek berkulit tan itu langsung terlihat shock. "Mana mungkin! Kalau sekelas sama dia, kita bakalan—"

"Kalian akan apa, Daika?" Tiba-tiba, muncul suara mengerikan dari belakang. Rupanya Akashi Seishina, seorang cewek berambut merah dan mata yang heterochromia—sebelah kanan berwarna merah, sebelah kiri berwarna keemasan—dengan wajah yang mengerikan meski tersenyum.

"E-eng-enggak, Akashi!" Daika kicep.

"Hmm," masih tersenyum, Akashi memerhatikan daftar nama tersebut. Entah kenapa, murid-murid di sekitar yang tadinya berebutan ingin melihat papan pengumuman, malah membuka jalan untuk Akashi, dan bahkan pergi jauh-jauh. "Rupanya kita benar-benar sekelas dengan Atsumi dan Shinako, ya?"

"Dan wali kelasnya—"


Para cewek maupun cowok berbisik-bisik di lorong.

"Kelas 1-2 luar biasa, ya."

"Apa nggak dosa ya, ngumpulin orang-orang kayak gitu di dalam satu kelas."

"Aaah! Coba aku dapat kelas 1-2!"

Bisikan itu tentu saja terlontar pada anak-anak kelas 1-2 yang rambutnya berwarna pelangi. Mulai dari Midorima Shinako, cewek berambut hijau panjang yang dikunci ke belakang. Penampilannya kaku dan mengenakan kacamata meski memiliki bulu mata yang lentik, serta perban yang meliliti jemarinya, entah untuk apa. Di pangkuannya terdapat boneka kodok yang ukurannya tak lebih dari kepalan tangannya.

"Mido-chin, itu apa?"

Kemudian seorang cewek berambut ungu sepunggung menghampirinya. Namanya Murasakibara Atsumi. Walau cantik, langsing dan tinggi—bahkan tingginya dapat melampaui para murid cowok di kelasnya—di mulutnya selalu ada snack yang senantiasa menemaninya. Metabolismenya membuatnya tumbuh ke atas, bukan ke samping.

"Benda keberuntunganku hari ini. Tadi pagi, Oha-Asa bilang Gemini, Cancer Sagitarius dan Virgo bakal bertemu orang-orang baru yang akan sangat berarti. Oh ya, Murasakibara, benda keberuntunganmu blablablablablabla…."

Murasakibara pergi tanpa menunggu akhir dari kalimat Midorima. Sungguh, sampai bel pulangpun Midorima nggak bakal berhenti ngoceh kalau sudah berbicara tentang peruntungan.

"Aduh!" Kise mengeluh ketika ada tempat pensil melayang mengenai bagian belakang kepalanya.

"Eeh! Maaf, maaf. Kau nggak apa-apa?" Aomine menghampirinya, hendak mengambil tempat pensilnya. "Eeh! Bukannya kau Kise Ryoda, model majalah itu?" Tanyanya.

"Kamu ngapain sih?" Tanya Kise cemberut, mengoper tempat pensil Aomine pada cewek berkulit tan itu.

"Aku cuman lagi mainan tempat pensil. Bosen nih, gurunya belum masuk! Aku kepingin cepat-cepat kegiatan klub!"

Kemudian, Momoi menghampirinya. "Hee~i, Da—Aomine-chan, mentang-mentang kepingin cepat-cepat main basket, malah mainan tempat pensil. Kayak anak kecil saja!" Ujar cowok berambut pink pendek itu.

"Suka-suka aku!"

Kise memerhatikan Momoi. Walau berambut pink, Momoi terlihat tampan dan sepertinya memiliki badan atletis. Tinggi badannya sekitar 180, beda lima senti dari Kise.

"Aduh, maaf ya, Aomine-chan memang kekanakan. Hei, namamu Kise, ya? Aku Momoi Satsuga, salam kenal!"

Mata Kise berbinar. Dia cukup bersyukur ada yang mengajaknya berkenalan, karena sepertinya tak ada teman SMPnya yang masuk Teikou. "Salam kenal, Momoi-kun!"

"Ehe! Di kelas ini, selain Aomine-chan, ada tiga orang lain yang merupakan teman SMPku sekaligus teman sekelasku saat kelas tiga SMP. Yuk, kukenalkan!"

Kise Ryouda, tampak cantik dengan rambut pirang sepunggungnya. Sementara Aomine Daika, walau tomboy, kulit coklat eksotisnya begitu diirikan perempuan-perempuan yang menghabiskan waktunya di bawah sinar matahari, berusaha tanning alami pada kulit mereka, hanya untuk kembali putih seperti semula dalam hitungan hari. Dan Momoi cukup tampan untuk memesona para murid cewek, terutama dengan wajah tampan dan badannya yang terlihat atletis walau berbalut seragam SMA Teikou.

Dan sementara itu, Akashi Seishina sedang mengamati mereka semua, tertarik. Walau cewek berambut merah panjang itu kadang terlihat mengerikan, dia sebenarnya sangat cantik. Konon katanya dia merupakan penerus Akashi Group yang berbidang di perusahaan game tradisional Jepang dan mengalahkan klub Shogi selama tiga tahun masa SMPnya berturut-turut, walaupun dia bukan termasuk dalam klub Shogi. Dan seramnya, sepertinya dia sedang asyik memerhatikan meja guru yang sedang tak ada siapa-siapa dengan senyuman aneh.

Singkat kata, dunia begitu tidak adil dengan memasukkan mereka berenam pada satu kelas.

Di sela-sela perkenalannya dengan teman-teman SMP Momoi, Kise menghela napas. Tidak ditemukannya seorang murid bernama Kuroko Tetsuya yang dikenalnya di gerbang SMA Teikou tadi pagi. Apa Kuroko memang bukan anak sini?

Aomine meregangkan badannya. "Haa, sudah lah! Kalau wali kelas kita memang tidak akan datang, lebih baik kita ke kantin saja!"

"Eeh, Aomine-chan! Tidak boleh begitu!" Momoi bertolak pinggang, geleng-geleng kepala dengan kelakuan teman masa kecilnya.

Namun, Aomine cuek saja. Dia tetap melangkahkan kaki dengan santainya menuju pintu kelas. Namun…

"Tidak boleh. Kelas akan dimulai sebentar lagi."

Tiba-tiba muncul seorang cowok berambut icy blue tepat di depannya. Muncul entah dari mana. Dan walau nadanya datar dan tenang, tetap saja membuat Aomine menjerit kaget, dan membuat seluruh anak kelas 1-2 teralihkan perhatiannya.

"AAAAAH!" Aomine berjalan mundur. "Kau kenapa tiba-tiba muncul?! Kau siapa?!"

"Aah… aku senseimu. Wali kelas 1-2."

Aomine terlihat tidak begitu percaya. Walau cowok di depannya ini bilang bahwa dia senseinya, tetap saja penampilannya tidak mendukung. Cowok itu terlihat seperti anak SMA, atau minimal anak SMP lah. Wajahnya datar-datar manis dan tingginya sepertinya tak melampaui 170 sentimeter. Bahkan lebih pendek dari Aomine yang 176 sentimeter.

"O-oh, Sensei. Eh, tunggu, Sensei kenapa baru datang?"

"Aku sudah duduk di meja guru sejak bel berbunyi."

"Masa!" Jerit Aomine tak percaya. Dia yakin, tidak ada siapa-siapa di meja guru sejak tadi. Bahkan dia juga masuk kelas sebelum bel berbunyi. 'Dan kenapa diem aja kalau ada di situ?!', tambahnya dalam hati.

Namun, sejurus kemudian, semuanya kembali ke tempat duduk masing-masing. Bahkan Kise yang masih memasang wajah tidak percaya.

"Hah… masa sih… yang dia maksud itu…"

Cowok—pemuda berambut icy blue itu berdiri di depan meja guru, menghadap kepada 20 orang muridnya dengan tenang.

"Perkenalkan. Nama saya Kuroko Tetsuya, dan saya akan menjadi guru homeroom kalian untuk setahun kedepan. Mohon bantuannya."

Jadi, Kurokocchi itu… guru?!


asdfghjklmaapgaje.

dan mungkin bakal saya translit! tanpa beta.. *hiksu*

Review? :3