Teen's Heart

Chapter 1

NORMAL P.O.V

Saat ini jam terakhir di Konoha High School. Di kelas XI-A tampak seorang gadis berambut biru gelap sepunggung yang terlihat sangat bosan. Sebut saja namanya Hinata Hyuuga. Ia menebarkan pandangan ke seluruh penjuru kelas. Ternyata bukan hanya dirinya saja yang bosan, banyak teman-temannya yang mengantuk bahkan ada juga yang sudah mendarat di dunia mimpi. Hinata berusaha mempertahankan agar ia tetap terjaga, mendengarkan penjelasan Ebisu-sensei tentang Archaebacteria.

KRIIING !

Akhirnya bunyi cempreng tanda sekolah telah berakhir terdengar juga. Bunyi itu seolah memanggil siswa-siswi untuk keluar dari dunia yang menurut mereka sedikit membosankan seperti jam sekolah di sore hari. Dengan semangat, mereka segera keluar dari kelas mereka untuk kembali ke rumah mereka masing-masing. Tapi tidak untuk Hinata. Saat ini ia tengah berdiri di dekat gerbang bersama salah satu sahabatnya, Ino Yamanaka.

"Ayolah, Hinata-chan... temani aku sampai Dei-nii menjemput. Aku mohoon.." pinta Ino dengan puppy eyes no jutsunya.

"Baiklah. Tapi kalau 10 menit belum datang juga, aku pergi. Aku harus ke bandara untuk menjemput sepupuku." Jawab Hinata yang tidak tahan juga melihat wajah memelas Ino.

HINATA P.O.V

Ugh! Dasar Ino. Sekarang sudah jam setengah empat. Setengah jam lgi pesawat akan mendarat. Tapi kenapa aku masih disini? Padahal aku sudah janji dengan Kaasan untuk menjemput Sakura-chan. Maafkan Sakura-chan, sepertinya kau harus pulan sendiri. Hiks...

Dei-nii, cepatlah datang dan bawa Ino pulang. Dei-nii atau Deidara adalah kakak laki-laki Ino yang sekarang sudah duduk di bangku universitas jurusan Seni semester kedua. Dulu kami bertiga sering menghabiskan waktu bersama karena aku dan Ino sudah bersahabat sejak SMP. Karena itulah aku juga berteman baik dengan kakak Ino.

"Hinata? Hellooo.." ucapan Ino berhasil membuyarkan lamunanku.

"Eh? Y-ya..?"

"Kau melamun ya? Pasti karena Sasuke. Iya kan?"

"Eh? Sa-sasuke?"

"Iya. Benar kan? Tidak usah berpura-pura. Sasuke Uchiha dari tim basket kita." Tuduh Ino seenaknya. Kenapa bisa melenceng jauh seperti ini ya? Padahal nama Sasuke Uchiha tidak muncul sama sekali di otakku.

"Tidak! Aku heran padamu dan Konan yang selalu histeris ketika melihat Uchiha itu. Beri tahu aku apa yang menarik dari Uchiha itu," tanyaku. Sedikit sinis memang. Bagaimana lagi, ini kan tentang Uchiha. Sasuke Uchiha adalah siswa kelas XI-B. Hampir seluruh siswi di sini mengidolakannya sampai-sampai si Uchiha itu mempunyai FansClub sendiri. Mungkin alasannya sangat klise. Dia tampan lah, dia jenius lah, dia multi talent lah dan dia dia yang yang lainnya. Padahal dalam pandanganku, dia tidak lebih dari seorang laki-laki yang kejam dan sangat dingin. Sebenarnya aku sudah mengenalnya dari SD dan selama SD itulah kami belajar dalam satu kelas. Pada awalnya kami bersahabat baik. Kutegaskan hanya pada awalnya. Bagaimanapun juga tidak ada yang abadi kecuali perubahan kan? Ada suatu kejadian yang membuat aku membencinya. Tidak ada yang tahu kejadian apa itu kecuali Kaasan. Ino pun juga tidak aku beri tahu. Sangat memalukan jika dunia mengetahuinya.

"Tuh kan, melamun lagi." Ino menggembungkan pipinya karena kesal. Tapi aku tahu itu hanya berpura-pura karena ia memang selalu begitu.

"Eh? Gomen ne.." ucapku.

"Haha.. tidak apa-apa. Dei-nii sudah datang. Mau kami antar sekalian?" tawar Ino.

"Eh, tidak perlu. Aku sendiri saja." Bukannya aku mau menolak bantuan Ino, hanya saja aku melihat wajah Dei-nii yang tampak kelelahan jadi aku tidak tega. Akhir-akhir ini Dei-nii memang sangat sibuk.

"Kau yakin?" tanya Ino sekali lagi. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. "Ya sudah kalau begitu. Aku duluan yaa.. hati-hati di jalan. Arigatou." Ino melambaikan tangannya kemudian masuk ke dalam mobil dan tak lama, mobil itu sudah meninggalkan sekolah. Nah, sekarang aku hanya sendiri di depan gerbang untuk menunggu bus. Aku harus berangkat dan pulang sekolah sendiri karena Kaasan tidak bisa mengantarku karena ia sangat sibuk dengan bisnis butiknya yang memang sudah berkembang. Tapi walaupun begitu, Kaasan selalu memperhatikanku. Haaahh... aku menghela napas lelah. Sekolah sudah sepi karena ini hari Jumat dan besok sudah libur akhir pekan, jadi memang tidak ada kegiatan ekstrakurikuler. Tiba-tiba handphone flip lavenderku bergetar menandakan ada pesan masuk. Segera saja aku membukanya dan aku menepuk jidatku.

"Mati aku!" ternyata pesan itu dari Sakura-chan yang memberitahu kalau ia sudah dalam perjalanan pulang karena terlalu lama menungguku. "Gomen ne Sakura-chan."

"Haai.. Kok sendirian?" suara seorang pemuda yang tidak aku kenal berhasil mengalihkan perhatianku. Ia memiliki rambut biru dan gigi bergerigi. Bagaimana ini? Aku takut.

"Jangan ganggu aku!" bentakku. Aku tak akan menyangkal kalau suaraku sedikit bergetar.

"Kau takut padaku?" tanya pemuda itu sambil memojokkanku.

"HEY! Menyerang seorang perempuan tidak pantas disebut laki-laki." Seru seorang pemuda berambut pirang jabrik dan ia memakai seragam sepertiku yang muncul dari dalam sekolah dengan motor hitamnya.

"Tch sial!" laki-laki yang ada di depanku bergumam sebelum meninggalkanku.

"Haah.. Syukurlah." Kataku lirih. Entah kenapa tubuhku melemas dan merosot begitu saja.

"Hei, kau tidak apa-apa?" tanya pemuda berambut pirang tadi yang kini sudah ada di depanku. Aku nyaris tidak berkedip memandangnya. Rambut pirangnya yang bergoyang tertiup angin,mata biru jernihnya, wajahnya yang bersih. Intinya, pemuda ini tampan. "Kau tidak apa-apa?" tanya pemuda itu lagi.

"Umm.. i-iya. A-arigatou." Kataku dengan senyum tulus.

"Hhehe... tidak masalah kok. Siapa namamu?" tanyanya.

"Hi-Hinata. Hinata Hyuuga. XI-A. Senpai?"

"Namikaze Naruto. XII-B. Kenapa belum pulang?"

"Menunggu bus. Senpai sendiri?" tanyaku balik.

"Tadi aku membolos pelajaran jadi dihukum membersihkan toilet dan ini baru selesai. Menyebalkan sekali." Kata Naruto-senpai sambil mempoutkan bibirnya seperti anak kecil lalu kemudian ia tersenyum. "Sekolah sudah sepi. Bagaimana kalau aku antar pulang saja?" tanyanya lalu naik ke motornya.

"Tapi senpai..."

"Sudah, ayo naik. Aku tidak bisa membiarkanmu sendirian disini. Bagaimana kalau orang yang tadi kembali lagi?" ucapnya. Naruto-senpai benar-benar ramah. Berbeda sekali dengan si Uchiha yang dicap sebagai Prince of Konoha itu. Bukannya aku ingin si Uchiha itu beramahtamah denganku. Aku malah bersyukur karena tidak harus meladeninya. Haah.. kenapa tiba-tiba aku memikirkannya?

"Ayo Hinata-chan."

"Ba-baiklah senpai." Akhirnya aku menerima tawarannya dan segera naik ke motornya.

Aku tak menyangka bisa menikmati perjalanan pulang kali ini. Bisanya aku hanya bisa memandangi jalanan Konoha yang lumayan ramai dan membuatku mengantuk karena bosan tapi saat ini aku merasa tidak bosan sama sekali. Selama perjalanan kami mengobrol ringan dan sesekali aku memberitahu arah menuju rumahku. Perasaan takut yang aku rasakan tadi sudah hilang sama sekali. Mungkin berkat Naruto-senpai. Dia sangat baik, ramah dan juga tampan. Benar-benar pemuda yang penuh pesona.

"Kau mengenal Sasuke?" tanya Naruto-senpai setelah kami terdiam cukup lama. Tapi kenapa harus nama itu yang keluar?

"Tidak, senpai. Kenapa?" tanyaku balik. Entah mengapa setiap mendengar nama itu membuatku kesal sendiri.

"Aneh. Dia kan sangat populer di kalangan para siswi. Kelas kalian sebelahan kan?" jelas sekali kalau Naruto-senpai sangat heran saat aku berkata tidak kenal si Uchiha itu.

"Ohh.." aku hanya ber-'oh' ria menanggapi tanggapan Naruto-senpai. "Senpai, rumahku yang sebelah kanan itu. Yang bercat putih."

NORMAL P.O.V

Naruto menghentikan motornya tepat di depan rumah Hinata. Rumah bercat putih yang terkesan bersih dengan pagar berwarna hitam. Sederhana tapi terlihat mewah. Hinata pun segera turun dari motor Naruto bersamaan dengan pagar rumahnya yang dibuka seorang gadis berambut merah jambu cerah. Gadis itu tersenyum.

"Hinata-chan, kenapa tidak menjemputku sih? Aku rindu sekali padamu." Ujar gadis itu seraya memeluk adik sepupunya. Naruto hanya diam menatap gadis merah jambu itu dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.

"Maaf Sakura-chan. Tadi aku menemani Ino." Balas Hinata pada kakak sepupunya yang lebih tua satu tahun darinya.

"Hehe.. Tak apa." Sakura tersenyum melihat adiknya yang tampak merasa bersalah. "Umm.. Kau? Sepertinya aku pernah mengenalmu. Eh?!" Sakura memekik tertahan saat melihat 'sesuatu' yang dipakai oleh Naruto. Tapi buru-buru, ia merubah raut terkejutnya kembali seperti semula. "Mungkin Cuma perasaanku saja. Maaf." Naruto hanya diam seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Sakura.

"Hinata-chan. Sepertinya aku harus pergi sekarang." Kata Naruto.

"Eh, i-iya.. arigatou senpai." Hinata membungkuk sedikit dan hanya dibalas anggukan singkat dari Naruto. Naruto pun segera menyalakan mesin motornya dan meninggalkan rumah Hinata. "Hati-hati senpai!" teriak Hinata selagi Naruto belum terlalu jauh. Naruto yang mendengar teriakan Hinata hanya mengacungkan jempol kanannya tanpa menoleh. Hinata tersenyum melihat tingkah kakak kelasnya itu. "Masuk yuuk.." ujar Hinata sambil menarik tangan Sakura.

"Eh, yang tadi itu kekasihmu ya?" tanya Sakura.

"Bukan. Dia senpaiku, namanya Naruto." Jawab Hinata riang.

"Na-Naruto?"

"Mm-mmm. Kenapa terkejut seperti itu?" tanya Hinata karena penasaran dengan ekspresi yang ditunjukkan oleh Sakura.

"Eh, tidak apa-apa." Sangkal Sakura dengan mengepalkan tangannya. "Namikaze." Gumam Sakura pelan tapi sepertinya sempat didengar oleh Hinata.

"Kau mengatakan sesuatu Sakura-chan?"

"Bukan apa-apa."

Naruto melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Ia tidak peduli dengant umpatan dari para pejalan kaki yang ditujukan kepadanya. Pikirannya sangat kacau saat ini. Ia tidak mengerti dengan sikap gadis yang bersama Hinata tadi. Perasaanya campur aduk antara marah, sedih dan juga menyasal. "Haruno Sakura." Gumamnya lirih.

#####

NORMAL P.O.V

Saat ini kantin Konoha High School tampak ramai oleh lautan manusia yang mengantri untuk mendapat makan siang. Tampak Hinata berhasil kerumunan orang-orang itu dengan membawa nampan berisi dua porsi bentou dan dua botol minuman soda. Sepertinya ia harus bersyukur dengan tubuh mungil yang ia miliki. Hinata berjalan menuju meja dimana Ino sudah menunggu.

"Haah.. Ramai sekali disana." Ujar Hinata seraya menghempaskan tubuhnya pada sandaran kursi di depan Ino.

"Wajar kan, ini sudah waktunya untuk makan siang." Balas Ino tanpa mengalihkan pandangannya dari HP ungunya. Hinata mengangguk, membenarkan ucapan Ino.

"Hai, Hyuuga." Sapa seorang pemuda berambut dark blue dengan style yang err.. sedikit aneh. Ia berwajah putih porselen dan mata hitam kelamnya memandang Hinata yang sama sekali tidak menggubrisnya. Uchiha Sasuke, pangeran tampan dari Konoha High School yang selalu dielu-elukan oleh para gadis kini mau meluangkan waktunya hanya untuk menyapa seorang Hyuuga yang bahkan tidak pernah menganggapnya ada. Ya. Ia telah diabaikan oleh gadis lavender ini. Poor Sasuke. "Sopanlah pada orang yang sedang berbicara denganmu." Ujar Sasuke dengan menepuk bahu Hinata.

"Oh, anda berbicara denganku? Maaf, Uchiha-sama, di sini sangat ramai." Balas Hinata sengit. Seperti ada hantaran listrik yang menghubungkan mata mereka.

"Kauu.." geram Sasuke karena kesal.

"Ya, Uchiha-sama?"

"Oi, Sasuke! Disini!" seru salah satu teman Sasuke. Dan sepertinya Ino harus mengucapkan terima kasih pada orang itu karena ia tidak harus merasakan hawa membunuh antara Sasuke dan Hinata. Ia memang takjub karena Hinata berani menantang Sasuke tapi ia masih sayang nyawanya. Sasuke langsung berjalan kearah meja dimana temannya yang berambut merah berada.

"Kenapa kau bersikap seperti itu pada Sasuke? Sebegitu bencikah kau padanya? Kau tau? Baru pertama kali ini aku melihat Sasuke menyapa seorang gadis. Kau gadis yang beruntung." Kata Konan yang baru saja tiba dengan menggebu-gebu tapi sayangnya Hinata sama sekali tidak memberikan tanggapan.

"Hai Hinata-chan!" sapa Naruto saat melewati meja Hinata dan kawan-kawannya.

"Eh, hai senpai." Balas Hinata sambil tersenyum manis. Naruto juga ikut tersenyum kemudian berjalan menuju meja Sasuke dan temannya, Sabaku Gaara.

"Kau mengenal Naruto Namikaze?" tanya Ino.

"Begitulah. Kemarin, Naruto-senpai yang mengantarku pulang," jawab Hinata dan berhasil membuat kedua temannya terkejut.

"Bagaimana bisa? Eh, mereka bertiga tampan ya?" Ino mengalihkan pembicaraan dan kini pandangannya tertuju pada meja yang dihuni oleh tiga orang pemuda tampan yang masing-masing bernama Naruto, Sasuke dan Gaara. "Yang berambut merah itu namanya siapa ya?"

"Namanya Sabaku Gaara, dia sangat lembut dan agak pendiam, tapi banyak yang takut padanya karena lingkar hitam di matanya itu." Kata Konan sambil melihat note yang dipegangnya. "kalau yang berambut pirang itu bernama Namikaze Naruto. Dia sangat ramah dan periang. Dia memperlakukan wanita dengan baik dan lembut. Karena itulah banyak yang memanfaatkan sifat baiknya. Salah satunya bernama Karin. Orangnya yang itu, yang berambut merah harajuku, lalu gadis yang dibelakangnya bernama Matsuri. Dia selalu mengikuti kemanapun Karin pergi. Yang berambut emo itu pasti sudah tahu kan? Uchiha Sasuke. Dia yang paling populer diantara merek bertiga. Sasuke sangat dingin dan tidak suka tersenyum tapi mungkin itu yang menjadi ya tariknya. Berita hebatnya, mereka bertiga masih single. Tapi kabarnya, Sasuke sedang mengincar seorang gadis dan itu sukses membuatku patah hati. Semoga informasi yang kuberikan tadi bermanfaat yaa.. Lho? Mana Hinata?" tanya Konan yang baru menyadari kalau salah satu temannya sudah tidak ada di tempat duduknya.

"Dia sudah pergi sejak kau menyinggung nama Sasuke. Kau tahu sendiri kan, ia tidak menyukai Sasuke? Ehmm.. kau bilang Sasuke sedang mengincar sesorang? Siapa?" tanya Inno.

"Entahlah. Narasumber juga tidak tahu. Ayo cari Hinata." Kata Konan lalu beranjak dari tempat duduknya dan diikuti Ino.

#####

Tok Tok Tok..

Saat ini Naruto tengah berdiri di depan rumah Sasuke. Rumah Sasuke lumayan luas dengan halaman yang dipenuhi dengan bunga-bungaan. Sedangkan rumahnya sendiri bercatkan putih dan abu-abu di beberapa bagian dengan pintu kayu dianta dua jendela bertirai putih.

"Konnichiwa," sapa Naruto pada Mikoto, ibu Sasuke begitu membuka pintu.

"Eh, Naruto-kun mencari Sasuke? Dia ada di kamarnya, sedang beres-beres," ujar Mikoto. "Masuklah.

"Iya, bi," ucap Naruto lalu ia berjalan ke lantai dua dimana kamar Sasuke berada. "Hei, Sasuke," sapa Naruto saat memasuki kamar Sasuke.

"Hn. Begitulah," jawab Sasuke tanpa mengalihkan pandangannya pada PSP di genggamannya. Saat ini ia sedang tiduran di ranjang sambil bermain game.

"Sibuk apanya? Bukannya kau mau pindah? Kenapa tidak beres-beres?" tanya Naruto sambil merebahkan tubuhnya di samping Sasuke yang berukuran king size.

"Kurang meja yang itu," kata Sasuke sambil menunjuk meja yang masih berantakan. Ada lampu meja yang dibiarkan menyala, telepon wirelles, iphone milik Sasuke dan satu bingkai foto.

"Baiklah, akan aku bereskan," Naruto bangun dan mulai memasukkan barang-barang ke kardus. Satu bingkai foto menarik perhatiannya kemudian ia mengambilnya dan ia melihat ada anak laki-laki dan perempuan yang masih mengenakan seragam sekolah dasar. Naruto yakin itu foto Sasuke dengan seseorang. Entah kenapa ia merasa familiar dengan gadis di foto itu tapi tidak tahu siapa.

"Ini kau bersama siapa?" Naruto tidak bisa menahan rasa penasarannya.

"Hn?" Sasuke membalikkan badannya agar berhadapan dengan Naruto.

"Gadis ini siapa?" Naruto kembali bertanya dengan menunjukkan foto berbingkai kayu kepada Sasuke.

"Hinata," jawab Sasuke singkat.

"Eh? Maksudmu Hyuuga Hinata kelas XI-A itu?" pertannyan Naruto kali ini berhasil membuat Sasuke heran. Sejak kapan ia mengenal Hinata?

"Hn. Kau mengenalnya?"

"Iya. Beberapa hari yang lalu aku mengantarnya pulang," jawab Naruto santai tapi ia tidak menyangka Sasuke akan menyerangnya secara mendadak. Ia mencengkram kerah baju Naruto.

"Bagaimana bisa?!" seru Sasuke. Bagaimana tidak? Ia terkejut dengan pengakuan pemuda pirang itu.

"A-aduh. Santailah sedikit. Kau cemburu,eh? Aku tidak menyangka kalau ia temanmu. Dunia memang sempit. Apa kau menyukainya Sasuke-kun?" naruto sengaja menambak sufix –kun untuk menggoda Sasuke. Jarang sekali ia melihat raut wajah Sasuke yang seperti ini.

'Tenang, tenang. Kendalikan emosimu, kau bukan siapa-siapanya gadis itu jadi tak perlu merasakan perasaan aneh seperti ini,' Sasuke berusaha menenangkan perasaanya.

"A-aku tidak menyukainya!" entah kenapa Sasuke sangat gugup mengatakannya. Ia tidak berani memandang Naruto.

"Bodoh. Dari tingkahmu, sudah sangat jelas kalau kau..."

"Jangan katakan apapun," potong Sasuke cepat sambil memalingkan wajahnya.