Naruto milik Masashi Kishimoto-sensei

Fanfict ini milik saya pribadi :3

Pair: Uchiha Sasuke – Hyuuga Hinata, OC

Rate: T

Gaje, ide pasaran, aneh, new bie (didunia fanfiction), miss typo dan segala keanehan lain yg mungkin akan kalian lihat di fanfict ini ^^v mohon bantuan reviewnya senpai senpai xoxo.

Summary: Ketika Hinata dihadapkan pada pilihan sulit, dimana Ia diharuskan memilih antara cintanya –Uchiha Sasuke- dan sahabat baiknya –Haruno Sakura-. Dan pada akhirnya, Hinata lah yang harus mengalah, karena ia tahu, baik Sasuke maupun Sakura adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Hinata mengalah dengan takdir, berharap kehidupan barunya dapat membawa kebahagiaan baru.


Terkadang cinta begitu sulit dimengerti. Takdir seolah bermain dikehidupannya, baru sekejap ia merasakan kebahagiaan, disaat yang sama, ia harus meraskan luka yang mendalam. Hinata tersenyum miris, menatap benda berwarna perak ditangannya, mencoba menahan air mata yang siap tumpah kapan saja.

Kami yang berbahagia,

Uchiha Sasuke & Haruno Sakura

Ya, sebuah undangan pernikahan. Hinata tidak fokus terhadap kalimat-kalimat lain yang ada didalam undangan tersebut, matanya seakan hanya terfokus pada nama sang calon pengantin, tanggal pernikahan mereka, dan tempat dimana dilangsungkannya acara pernikahan tersebut.

"Hinata-chan.." Panggil seorang wanita cantik dengan rambut ponytail nya. Matanya menatap Hinata dengan pandangan sendu, seakan merasakan kesedihan sahabatnya tersebut.

"Tidak apa, Ino-chan. Ini adalah kebahagiaan untuk Sakura-chan, seharusnya kita sebagai sahabatnya pun ikut berbahagia." Hinata tersenyum tulus, meskipun raut wajahnya tidak menunjukkan demikian, ia mencoba meyakinkan sahabat barbie nya itu. Tidak, sudah cukup ia merepotkan Ino, Hinata tidak ingin membuat sahabatnya itu kembali bersedih karenanya.

"Kita bisa untuk tidak datang, Hinata. Kita bisa beralasan pada Sakura, kalo kita berdua sibuk, lagipula—"

"Iie, Ino-chan. Kita tidak seharusnya seperti itu disaat sahabat kita sendiri berbahagia. Sudahlah, lebih baik kita persiapkan apa yang akan kita kenakan nanti, dresscodenya Hitam-Putih," Hinata mengelus pundak Ino menenangkan, sungguh ia baik-baik saja.

"Aa, aku ke kamar dulu, Ino-chan. Masih ada waktu 4 jam untuk datang ke acaranya. Lebih baik kita bersiap-siap." Hinata kembali tersenyum, dan kali ini ia meninggalkan Ino sendirian menuju kamarnya. Tanpa Hinata sadari, cairan bening perlahan keluar dari mata sahabat barbienya itu, Ino menatap kepergian Hinata dengan sendu, sungguh Hinata adalah sahabat terbaiknya, kenapa takdir begitu kejam kepada wanita itu?

Setegar apapun batu karang dihempaskan oleh ombak, tetap saja suatu saat pasti akan sedikit demi sedikit terkikis. Begitupun Hinata, sekuat apapun kelihatannya, dia tetaplah hanya seorang wanita rapuh yang membutuhkan sandaran. Saat ini, ia hanya punya Ino, sahabat terbaiknya.


Hinata menutup pintu dengan pelan, lalu setelah pintu tertutup rapat, ia merosot dibalik pintu dengan tangan kanan menutup mulutnya dan tangan kiri memegangi perutnya. Air matanya mengalir begitu saja, awalnya hanya setetes, lama kelamaan menganak sungai diwajahnya. Air mata yang sedari ditahannya dihadapan Ino. Bohong kalo ia merasa baik-baik saja, bohong kalo ia merasa bahagia mendengar kabar itu.

Kami-sama, apa aku memang tak pantas bahagia?

Ia mengelus perutnya sendiri, seakan menenangkan dirinya. Tidak, ia tidak boleh bersedih. Ia sudah banyak merepotkan orang lain, ini saatnya Hinata menata kehidupan barunya. Ia harus bahagia, setidaknya akan ada kebahagiaan baru yang akan ia dapatkan. Ya, Hinata yakin itu.


"Sakura-chaaaaan." Hinata sedikit berlari menghampiri gadis berambut pink yang terlihat sangat anggun dan cantik dengan gaun pengantin berwarna perak. Sahabat pinkynya itu terlihat bagaikan putri raja dinegeri dongeng. Saat sudah sampai dihadapan Sakura, ia memeluk gadis cantik itu erat dengan senyum lebar yang mengembang dibibir tipisnya.

"Hinata…" Bisik Sakura lirih

"Aah, gomen Sakura-chan, aku hanya merasa sangat bahagia melihatmu akhirnya menikah." Hinata melepaskan pelukannya sembari memamerkan cengirannya kepada Sakura. Lalu dengan senang hati, ia memberikan bungkusan berukuran sedang dengan bungkus kado simple berwarna ungu muda dan pita berwarna bunga lavender.

"Untukmu, hehe. Maaf, aku hanya bisa memberi itu padamu."

"A-arigatou, Hinata.." Mendengar nada suara Sakura yang lirih membuat Hinata menggelengkan kepalanya, ia tahu benar kalau Sakura saat ini merasa tidak enak padanya karena…

"Selamat atas pernikahanmu," Ino menghampiri kedua sahabatnya dengan tatapan dingin. Ia mengulurkan tangannya kepada Sakura, yang dibalas Sakura dengan uluran tangan lemah.

"Aaa, Ino-chan. Kenapa mukamu jelek begitu, sih? Ayolah hari ini kan hari bahagianya, Sakura-chan." Kata Hinata dengan pipi digembungkan. Ino meilirik Hinata sekilas sebelum memutar bola matanya malas.

"Sakura.." Suara baritone seorang pria atau lebih tepatnya suara sang mempelai pria, membuat suasana dingin mencekam itu semakin terasa.

"Sasuke-kun," Kata Sakura, secara serempak ketiga wanita itu menolehkan kepalanya kepada sipemilik suara yang berjalan menghampiri mereka. Sasuke terlihat gagah dan tampan, ah tidak lebih tepatnya sangat tampan dengan balutan tuxedo berwarna silver, serasi dengan pakaian Sakura saat ini.

"Aaa, Uchiha-san. Selamat atas pernikahanmu." Hinata tersenyum tipis sembari membungkukan badannya singkat, yang dibalas Sasuke dengan senyum tipis pula.

"Ayo, Hinata! Aku tidak betah berlama-lama ditempat penuh iblis seperti ini!" Kata Ino tajam sembari menarik sebelah tangan Hinata dan menatap sepasang pengantin itu dengan tatapan dingin. Sungguh, Ino sangat membenci pasangan pengantin sok baik itu.

"Ino-chan tunggu. Ino-chan kita harus pamitan dulu dengan Sakura-chan." Samar-samar terdengar suara Hinata yang tidak digubris oleh Ino. Ino terus saja menarik pergelangan tangan Hinata menuju parkiran, mengajak sahabat cantiknya itu keluar dari 'tempat penuh iblis' itu.


Suasana didalam mobil itu terasa hening, tidak, lebih tepatnya sangat hening. Sai –suami Ino- yang duduk dikursi kemudi mencoba menenangkan Ino dengan mengusap pelan pundak sang istri, sedangkan Ino sendiri menatap kearah belakang, lebih tepatnya kearah Hinata yang duduk dikursi penumpang sambil memperhatikan jalanan diluar.

"Hime, jika kau ingin menangis, maka menangislah sekarang." Kata Ino pelan, pertahanan yang Hinata bangun selama ini hancur sudah. Air matanya tak lagi dapat ditahan, dihadapan Ino dan Sai, akhirnya air mata itu tumpah dengan derasnya.

Ino menunduk sedih, air matanya pun mengalir untuk Hinata. Ia jelas tahu bagaimana perasaan sahabat kentalnya itu. Sedangkan Sai hanya mampu membisu, ia tak ingin memperburuk suasana.

"Kita pergi dari sini, Ino-chan. Aku ingin memulai kehidupan baru. Aku tidak ingin menyesali apa yang sudah terjadi, tapi aku ingin menemukan kebahagiaan baru, meskipun tidak disini." Kata Hinata lirih, ia menghapus air matanya dengan kasar. Tidak, ia tak boleh cengeng. Ia masih bisa bahagia, meskipun harus meninggalkan Konoha, meski harus meninggalkan Jepang, meski harus hidup tanpa orang yang ia cintai…. Uchiha Sasuke. Orang yang saat ini statusnya sudah menjadi suami dari sahabatnya sendiri, Haruno Sakura. Ia sudah memutuskan untuk pergi meninggalkan Konoha, lebih tepatnya meninggalkan Jepang selama beberapa tahun kedepan setidaknya sampai luka dihatinya sembuh. Ia akan memulai kehidupan barunya di New York, mencari kebahagiaan barunya disana tanpa ada kenangan masa lalu yang membuatnya kembali terluka. Ya, hari dimana diselenggarakannya pernikahan Sasuke dengan Sakur adalah hari yang sama dengan keberangkatannya ke negeri seberang. Ia hanya sebentar meluangkan waktunya untuk datang kepesta pernikahan sahabatnya itu sebelum keberangkatannya ke New York. Pertemuan terakhirnya –mungkin- sebelum ia memulai babak baru kehidupannya disana. Sekaligus sebagai salam perpisahannya kepada pasangan pengantin tersebut.


Beberapa bulan berlalu…

Ino tidak pernah menyangka bahwa ia akan bertemu dengan Sakura dan Sasuke ditoko peralatan bayi seperti ini. Ino memang tidak ikut tinggal di New York dengan Hinata, ia hanya mengantar Hinata kesana sekaligus berlibur dan membantu Hinata bebenah rumah barunya disana.

"Lama tidak berjumpa, Uchiha-san." Suara desisan Ino membuat Sakura dan Sasuke yang saat itu sedang berbelanja perlengkapan bayi, menoleh kesumber suara. Ino berdiri sembari bersidekap dengan senyum sinis yang nampak diwajah cantiknya.

"I-ino.." Cicit Sakura, lagi-lagi Ino hanya memamerkan senyum sinisnya.

"Apa yang kau inginkan?" Tanya Sasuke dengan nada datar, namun terlihat jelas diraut wajahnya kalau lelaki itu terusik dengan kedatangan Ino.

"Khe, tidak ada, Uchiha-san. Hanya ingin menyapa sahabat lama, apa itu salah?" Tanyanya sambil tersenyum manis.

"Well, bagaimana kabar kalian berdua? Aku terkejut, ternyata kalian sekarang akan menjadi orang tua, hm?" Tanya Ino lagi sembari melihat kearah perut Sakura yang membuncit.

"Cepat katakan apa yang kau inginkan. Aku sudah muak muak melihat wajahmu." Kata Sasuke dingin disertai wajah datar, Ino terkekeh mendengar ucapan Sasuke tersebut. Dapat Ino lihar, tangan Sakura meremas lengan Sasuke, dan wajah Sakura yang pucat pasi.

"Bukankan sudah ku katakan, kalau aku hanya ingin menyapa sahabat lama ku. Apa itu salah, Uchiha-san?"

"…."

"…." Tidak ada jawaban dari Sakura maupun Sasuke, hal itu membuat Ino lagi-lagi tersenyum sinis.

"Ah baiklah sepertinya aku tidak perlu berbasa basi dengan kalian-" Ino kembali bersidekap dengan tatapan angkuh dihadapan kedua pasangan suami istri tersebut, lalu melanjutkan ucapanya yang tadi terpotong.

"Aku hanya ingin mengucapkan… ehm, selamat atas pernikahan kalian, maaf waktu itu aku tak sudi mengatakannya meskipun aku datang ke pernikahan kalian, dan juga-" Sakura semakin mengeratkan tautannya ditangan Sasuke saat mendengar kalimat yang mulai terucap dari mulut Ino. Dadanya terasa sesak, ia merasakan firasat buruk setelah ini.

"Ehm, dan juga…. Aku bersyukur, ternyata akhirnya Hinata dijauhkan dari orang-orang jahat seperti kalian!"

Tes

Tes

Tes

Tetes demi tetes air mata mengalir dipelupuk mata Ino. Hatinya miris jika mengingat bagaimana nasib sahabatnya- Hinata.

"Aku tidak habis pikir padamu, Sakura. Apa yang membuatmu menjadi jahat seperti ini?" Ino mengepalkan tangannya agar emosinya tak tersulut, biar bagaimanapun, Sakura tetaplah sahabat baiknya selain Hinata.

"Asal kau tahu, Hinata selalu memikirkanmu, Sakura. Dia bahkan datang ke acara pernikahan kalian, tersenyum senang dihari bahagia kalian, meskipun hatinya terluka!"

"…."

"…."

"Demi Tuhan, forehead. Sudah berapa lama kita bersahabat huh? Kau, aku, dan Hinata adalah sahabat sehidup semati. Itu kan yang kau ucapkan dulu saat kita baru memasuki bangku junior? Tapi kenapa kau tega menyakiti Hinata, Sakura? Kenapa?" Air mata Ino mengalir semakin deras seiring dengan kalimat-kalimat yang keluar dari bibirnya. Seakan ia ikut merasakan sakit yang dialami Hinata.

"Hanya karena lelaki ini, kau tega menyakiti Hinata, huh?" Ino menunjuk Sasuke dengan jari telunjuknya, tak perduli jika Sasuke tersinggung dan langsung menatap Ino tajam.

"Apa yang ada dipikiranmu, forehead, sehingga kau tegamerebut suami sahabatmu sendiri?!"

"…."

"…."

"Aaa, aku lupa kalau Uchiha Sasuke bukan lagi suami Hinata. Ya, aku ingat kalau Sasuke menceraikan Hinata karena masih mencintaimu dan kaupun meminta sasuke untuk menceraikannya. Khe, ternyata hanya karena seorang lelaki, Haruno Sakura ups maksudku Uchiha Sakura bisa melakukan perbuatan serendah itu, ya?"

"…."

"…." Masih tidak ada jawaban, Ino tidak perduli akan mendapat respon seperti apa dari kedua orang dihadapannya ini, yang terpenting sekarang adalah perasaan Hinata.

"Dan…. Aku lupa kalau pernikahan Hinata dengan Sasuke hanya berdasarkan perjodohan. Kheh.. Sasuke yang saat itu menjadi kekasihmu tentu tidak bisa menolak permintaan Ayahnya, bukan begitu? Maka dari itu, diluar pebngawasan keluarga Uchiha, kalian masih menjalin hubungan. Bahkan Sasuke kerap kali membawamu ke apartemennya, yang padahal disana ada istrinya sendiri. Tch, menjijikan!"

Sungguh hati Ino sakit melihat Sakura menitikan air matanya, tapi rasa sakit itu lebih menusuk jantungnya ketika melihar senyum miris dari bibir Hinata.

"Kau dan Sasuke terus saja bertingkah seolah tidak ada kesalahan yang kalian perbuat. Kau menginap diapartemen Sasuke, tidur sekamar dengannya lalu mengabaikan fakta bahwa Hinata saat itu adalah istri Sasuke! Apa kau tidak memikirkan bagaimana perasaan Hinata saat itu, forehead? Dia terluka, amat sangat terluka. Belum sembuh lukanya karena dijodohkan dengan kekasih sahabatnya sendiri, lalu kembali dibuat terluka karena perlakuan kalian terhadapnya. Sungguh rasanya lebih menyakitkan dibanding apa yang kau rasakan forehead!"

"Dan kau, Uchiha Sasuke yang terhormat-" Ino mengalihkan pandangannya dari Sakura untuk menatap Sasuke tajam. Memandang Uchiha muda itu dengan benci.

"Kau benar-benar brengsek! Kau memperlakukan sahabatku seperti boneka! Kau selalu pulang dalam keadaan mabuk, lalu menidurinya, kemudian keesokan harinya kau menganggap tidak ada yang terjadi diantara kalian. Kheh, ternyata seorang Uchiha bisa sebrengsek ini!"

"…"

"Hinata selalu bersikap layaknya seorang istri yang baik terhadapmu, membuatkanmu sarapan, menyiapkan perlengkapanmu ketika kau akan berangkat ke kantor, bahkan dia memenuhi jam biologismu meskipun kau dalam keadaan mabuk, meskipun kau berbuat kasar dan memaksanya-"

"Cukup!" Sasuke sudah tidak tahan mendengar ocehan Ino, ditambah dengan air mata Sakura yang semakin deras, Ia juga tak rela harga dirinya sebagai Uchiha diinjak-injak oleh wanita dihadapannya ini. Beruntung toko perlengkapan bayi yang mereka kunjungi saat itu sedang sepi, jadi mereka tidak perlu menjadi pusat perhatian pelanggan lainnya.

"Kenapa? Bukankah benar apa yang kukatakan?"

"Kubilang cukup, Yamanaka-san. Kurasa kau tidak berhak mencampuri urusanku, dengan siapapun itu." Ino tersenyum mengejek kepada Sasuke, tidak perduli bahwa rahang pemuda dihadapannya itu sudah mengeras, pertanda bahwa emosi Sasuke sudah diambang batasnya.

"yah, well aku hanya ingin berkata sesuatu kepada kalian sebelum pergi dari hadapan kalian. Tenang saja, aku tidak akan mengusik kehidupan kalian lagi setelah ini, sudah cukup aku menyampaikan isi hatiku kepada kalian saat ini." Ino terkekeh pelan sembari menghapus linangan air mata dipipinya sebelum melanjtkan ucapannya.

"Aku bersyukur, anak Hinata lahir tanpa sosok Ayah yang brengsek sepertimu, Uchiha! Aku bersyukur, Hinata dan anaknya terlepas dari jerat lelaki brengsek berhati iblis sepertimu! Aku bersumpah, kau akan menyesal telah membuat hidup sahabatku berantakan! Dan kau, Sakura, selamat atas pernikahanmu dan selamat karena kau telah berhasil melukai sahabatmu sendiri. Bahkan dengan senyum dibibirnya, ia masih bisa menghadiri pesta pernikahanmu meskipun harus menahan perasaannya yang amat sangat terluka, karena sahabatnya sendiri menikah dengan mantan suaminya sekaligus calon Ayah dari anaknya! Kurasa cukup, aku permisi."

DEG

DEG

DEG

Baik Sasuke maupun Sakura membatu seketika. Keringat dingin bercucuran dari pelipis mereka. Sakura dapat melihat raut terkejut dari wajah sasue. Jujur, ia sendiripun terkejut mendengar kalimat yang baru saja Ino ucapkan, Hinata saat itu sedang….

"Hinata mengandung anakku?" Gumam Sasuke lirih, kenapa dirinya baru mengetahui ini sekarang?

TBC or End? :3

Nah minna, itu dia chapter 1 nya :3 bagaimana? Berniat untuk mengisi kolom review?

Perkenalkan saya new bie didunia fanfiction:3 sebelumnya saya juga seorang autho (payah) yang suka menulis sesuatu yang absurd di dunia perfesbukan/? xD saya pertama kali baca FF dan langsung jatuh cinta pada SasuHina xo. Disini memang belum banyak interaksi antara SasuHina nya makan saya mohon reviewnya, terutama mungkin para senpai yang sekiranya sudi membaca fanfict absurd ini? xD

Saya adalah orang yang butuh dorongan, dukungan hehe. Kumohon minna, siapapun yang baca tolong tinggalkan jejak.

Salam.

Hyuuga Jishin ^^v