Hallo, semua ^o^)/
selamat datang di FF duo author RainClov.
Berhubung ini fanfic pertama kami di FFN. Jadi, aku bakal memperkenalkan diri :3
Kenalkan, namaku Arrain. Arra si hujan. w)b *pake topi awan + kaos bergambar tetes air hujan*
kalian bisa memanggilku Arra atau Rain. Gimana nyamannya sama kalian.
Untuk pembukaan kali ini, Arra yang dapet jatah untuk nyapa para reader yang cantik-cantik, ganteng-ganteng atau yang imut-imut, kawaii-kawaii dll lah xD / jadi bingung sendiri bilangnya.
:3 ff nya mungkin sedikit gaje. Tapi Arra harap kalian suka. Ini FF yang Arra dan teman Arra buat bersama.
;) teman Arra bakal nongol di penutupan chapter nanti. Jadi, cukup sekian.
Happy reading and bye bye xD *ngilang layaknya jin xD *
What is Life © RainClov (Arrain & Clover)
Naruto © Kishimoto Masashi
.
.
.
Angin lembut membelai pipi seorang gadis yang kisaran umurnya 16 tahunan. Rambutnya di mainkan oleh angin yang menerpa dengan lembut. Kakinya berjalan diatas pasir, langkah demi langkah ia telusuri tepi pantai. Berjalan tanpa tujuan.
Ia terus menelusuri pinggir pantai sampai akhirnya ia menemukan sosok seorang gadis kecil. Ia menghentikan langkahnya, tertegun melihat sosok gadis kecil yang sedikit mirip dengannya. Gadis kecil itu melihat ke arah pemandangan matahari sore. Sepertinya gadis kecil itu tak menyadari kehadirannya.
Entah perasaan apa yang ia rasakan, ia kembali melangkahkan kakinya, mendekati gadis kecil tersebut.
Ia terus memperhatikan sosok gadis kecil itu. Rambut cokelat gelapnya yang pendeknya, poni rambutnya yang jatuh ke wajahnya dan memiliki iris mata amethyst tanpa pupil mata. Gadis ini mirip dengannya.
Langit mulai gelap. Bintang-bintang mulai terlihat. Kini matahari telah seluruhnya tenggelam.
Ketika langit seutuhnya gelap dan hanya di hiasi bintang, tiba-tiba terdengar suara ledakan dari atas. Ia mendongakkan kepalanya ke sumber suara.
Kembang api?
Beberapa kembang api meluncur ke atas dan meledak, menghiasi langit malam yang gelap bersama para bintang. Ia memandang kagum kembang api itu, melupakan gadis yang kini berdiri hampir 3 langkah di sampingnya.
Beberapa saat setelah kembang api berhenti di luncurkan, ia kembali teringat akan gadis tersebut. Di liriknya ke tempat di mana gadis kecil tadi berdiri. Ia menghela nafas pelan melihat gadis itu masih ada di tempatnya.
Selangkah. Dua langkah. Ia berjalan mendekati gadis kecil tersebut.
"Jangan pernah mau mengikuti takdir bertemu denganku. Atau hidupmu yang akan di pertaruhkan." ujarnya dengan nada pelan namun jelas. Ia berhenti berjalan, berusaha mencerna kata perkata yang di ucapkan gadis tersebut.
Beberapa menit setelah itu, tiba-tiba angin kencang menerpa mereka berdua. Ia memejamkan mata dan berusaha bertahan dari angin kencang itu.
"Sayonara..." bisikan yang tertangkap di telinganya di tengah angin kencang dan ribut tersebut. Angin berhenti.
Ia berusaha membuka matanya, di lihatnya langit-langit suatu ruangan yang hanya di hiasi bola lampu. Sadar bahwa ia baru terbangun dari tidurnya, ia merubah posisinya menjadi duduk sambil memegang kepalanya.
"Ugh?"
Sakit. Ya, kepalanya sakit. Aku tadi bermimpi? Sebenarnya mimpi apa tadi? Siapa gadis itu? Apa maksud gadis itu? Dan.. apa yang terjadi dalam mimpi itu tadi?
Berbagai pertanyaan kini muncul di benaknya. Ia tak bisa mengingat jelas wajah gadis itu sekarang, ia tak bisa mengingat kejadian lengkapnya. Yang di ingatnya hanyalah gadis itu, kembang api, angin ribut.. Dan "Sayonara..." yang ia dengar terakhir kali sebelum ia terbangun.
"Tok-tok" suara pintu yang tiba-tiba di ketuk membuatnya tersadar dari lamunannya. Respon ia bertanya "Siapa?"
"Ini saya, Kō." jawab seseorang dari balik pintu. Mendengar jawaban itu, ia mempersilahkan orang bernama Kō itu untuk masuk ke kamarnya. Kō membuka pintu kamarnya dengan tenang.
"Ada apa?" tanya Hinata masih dalam posisi duduk.
"Tuan Hiashi menyuruh saya untuk membangunkan nona." jelasnya, berjalan mendekati jendela kamar Hinata.
"Takutnya nanti nona terlambat." sambungnya sambil membuka tirai kamar Hinata. Hinata melirik jam weker miliknya. Matanya membulat ketika melihat jam tersebut.
"Aku hampir terlambat!" teriaknya buru-buru bangun dari tempat tidur, menyambar handuknya dan berlari menuju kamar mandi. Ia berusaha melakukan semuanya dengan cepat agar ia tak benar-benar terlambat nantinya.
"Ittekimasu!" serunya, membanting pintu rumah dan berlari kecil menuju sekolahnya. Ini kebiasaannya, walau sang ayah memiliki mobil, ia tetap saja ingin berjalan kaki layaknya anak biasa. Ralat, dia sedang berlari saat ini.
Ia terus berlari menuju sekolahnya. Beberapa kali ia tak sengaja menabrak orang lain, membuatnya harus minta maaf berkali-kali. Dan lagi-lagi kali ini ia kembali menabrak seseorang, membuat yang di tabrak terjatuh.
"Ittai.." ringis gadis kecil yang di tabraknya. Hinata buru-buru membantunya bangun, mengambil tas gadis tersebut dan mengembalikannya pada pemiliknya yang baru saja ia tabrak.
"Gomenasai, aku tak memperhatikan jalanan." ucapnya dengan panik.
"Lain kali berhati-hatilah jika berlarian. Yang lewat disini tidak hanya kau. Ingat itu. Huh, pagi-pagi membuat moodku kacau saja."
Hinata terdiam mendengar perkataan gadis itu. Ia tak bisa melihat dengan jelas wajah anak sd yang ia tabrak ini. Wajahnya di tutup oleh poni nya yang jatuh ke wajahnya. Gadis itu tak mempedulikan sikap Hinata dan berjalan begitu saja melewati Hinata dan menghilang di tikungan.
Hinata terdiam, memikirkan wajah gadis tersebut. Tunggu. Poni yang jatuh ke wajahnya? Itu kan...
"Hei, tunggu!" seru Hinata, berlari menyusul gadis kecil tadi, melewati tikungan. Tapi sayang, gadis itu sudah tak ada lagi di sana. Menghilang dalam hitungan kurang dari 30 detik.
"Dia..."
.
.
.
'Jangan pernah mau mengikuti takdir bertemu denganku, atau hidupmu yang akan di pertaruhkan.'
Hinata terus memikirkan maksud dari kata-kata gadis kecil dalam mimpinya. Ia yakin, yang ia tabrak tadi pagi pastilah gadis dalam mimpinya. Tapi kenapa? Dan siapa dia? Sambil melamun, ia melihat ke arah luar jendela, melihat langit biru tanpa awan. Ia tertegun mengingat sesuatu ketika melihat langit biru tanpa ada satu kepalan awan.
'Hanabi?' batinnya. Ia teringat dengan kembang api yang semalam ia lihat dalam mimpinya. Ia memegang kepalanya dan memejamkan matanya, menahan rasa sakit yang tiba-tiba muncul.
"Ugh... Ha.. na.. bi?" ejanya sambil menahan rasa sakit. Sepertinya ia mengenal nama itu. Bukan, bukan kembang api yang ia maksud. Tapi.. Ia rasa itu nama seseorang yang sangat dekat dengannya, entah siapa. Ia seperti melupakan sesuatu yang berharga untuknya.
"Psstt.. Hinata. Hei, Hinata!" panggil seseorang, membuat Hinata terpaksa membuka matanya sambil menahan rasa sakit.
"Ya?" jawabnya sambil menatap teman yang ada di sebelahnya.
"Daijobu?" tanya gadis cherry yang tadi memanggilnya.
"Daijobu" jawab Hinata sambil tersenyum tipis. Tentu ia berbohong, kepalanya terasa sangat sakit sekarang. Beruntung semenit setelah ia menjawab pertanyaan si jidat lebar, bel jam istirahat pun berbunyi.
"Hinata, ke kantin yuk." ajak gadis dengan model rambut yang dicepol seperti gadis cina. Hinata mengangguk dan mengikuti gadis berambut coklat tua yang seperti gadis cina ini. Di sepanjang jalan mereka mengobrol bermacam-macam selagi menuju ke kantin. Sampai di kantin mereka melihat segerombolan siswi yang mengerumuni sesuatu.
"Tenten, ada apa di sana?" tanya Hinata ke gadis gaya rambut cina yang dari tadi mengobrol dengannya. Tenten mengangkat bahunya.
"Mana ku tau." jawabnya cuek. Tak puas dengan jawaban Tenten, Hinata pergi mendekati kerumunan tersebut.
"H-hei, Hinata" Hinata mengabaikan panggilan dari Tenten, berusaha menerobos kerumunan. Tenten menyusul masuk dalam kerumunan. Hinata terus mencoba menerobos ke depan, dan setelah beberapa menit kemudian ia berhasil mencapai posisi paling depan. Kini ia melihat seorang pemuda dengan gaya rambut pantat ayam. Di perhatikannya pemuda itu dari atas sampai bawah.
Yang di perhatikan merasa sedikit risih, membuat pemuda tersebut melirik ke arah Hinata. Entah kenapa, matanya tiba-tiba membulat melihat Hinata.
"Kau... seorang Hyuuga?" tanyanya dengan nada tajam begitu juga dengan tatapan yang sama. Hinata terjengit melihat tatapan itu.
"I-iya, aku putri keluarga Hyuuga." jawabnya dengan di selimuti perasaan ngeri melihat tatapan yang amat penuh kebencian itu. Sepertinya pemuda itu ingin mengatakan sesuatu padanya, tapi di halangi oleh kedatangan Tenten.
"Hinata, ayo cepat, kita harus membeli makanan sekarang. Sebentar lagi jam istirahat habis." ujar Tenten mengingatkan Hinata. Hinata menghela nafas lega, ia rasa lebih baik ia pergi sini sebelum terjadi sesuatu yang tak di inginkannya.
Hinata dan Tenten membeli makanan lalu memakannya bersama. Tenten terus berbicara ketika sedang memakan makanannya, sementara ia hanya diam dan berpura-pura menanggapi perkataan Tenten. Namun sebenarnya, pikirannya sedang melayang entah ke mana.
Mimpi. Gadis tadi pagi. Dan pemuda itu. Benar-benar membuatnya bingung.
Kenapa pemuda tadi melihatnya dengan respon yang begitu aneh? Aneh, benar-benar aneh.. Dan mimpi itu juga aneh. Jam istirahat berakhir, waktunya melanjutkan pelajaran. Hinata lagi-lagi melamun di tengah jam pelajaran.
Semakin melamun, semakin pusing dirinya memikirkan semua keanehan yang terjadi padanya dalam sehari ini. Tanpa terasa, jam pelajaran pun habis dan waktu pulang pun tiba. Bel pulang pun berbunyi. Membangunkan Hinata dari lamunan panjangnya tadi. Ia buru-buru membereskan semua peralatan sekolahnya dan di masukkannya dalam tas.
Langkah, ah- bukan, larian Hinata terus bertambah menit demi menit. Walau ia tahu berlarian di tangga itu berbahaya. Entah apa yang membuatnya ingin cepat keluar dari gedung sekolahnya. Ia terus berlari menuju ke suatu tempat setelah keluar dari pekarangan sekolah.
Ia berlari masuk ke taman yang tak jauh dari sekolahnya. Kelelahan berlari, ia memutuskan untuk istirahat di bangku taman yang ada di taman itu.
"Akhirnya.. Kau sendiri juga, nona Hyuuga," ujar seseorang, membuat perhatian Hinata teralih ke arah pemilik suara. Betapa terkejutnya ia melihat pemilik suara itu adalah pemuda ayam yang tadi siang ia temui di kantin. Hinata berdiri, perasaannya bercampur takut dan bingung. Pemuda itu mendekatinya.
"A-apa yang kau mau? Jangan mendekat!" seru Hinata dengan suara gemetaran. Ia takut melihat si pemuda itu. Ia merasa pemuda itu akan melakukan sesuatu yang buruk padanya.
"Di mana adikmu?" tanyanya dengan nada dingin dan tatapan tajam.
"Adik?" tanya Hinata. Seingat Hinata, ia adalah anak tunggal di keluarganya, mana mungkin ia punya adik. Tanpa ada percakapan lagi, Pemuda itu melesat ke arahnya dan menyerangnya dengan sebuah katana. Sesaat sebelum katana itu mengenainya, seseorang menangkis serangan pemuda yang memiliki style rambut yang aneh itu.
.
.
.
-To Be Continue-
Jadi...sesuai yang Arrain bilang, aku muncul di akhir chapter. Nickname ku disini Clover. Semoga kalian suka dengan FF kami dan dengan senang hati kami menunggu review dari kalian. See you next chapter.
