Warning : Little Angst, Typo bertebaran di mana-mana. Alur kecepatan dan mungkin feelnya kurang dapat.

.

.

.

.
Happy Reading...!

.

.

.

.
.

"Haah..."

Helaan nafas di keluarkan seorang namja tan yang saat ini sedang duduk dengan tangan menumpuh dagunya. Sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu, atau mungkin melamun?.

Dia merasa capek namun, juga sakit.

Bukan capek dalam artian sebagai leader. Yah... Walau sebenarnya menjadi seorang leader yang memimpin 5 orang dalam satu grup tidaklah segampang pemikiran seseorang.

Tentu saja dia capek, memimpin sebuah grup. Sambil mengejar cintanya.

Yang dia yakini, orang itu tidak akan melihatnya.

Dan sakit saat sahabat terbaik yang dia beri nama 'life long friend'-nya sekaligus seseorang yang sangat cintainya memintanya menjauh dari dirinya.

Kenapa terasa sangat sakit ketika orang tersebut memintanya secara langsung? Terlebih dengan nada yang tidak biasa dia gunakan padanya.

Haruskah dia menurutinya? Menjauhinya?.

Hanya dirinya? Tapi, itu jadi adil jika hanya dia yang merasa terabaikan namun, dirinya juga tidak bisa mengabaikan yang lainnya.

Jadi, dia harus bagaimana?.

Haruskah dia membedakan dia dengan member lain? Atau menyamakannya saja?.

'Haruskah aku melakukannya? Mulai besok?' Batinnya bertanya.

"Apakah N hyung sudah keluar?"

"Sepertinya sudah"

Tiba-tiba saja dia mendengar suara dua orang yang sangat di kenalinya.

Di lihat jamnya. '22.45 PM'

'Kenapa mereka belum tidur? Dan kenapa namaku di sebut-sebut?' Pikirnya

Di langkahkan kakinya menuju ruangan yang mereka tempati bersama, mendekatkan kupingnya bermasuk untuk mendengarkan apa yang akan mereka bicarakan.

"Ahh... akhirnya kita terbebas dari N hyung"

"aku rasanya senang sekali N hyung tidak di sini."

"Leo hyung apakah kau tidak merasa risih dengan N hyung yang selalu menggangumu?"

"... ya, aku risih."

"Ah, seandainya ada Nakhun Hyung di sini."

Deg!

Hakyeon merasa sakit, sangat sakit.

kenapa mereka tidak mengatakannya saja jika sangat tidak menyukai ke hadirannya di dalam grup ini.

Kenapa harus sembunyi-sembunyi.

Jika saja sejak awal, dia mendengar ini, dia mungkin sudah mengundurkan dirinya sejak awal.

Kenapa harus di saat dia sudah merasa nyaman dengan kehadiran mereka...

Kenapa mereka tidak mengatakannya saja di depannya, tidak perlu sembunyi-sembunyi seperti ini.

Dia akan menerimanya...

Menerima kalau dirinya tidak di terima di dalam grup ini.

Dia akan mengerti. Dia akan mencoba mengerti. Walau itu sakit, tidak apa-apa.

Dia akan mengerti, kalau saja mereka mengatakan secara langsung padanya.

Apalagi jika orang itu mengatakan langsung padanya.

Dia akan mengerti... Dia akan menerimanya.

Menerima kenyataan pahit ini..

Kenyataan bahwa mereka tidak menginginkan dirinya di dalam grup ini.

Tak terasa airmata jatuh di ke dua pipinya.

Beberapa menit dia tidak mendengar mereka berbicara. Hakyeon memutuskan untuk pergi dari sana dengan langkah pelan agar mereka tidak menyadari bahwa dirinya pernah berada di sana walau hanya sebentar.

Dia butuh menenangkan dirinya saat ini.

Dia butuh tempat yang dapat membuatnya tenang sekarang.

Tempat yang dapat membuatnya merasa lega.

Tempat yang jauh dari mereka untuk sekarang ini.

Tempat yang dapat membuatnya mengeluarkan unek-uneknya.

Hakyeon ingin berteriak saja hari ini. Berteriak sekeras-kerasnya.

Sampai dia merasa lega dan ringan.

Dia tidak ingin mengingat hari ini.

Dia ingin ke tempat yang dapat membuatnya merasakan hembusan angin malam yang sejuk untuk menyegarkan pikirannya.

Atap apartemen

Kata itu langsung tergiang di kepalanya..

Yah, dia ingin sendiri sekarang. Dia ingin merasakan angin malam hari ini. Bermalam di sana sebentar sepertinya tidak apa-apa.

Kalaupun dia sakit, toh tidak akan ada yang memerhatikannya.

Hakyeon mendudukkan dirinya di sebuah kursi panjang yang memang terletak di sana.

Memandang langit malam tanpa adanya bintang-bintang.

Seperti halnya dirinya saat ini, langit rasanya juga merasakan kesedihannya.

Hakyeon tidak bergerak kemanapun, dia menikmatinya.

Menerima hujan yang akan membasahi dirinya.

Rintikan demi rintikan menerpa dirinya.

Dia berdiri dan membentangkan tangannya.

Hujan pun mulai berjatuhan dengan deras dan menguyur kota seoul.

Bersamaan dengan itu juga airmatanya mengalir dengan derasnya.

Sekitar lebih dari satu jam lamanya. Hujan belum juga berhenti.

Badanya mengigil itulah yang sekarang di rasakannya.

Tapi, dia menikmatinya masih dengan posisinya tersebut.

Hakyeon tidak ingin mempercayai apa yang di dengarnya dengan teliganya sendiri.

Mereka tidak menginginkan dirinya berada di sini bersama mereka, berdiri di tengah-tengah mereka.

Hakyeon tidak ingin percaya bahwa mereka ternyata selalu mengeluh tentang dirinya di belakangnya.

Kenyataan yang pahit dan menyakitkan yang Hakyeon rasakan.

Dia tidak pernah merasa sesakit ini.

Apalagi orang itu juga mengakui kalau dirinya risih akan kehadirannya.

Sedetik kemudian hujan berhenti, begitu pula dengan pemikirannya.

Di buka matanya dan kembali menatap langit.

Sepertinya dia sudah mengetahui jawaban yang tepat yang harus di ambilnya.

Untuk mereka dan untuk dirinya.

Dia tidak ingin kembali merasakan sakit yang sama.

Jawaban yang akan menentukan takdir mereka.

Karena dia sudah mengetahui apa yang harus di lakukannya.

Ya, benar ini untuk diriku dan untuk kebahagiaan mereka juga. Batinnya.

.

.

.

.
.

Jam 00.00 PM tepat Hakyeon kembali ke apartemen mereka.

Dengan baju yang basah Hakyeon memasuki apartemen mereka.

Berjalan menuju lemari pakaian menganti bajunya dengan baju hangat kemudian membawa baju basahnya untuk di cuci.

Setelahnya dia mengambil pel untuk mengeringkan air di lantai karena dirinya tadi. Tepat jam 01.15 AM Hakyeon selesai dengan kegiatannya.

Dia membaringkan dirinya di sofa, kembali melamun.

Apakah ini adalah keputusan yang tepat?.

Hatinya sebenarnya masih bimbang. Namun, setelah di pikir-pikir lagi ini juga keinginan sebenarnya mereka bukan?. Jadi apa salahnya menuruti keinginan mereka sebagai hadiah natal tahun ini dan hadiah tahun baru?.

Ide yang cermerlang sekali bukan?.

Ah, besok dia akan membicarakannya dengan manager hyung atau mungkin dengan sajangnim saja.

Ini pilihan yang terbaik. Batinnya lagi.

.

.

.

.

Jam 7.10 AM

Hakyeon saat ini sedang berdiri berhadapan dengan Ceo JF tanpa member mereka ketahui termasuk manager mereka.

"Apa kau yakin Hakyeon? Ini artinya mimpimu akan hilang Hakyeon-ah." Ucap Ceo JF memberitahukan kosenkuensinya.

"Aku sangat yakin sajangnim, aku tidak apa-apa. Aku rasa ini sudah lebih dari cukup." jawab Hakyeon

"Baiklah, walau kami melarangpun kau akan tetap melakukannya bukan?" Ucap Ceo JF bertanya.

"Ya. Anda benar." Jawab Hakyeon membenarkan.

"Baiklah, sesuai keinginanmu aku akan memberikannya izin." ucap Ceo JF

"Kamshamnida, sajangnim atas pengertiannya. Saya permisi." ucap Hakyeon melangkahkan kakinya ke arah pintu.

"Ah, tolong jangan mengatakan inin pada manager hyung dan para member dulu sajangnim... biarkan aku sendiri yang mengatakannya." Ucap Hakyeon kembali berbalik sebelum membuka pintu.

"Baiklah. Aku akan merasiakannya sampai hari itu tiba" jawab Ceo JF

"Sekali lagi kamshamnida sajangnim" ucap Hakyeon kemudian melengang pergi dari sana.

'Tinggal menunggu harinya saja' batin Hakyeon.

Beberapa saat setelah dirinya keluar dari kantor Ceo JF. Dia menekan nomor yang sudah sangat di hafalnya.

"Hyung... Bisakah aku meminta bantuanmu?" Tanya Hakyeon kepada seseorang di line seberang.

"Tentu Hakyeon. Katakanlah." Jawab seseorang di sana.

"Bisa carikan aku seseorang? Namanya Ro Nakhun" ucap Hakyeon

.

.

.

.

Jam 8.00 AM tepat Hakyeon kembali ke apartemen mereka.

Melepaskan sepatunya dan berjalan menuju ruangan yang menjadi tempat mereka berbagi ruang.

"Hongbin-ah, Hyuk-ah, ayo bangun... Kita ada praktik pagi ini" ucap Hakyeon mengelus rambut mereka, setelah di rasanya cukup Hakyeon beralih ke dua orang lainnya.

"Jahwan-ah, Taekwonn-ah, ayo bangun... Kita ada praktik pagi ini" ucap Hakyeon dengan kata-kata yang sama dan perlakuan yang sama dia berikan kepada ke empat member tersebut.

"Aku akan membuatkan sarapan sederhana buat kita" ucap Hakyeon.

Kemudian kakinya membawanya ke tempat Wonshik tertidur dan membangunkannya dengan kata-kata dan perlakuan yang sama.

Hakyeon rasa dia tidak perlu lagi membeda-bedakan mereka. Waktunya memang masih banyak, oleh karena itu dia akan memulainya dari sekarang.

Menjaga jarak dengan mereka, tidak menggangu kegiatan mereka dan membiarkan mereka bermain dengan candaan mereka tentang dirinya.

Dan memberikan mereka kebebasan yang mereka inginkan.

Hanya itu saja yang terpikirkan oleh Hakyeon saat ini.

Dia tidak merasa baik-baik saja sebenarnya.

Tapi, ini adalah keputusannya, jangan buat dia mengantungkan keputusannya.

Natal hampir dekat dan tahun baru pun tak lama akan sampai.

Dia ingin memberikan mereka kado terbaik yang bisa ia berikan.

Di saat-saat terakhir dia hanya ingin membawa sedikit kenangan bersama mereka.

Hanya itu saja.

Setelah itu dia akan memberikan mereka hadiah terbaik dari seorang Cha Hakyeon. Sang leader VIXX.

.

.

.
.

Setelah Hakyeon keluar dari sana.

Keheningan terjadi di dalam sana, mereka terdiam cukup lama hingga akhrinya suara salah satu anggota termuda mereka terdengar.

"Hyung... Apakah kalian tidak merasa aneh dengan Hakyeon Hyung?" Tanya Sanghyuk kepada mereka.

"Ya, aku merasakannya juga, Hakyeon hyung sedikit berbeda dari biasanya." Ucap Hongbin jawab pertanyaan Sanghyuk.

"dia tidak berteriak seperti biasanya." Ucap Jaehwan.

"Tidak usah memikirkannya, besok kalian akan mendengar teriakkannya lagi." Ucap Taekwoon tidak ambil pusing. Karena dia hanya menggangap kalau itu hanya akting Hakyeon belaka.

Mereka bertiga hanya menganggukkan kepalanya saja. Namun, perasaan aneh bukan hanya mereka yang merasakannya. Wonshik yang berada di ruangan sebelah pun merasakannya juga.

'Ada yang aneh dengan Hakyeon hyung" batin mereka berempat kecuali leo.

Namun, apa yang di katakan Taekwoon tidak terjadi, itu semua malah semakin berlanjut terus menerus membuat para member merasa ada yang kurang di antara mereka.

Karena Hakyeon yang sekarang lebih banyak menghabiskan waktunya dengan praktik dance hingga tengah malam dan kegiatan MC-nya. Untuk menghindari mereka mungkin?.

Dan ini sudah terbilang dua minggu lamanya, walau awalnya mereka merasa biasa saja. tapi sekarang berbeda. mereka merasakan sosok hyung yang menyebalkan dan berisik hilang entah ke mana. Walau dia tetap memperhatikan mereka. Tapi, rasanya tetap saja aneh.

Walau hanya sedikit. Tapi, Taekwoon merasakan sesuatu di hatinya.. Dia merasa adanya kekosongan dan kehampaan di sana. Entahlah kenapa dia bisa merasakannya, dia tidak tahu.

Pasti ini ada hubungannya dengan Hakyeon pikir Taekwoon.

.

.

.

.

Hakyeon kembali membawa tubuhnya untuk mengikuti irama lagu yang sangat di sukainya. Hingga getaran ponselnya membuatnya menghentikan aktivitasnya.

'Hakyeon-ah hyung sudah menemukannya untukmu' ucap manager hyung di line sebelah.

"Kamshamnida Hyung. Bisa hyung mengirimkan alamatnya padaku?." ucap Hakyeon bertanya di akhir kata.

'Ya.. Hyung akan mengirimkan alamatnya padamu.' Ucap manager Hyung.

"Sekali lagi kamshamnida hyung" ucap Hakyeon.

'Cheonma Hakyeon-ah' balas manager hyung.

Tak ingin membuat waktu lama Hakyeon membersihkan dirinya kemudian pergi menemui seseorang yang sangat ingin di temuinya sekarang juga.

.

.

.
.

Saat ini Hakyeon sedang duduk berhadapan dengan seseorang tersebut.

"Apakah kau yakin Hakyeon-ah?" Tanya seseorang tersebut.

"Ne, aku sangat yakin Nakhun-ah" jawab Hakyeon kepada seseorang yang baru di ketahui namanya.

"Kau tidak ingin memikirkannya lagi?" Tanya Nakhun.

"Aku sudah memikirkan matang-matang. Oleh karena itu, yang mereka butuhkan bukanlah aku melainkan kau Nakhun-ah" ucap Hakyeon.

"Tapi, aku tidak bisa melakukannya Hakyeon-ah... Mereka... Mereka..." Nakhun bingung ingin mengatakan apa.

"Kalau kau tidak bisa melakukannya untuk mereka... Lakukanlah untukku" ucap Hakyeon menatap Nakhun tepat di matanya.

.

.

.

.
.

Tidak terasa, tanggal 25 december telah tiba. Para member VIXX berkemas untuk pulang ke rumah mereka. Yah... Mereka mendapatkan liburan mereka tahun, bersama keluarga mereka.

Ah, pastinya mereka sangat merindukan orangtua mereka bukan?. Keluarga yang selalu ada untuk mereka saat mereka membutuhkan sandaran.

"Baiklah, apakah kalian tidak melupakan sesuatu?" Tanya Hakyeon saat mereka semua sudah berdiri di depan pintu.

"Aku rasa sudah semua, hyung." jawab Jaehwan memeriksa kembali barangnya.

"Yap, aku sudah semua hyung" ucap dua maknae berbarengan.

"Sudah hyung" jawab Wonshik

"... Sudah" jawab Taekwoon singkat

"Ah?, hyung belum bersiap-siap?" Tanya Sanghyuk tidak melihat Hakyeon memengang tasnya.

"Sebentar lagi, hyung akan bersiap-siap" jawab Hakyeon.

"Ah, baiklah kami berangkat hyung...!" Ucap mereka berbarengan kecuali Leo

"Ya, hati-hati di jalan... Selamat tinggal... Sampai ketemu di malam tahun baru yah... selamat natal...!" Ucap Hakyeon melambaikan tangannya tanpa menyadari kata-katanya yang akan membuat sesuatu di hati mereka merasa tidak tenang.

"Ya, selamat natal hyung" balas mereka lagi-lagi kecuali Leo

Setelah mereka pergi dan menutup pintunya. Hakyeon jatuh terduduk di lantainya.

"Haaah... Selamat Natal VIXX." gumam Hakyeon.

.

.

.

.
.

31 Desember jam 22.15

Jung Taekwoon, Lee Jaehwan, Kim Wonshik, Lee Hongbin dan Han Sanghyuk di buat bingung oleh leader mereka karena saat ini mereka berada di taman hiburan Amusement Park di malam hari.

Astaga... Apasih yang ingin di lakukan Hakyeon?. Berbagai macam pikiran melintas di pikiran mereka.

Apakah mereka akan melakukan malam tahun baru di sini? Di amusement park yang gelap dan sunyi?. Yang benar saja... Ini lebih menyeramkan dari pada bermain di gedung tua yang di bilang angker.

Terlebih biasanya di taman bermain banyak sekali hal-hal yang tak terduga terjadi di sana. Seperti kuncir kuda yang sering terlihat berputar sendiri, bianglala yang sekali-sekali bergerak sendiri dan juga sering kali terlihat bayangan di salah satu kotaknya.

Ah, banyak sekali hal-hal berbau mistik yang berada di sekitar sana, walau sebenarnya itu adalah taman yang banyak di kunjungan orang bukan berarti di sana tidak ada hal yang seperti itu kan?.

Tanpa adanya Kru dan produser membuat mereka berpikir apakah ini akan di tanyangkan?

Atau sebenarnya semua kru bersembunyi di suatu tempat? Banyak pikiran membuat mereka makin pusing dan bingung.

"Ini adalah misi kita hari ini, katanya semua kru sedang bersembunyi di suatu tempat sambil mereka semua kegiatan kita" ucap Hakyeon menjelaskan.

"Misi kita hari ini... Bermain... Sepuasnya?" Ucap Hakyeon pura-pura bingung saat membaca satu kertas berwarna kuning di tangannya.

Ah, ternyata ini adalah misi. Pikir mereka semua termasuk Leo.

Akting yang bagus sekali Hakyeon-ah. Mereka pasti tidak akan menyadarinya. Kalau sebenarnya ini hanyalah keinginanmu bermain bersama mereka.

Sesuai yang di tulis di sana. Mereka bermain sepuasnya hingga mereka melupakan waktu yang sebentar lagi menandakan tahun baru akan tiba.

Hakyeon mengecek jam di tangannya yang menunjukkan angka 23.47 PM.

'Sudah hampir waktunya.' Batinnya.

"Ah, sepertinya hyung melupakan sesuatu, kalian bermain saja lagi, hyung akan menyusul." Ucap Hakyeon kepada mereka kemudian berbalik ingin berlari.

Grab

"Hyung... Aku ikut denganmu" ucap Sanghyuk merasa akan ada sesuatu yang aneh terjadi di sana.

"Tidak usah Hyukkie-ah, hyung akan kembali." Ucap Hakyeon mengelus kepalanya.

"Tapi..."

"Ah, baiklah... Kalau hyung belum balik dalam 5 menit. Kalian berkumpul saja di tempat kita berkumpul tadi. Okay, Hyukkie?" Ucap Hakyeon membuat kesepakatan.

"Baiklah, hyung" jawab Sanghyuk sedikit memaksakan tersenyum saat dirinya harus melepaskan genggaman tangannya pada Hakyeon.

.

.

.

.

.

Hakyeon berlari kembali ke tempat mereka berkumpul untuk menemui Nakhun. Sesuai janji mereka untuk bertemu di sana.

"Kau datang.." Ucap Hakyeon

"Ya... Aku datang, Hakyeon-ah" ucap Nakhun pada Hakyeon

"Mulai dari sini, aku serakan padamu" ucap Hakyeon menepuk pundak Nakhun.

"Ya, serakan saja padaku, aku akan melakukan yang terbaik." Balas Nakhun

"Ah, tolong berikan ini kepada mereka" ucap Hakyeon menyerakan sebuah surat padanya.

"Baiklah, aku akan menyerakannya nanti" ucap Nakhun.

"Dah, sampai ke temu lagi." Ucap Hakyeon kemudian berlari menjauhi tempat tersebut.

"Sampai ke temu lagi... " Gumam Nakhun menatap langit.

.

.

.

.
.

Sudah hampir 8 menit Hakyeon belum juga kembali, mereka semua memutuskan untuk kembali tempat mereka berkumpul tadi.

Saat hampir sampai di sana, mereka melihat siluet seseorang yang sudah lama tidak mereka lihat.

Satu persatu mereka terdiam di tempat saat mengetahui siapa gerangan tersebut.

"Nakhun?" Ucap Taekwoon

"Nakhun Hyung?" Ucap mereka berempat bersamaan

Merasa namanya di panggil Nakhun membalikkan kepalanya.

"Hay... Lama tidak berjumpa" ucap Nakhun melambaikan tangannya.

"Kenapa kau ada di sini?" Tanya Jaehwan

"Apakah Hakyeon tidak mengatakannya?" Tanya Nakhun bingung.

"Kami tidak mengetahui apapun..." Jawab Wonshik

"Ah, iya ini surat darinya." Ucap Nakhun memberikan mereka surat tersebut dan di ambil oleh Jaehwan yang saat itu berdiri di tengah-tengah.

'Semoga kalian menyukai hadiah dariku...

Dari Cha Hakyeon, Leader VIXX atau kalian bisa mengatakannya mantan Leader VIXX sekarang. :D '

Hanya itu yang tertulis di sana.

"Apa maksudnya ini?" Tanya Hongbin membuat pertanyaan di kepalanya mereka akhirnya keluar.

"Tidak... mungkin..." Ucap Sanghyuk mengerti dengan maksud kata-kata tersebut.

"Ada apa Sanghyuk... Katakan!" Ucap Taekwoon sedikit panik(?)

"Ahhh... Dia tidak mengatakannya yah... Baiklah, aku yang akan mengatakannya." Ucap Nakhun.

"Apa.. Cepat katakan Nakhun/hyung" ucap Taekwoon dan Hongbin bersamaan.

"Mulai hari ini, aku menjadi Leader VIXX" Ucap Nakhun

Tepat jam 00.00 di mana kembang api berterbangan di atas langit malam tersebut.

"Tidak mungkin..." Ucap mereka bersamaan

.

.

.

.

.

TBC OR ENDING?

Saya buat FF ini sebagai perminta ma'afan saya karena belum bisa melanjutkan FF 'Only U' mian yah... (Imaginasi hilang karena sakit)

Ini saya bagi menjadi 2 bagian... Kalau anda menyukainya silahkan tinggalkan jejak anda di kolom review...

Want Give Me U'r Love? Eh? Salah salah...

Want U Give VIXX U're Love? Lol? (Makin aneh.)

~Key~