Seregios Dissenter's Curse
Disclaimer:
Super Smash Bros ©Nintendo
Monster Hunter ©CAPCOM
Warning: OOC, tidak jelas, kemungkinan plot hole…
Chapter 1: Dan Kutukan Itu Terjadi….
Pada zaman dahulu, sekelompok Monster Hunter berhasil mengalahkan Seregios yang dianggap sebagai monster terkuat di muka bumi ini. Salah satu hunter berhasil menemukan bagian dari Seregios yang dianggap paling langka, yaitu Seregios Dissenter. Dissenter itu berkilap, bagaikan intan. Hunter itu kemudian mengambil sisik langka (dissenter) itu, untuk dijadikan senjata. Namun setelah dijadikan senjata, hunter itu megalami sesuatu yang aneh. Ketika menggunakan senjata itu pertama kali, hunter itu menjadi tidak terkalahkan. Pertahanan dan serangannya sangat dashyat, bisa mengalahkan 3 Rajang sekaligus. Awalnya teman temannya menyangka dia menjadi hunter terkuat karena sisik itu, namun hunter itu tidak pernah puas. Dia ingin mengalahkan Dalamadur seorang diri. Namun ketika dia melawan Dalamadur, dia mengalami perubahan yang sangat aneh. Tubuhnya perlahan lahan bersisik dan akhirnya berubah menjadi Seregios. Dia pun pulang meminta bantuan kepada teman temannya. Namun, dia malah berakhir dibunuh oleh teman temannya sendiri karena dia adalah Seregios. Teman temannya pun mencoba untuk mencari hunter tersebut, namun tidak dapat ditemukan. Mereka mengira Seregios yang mereka bunuh itu telah memakan teman mereka. Teman teman mereka pun mengubur barang barang si hunter itu, termasuk senjata dari sisik langka itu.
Bertahun tahun lamanya, sisik langka yang telah dijadikan senjata itu terlepas karena senjata itu sudah lapuk dimakan usia. Keberadaan sisik itu, tidak ada yang tahu. Tetapi cerita ini menyebar luas secara turun temurun, bahkan sampai sekarang, membuat para hunter takut jika apa yang mereka ambil dari monster yang mereka bunuh dapat menjadi kutukan bagi mereka.
Bagaimana jika sisik langka terkutuk itu terulang lagi?
Bertahun tahun kemudian, di padang hijau yang begitu luas yang disebut sebagai Ancestral Steppe, banyak monster herbivora Aptonoth, menyusuri padang tersebut. Ada yang berjalan pelan, dan ada juga yang asyik memakan rumput. Sampai akhirnya ketenenangan mereka diganggu oleh para manusia untuk diambil daging atau tulangnya. Para manusia itu disebut sebagai Monster Hunter. Sesuai namanya, mereka bertugas untuk berburu, menangkap ataupun membunuh monster untuk dijadikan armor ataupun senjata. Namun ada juga yang berburu untuk menolong atau melindungi orang yang mereka kasihi.
"Akhirnya dapat juga daging mentahnya!" seru seorang Monster Hunter wanita yang bernama Sashenka.
Sashenka memiliki rambut berwarna putih dan diikat dua. Mata Sashenka berwarna merah dan kulitnya putih, menyebabkan Sashenka dijuluki sebagai "Albino Hunter" karena penampilan fisiknya.
"Aku juga berhasil memburu Aptonoth seekor diri, nyaa!" kata seekor kucing yang disebut sebagai Palico bernama Fuujin, menunjukan Aptonoth yang sudah tidak berdaya.
"Great job, Fuujin! Malam ini kita akan makan enak!" seru Sashenka sambil mempersiapkan BBQ Spit dan siap memanggang daging tersebut.
"Hmmm! So Tasty!" kata Sashenka senang ketika daging yang dia masak matang sempurna.
"Kau semakin mantap dalam memasak well done steak, nyaa!" puji Fuujin sambil menari.
Mereka kemudian menuju suatu area. Sesampainya di sana, Sashenka dan Fuujin bertemu dengan target mereka. Target mereka adalah seekor monster bersisik emas. Monster itu bernama Seregios. Seregios memiliki sisik yang bisa menjadi duri dan bisa dilempar dan bahkan meledak. Monster ini dijuluki "Thousand Blades Wyvern" karena durinya. Kena duri Seregios, kalian akan mengalami pendarahan dan jika tidak membawa item yang diperlukan atau tahu cara meredakannya, maka kalian hanya bisa menunggu nasib saja.
Akan tetapi, Seregios yang dihadapi Sashenka dan Fuujin memiliki keanehan daripada Seregios biasa. Aura Seregios ini hitam legam dan matanya merah, seolah olah ingin menakut nakuti hunter yang melihatnya. Tubuhnya sangat keras, sehingga senjata kalian akan mental walaupun diserang berkali kali. Kecuali jika kalian menggosok senjata kalian dengan Wystone. Wystone? Benar, Seregios terkena suatu virus yang menyebabkan dia menjadi frenzy, namun lebih dari sekedar frenzy yang disebut sebagai Apex.
"Itu Apex Seregios!" kata Sashenka sembari mempersiapkan Wystone untuk digosok dengan senjatanya, Insect Glaive. "Ayo Fuujin! Kita bunuh Apex Seregios itu!"
Pertempuran pun dimulai. Sashenka menyerang Apex Seregios dengan bantuan Kinsect yang baru saja dia upgrade. Namun ketika menyerang, ada beberapa yang mental sehingga dia terpaksa pindah menuju bagian lain. Apex Seregios tidak mau kalah. Dia melemparkan duri ke arah hunter tersebut. Duri tersebut tepat mengenai Sashenka dan...
"CTAR! CTER!"
"AAAGGGHHHH!"
Sashenka meringis kesakitan sehingga dia mengalami pendarahan. Dia pun mencari tempat yang aman dan menutup lukanya dengan Mosswine Jerky. Dia pun kembali normal. Sashenka pun kembali melanjutkan pertempuran. Namun dia merasa ada yang aneh. Dia merasakan hawa yang aneh pada Apex Seregios...
"Meskipun Seregios ini sudah menjadi Apex, dia jauh lebih agresif daripada Seregios yang sudah ku lawan. Ada apa sebenarnya? Aku menghabiskan 1 Max Potion ketika mengalami pendarahan, padahal aku sudah memakai armor Star Knight. Apa sebaiknya aku lari saja?" gumam Sashenka dalam hati.
Akhirnya dia memutuskan untuk melarikan diri dari Apex Seregios. Namun monster bersisik duri emas itu tidak mau kalah. Dia mengejar hunter tersebut. Sashenka berusaha untuk berlari sekuat tenaga. Namun dia kehabisan tenaganya untuk berlari dan dia berada di jalan buntu, sehingga dia tidak dapat melanjutkan pelariannya. Apex Seregios pun semakin mendekatinya. Sashenka hanya bisa menunggu nasib saja, sampai akhirnya...
"SLAAAAAAASSSSSSHHHH!"
"RAAAHHH!"
Apex Seregios itu terjatuh hanya dalam sekali tebas dari atas!
"Kau tidak apa apa kan, Sashenka?" tanya seorang hunter laki laki yang bernama Alainn.
"Alainn! Kau adalah life-saver! Tepat pada waktunya!" seru Sashenka.
Alainn memiliki rambut berwarna coklat dan mata berwarna biru serta kulit yang sedikit coklat. Hal ini menyebabkan sebagian orang menganggap Alainn kebalikan dari Sashenka. Alainn adalah hunter yang terlebih dahulu mendaftarkan diri menjadi hunter sebelum Sashenka. Pengalamannya dalam berburu bisa dibilang lebih handal daripada Sashenka. Dia sendiri sangat gentle terhadap Sashenka bahkan dia tidak segan segan mau melakukan apapun demi keselamatan Sashenka. Hal ini disebabkan karena Alainn adalah sahabat masa kecilnya Sashenka. Dia menjadi hunter untuk melindungi Sashenka dari marabahaya monster monster manapun. Namun ketika Sashenka mendaftarkan diri menjadi Hunter, dia takut jika Sashenka terjebak dalam bahaya yang bisa merenggut nyawa gadis itu. Namun Sashenka mengatakan bahwa Alainn tidak perlu khawatir akannya dan dia ingin membuktikan bahwa dia bisa berjuang sendiri. Paliconya bernama Chenella. Jika Fuujin adalah jantan, maka Chenella adalah betina. Kedua palico ini akrab semenjak mereka bertemu bersama hunter mereka.
"Kita harus bekerja sama mengalahkan Apex Seregios itu!" seru Alainn sambil mempersiapkan Great Swordnya. Diikuti oleh Sashenka, Fuujin, dan Chenella.
Pertempuran pun kembali dilanjutkan. Alainn mempersiapkan bomb, sedangkan kedua Palico mempersiapkan senjata rahasia mereka, Rath-Of-Meow. Sementara itu Sashenka menyerang monster tersebut dari atas, berkat Insect Glaive yang bisa digunakan sebagai tongkat untuk lompat galah. Sashenka berhasil menunggang monster itu dan menyerangnya berturut turut. Apex Seregios akhirnya jatuh dan kedua hunter itupun menyerang monster tersebut berturut turut. Namun...
"RAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHH!"
Apex Seregios itu seperti merasa kesakitan. Dia pun terbang menuju langit yang tinggi lalu turun ke bawah dengan kecepatannya, seolah olah ingin menabrak Sashenka dan Alainn. Untungnya, Alainn segera menggendong Sashenka dan menghindarinya, sehingga merekapun selamat dari tabrakan Apex Seregios.
"Kau baik baik saja kan, Sashenka?" tanya Alainn cemas.
"Iya, aku baik baik saja. Tapi..." kata Sashenka.
"Kenapa?" tanya Alainn lagi.
"Apa kau tidak sadar kau menyentuh sesuatu?!" kata Sashenka sedikit kesal bahwa Alainn secara tidak sengaja menyentuh bagian 'gunung kembar' Sashenka. Alainn pun meminta maaf atas "keteledorannya" dan berharap dia tidak ditendang gadis itu.
"Tapi ngomong ngomong Seregios tadi kemana?" tanya Alainn.
"Sebentar aku cek peta dulu... EH?! Padahal sudah aku beri paintball, tapi tidak ada tanda sama sekali! Seregiosnya kabur dari Ancestral Steppe!" seru Sashenka ketika dia menyadari target mereka hilang dari peta tersebut.
"Ah?! Yang benar saja ada monster yang kabur ke daerah lain?" seru Alainn tak percaya.
"Kita cari ke area lainpun, tetap nihil. Bagaimana kalau kita tinggalkan saja quest ini, lalu kita cerita kepada Caravaneer-san saja?" tanya Sashenka.
"Baiklah kalau itu maumu. Kalau kita ketemu Apex Seregios itu, kita berusaha agar dia tidak kabur lagi!" kata Alainn.
Mereka pun akhirnya meninggalkan Ancestral Steppe dan meninggalkan quest yang mereka jalankan.
Sementara itu, di padang hijau yang luas... tidak tidak tidak. Ini bukan Ancestral Steppe. Padang ini memiliki banyak tebing yang tinggi dan terjal. Konon, padang hijau ini merupakan dari lutut sang dewa kolosal Bionis, yang dikenal sebagai Gaur Plains. Sekarang Gaur Plains menjadi arena pertarungan para fighters yang disebut sebagai 'Smash Fighters'. Bagi fighters yang memiliki akal strategis, daerah ini memiliki banyak platform kecil dan memiliki lubang di tengahnya, sehingga mereka bisa memanfaatkannya untuk mendapatkan poin dari lawan mereka. Tapi untuk fighters yang lemah di udara, ini adalah neraka. Mereka sebisa mungkin tetap di darat agar mereka tidak terjatuh atau dianggap sebagai bunuh diri.
"Hyaaatt!"
"Pok, pok!"
"Air Slash!"
"SHORYUKEN!"
Jika kalian mendengar suara suara tersebut, itu artinya mereka sedang menggunakan stage ini untuk bertarung.
"Aku tak bisa kalah.." kata seorang gadis berambut biru yang bernama Lucina. Lucina adalah putri dari Ylisse, putri dari Chrom. Dia datang dari masa depan untuk merubah masa depan yang dianggap suram. Dengan tanda Exalt di mata kirinya, dia berjuang demi ayahnya dan demi masa depannya dan bahkan Robin.
"Kau boleh berkata seperti itu, Lucina. Tapi akan kutunjukkan padamu kekuatan Monado yang sesungguhnya!" seru pemuda berambut pirang bernama Shulk. Shulk berasal dari Bionis, di Colony 9. Ketika tempat tinggalnya dijajah oleh makhluk jahat Mechonis, dia mengambil Monado, senjata legendaris yang bisa membunuh Mechonis. Dia bertarung untuk terus mencari jawaban dari rahasia senjata yang dia pegang. Shulk merupakan rival dari Lucina, namun mereka juga sahabat baik.
"Bah banyak ngomong kamu! Talk is cheap," balas seorang pria gagah berambut hitam dengan ikat kepala merah bernama Ryu. Ryu adalah seorang petarung. Dia membalas dendam atas kematian masternya. Sekarang dia bertarung untuk mencari lawan yang menurutnya lebih kuat darinya. Karena dia pedatang yang benar benar baru, dia diajari tentang Smash dan berkenalan dengan Smash Fighters. Bagi Ryu, Smash Fighters adalah bagian dari keluarganya sendiri, selain Ken dan lainnya.
"Tapi kamu sendiri berbicara!" seru laki laki berambut coklat yang ditutupi topi berwarna merah dengan huruf 'M', Mario, membalas omongan Ryu. Mario merupakan salah satu member dari 'Original 12' yang tetap eksis sampai sekarang. Dia orang yang sangat optimis, tidak mau menyerah sampai akhir. Dia serius namun ceria orangnya. Bagi Mario, semua Smash Fighters adalah keluarganya, sama seperti Ryu.
Saat mereka asyik bertarung, tiba tiba pertarungan mereka terhenti karena mereka melihat sebuah benda aneh yang belum mereka lihat. Benda itu mengkilap bagaikan intan. Seolah olah benda itu mengintimidasikan mereka.
"A...Apa itu?" tanya Mario.
"Apa itu sepatu? Tidak tidak tidak, aku tidak mau memakainya, aku benci sepatu!" seru Ryu berapi api. Para Smash Fighter sudah mengetahui bahwa Ryu benci dengan sepatu atau alas kaki manapun. Semuanya heran mengapa Ryu sangat membenci sepatu, bahkan jika dia tidak bertarung.
"Itu kayak... sisik naga..." kata Lucina sambil menunjuk ke benda yang bersinar itu.
Rasa penasaran mereka pun semakin memuncak. Karena semakin mereka penasaran, akhirnya Shulk mengambil benda yang mirip sisik tersebut. Mario, Lucina, dan Ryu pun protes mengapa dia mengambil benda tersebut. Mereka takut jika benda tersebut memiliki efek yang buruk jika dia tidak berhati hati.
"Tenang dulu! Jika Visionku bekerja, maka benda ini akan memiliki suatu efek yang buruk. Tapi karena Visionku tidak bereaksi sama sekali ketika aku mengambil benda ini, maka benda ini tidak apa apa kok..." kata Shulk sambil berusaha menenangkan ketiganya.
Akhirnya Mario, Lucina, dan Ryu pun diam. Shulk kemudian mengantongi sisik tersebut di saku celananya. Namun dia merasakan sesuatu yang aneh dari sisik tersebut, seolah olah sisik tersebut memberinya suatu kekuatan. Penasaran dengan efek tersebut, diapun meminta Mario untuk bertarung dengannya. Mario pun setuju dan memulai pertarungannya. Namun belum lima detik, Mario sudah mental duluan.
"Hey, apa kau tidak apa apa?!" tanya Ryu melihat Mario yang terpental akibat tendangan Shulk.
"Aku tidak apa apa, tapi sepertinya benda tersebut memiliki kekuatan misterius kalau dipegang terlalu lama..." kata Mario sedikit kesakitan, mencoba untuk berdiri. "Coba kau dan Lucina yang hadapi dia, kurasa ini bukan mimpi.."
Akhirnya Lucina dan Ryu menghadapi pemuda berambut pirang tersebut, penasaran akan kekuatan sisik itu. Namun mereka mengalami nasib yang sama seperti Mario. Keduanya mental akibat satu serangan dari Monado.
"Kalau Shulk menggunakan Monado Arts 'Smash' sih masih bisa dimengerti kalau mental. Tapi kalau ini, bahkan tanpa Monado Arts? Rasanya sulit dipercaya.. Bahkan counter saja tidak berguna." keluh Lucina.
"Ugh... kekuatan macam apa itu?!" keluh Ryu kesakitan.
"Ti-tidak mungkin! Padahal hanya satu serangan saja mereka bisa mental seperti ini? Jangan jangan ini pasti efek dari sisik tersebut!" kata Shulk tidak percaya. "Kalau begitu, kita akhiri saja pertarungan ini!"
Mulanya Mario, Lucina, dan Ryu tidak percaya jika Shulk menginginkan pertarungannya diakhiri terlalu cepat. Namun mereka akhirnya setuju untuk mengakhiri pertarungan tersebut.
Di Smash Mansion, keempat orang itu terdiam. Mereka tidak habis pikir sisik misterius itu bisa membuat seseorang menjadi sangat kuat dan menjadi tidak terkalahkan. Mereka berpikir jika sisik itu membuat seseorang yang lemah menjadi sangat kuat, bagaikan batu biasa yang bisa diubah menjadi batu mulia yang tak ternilai.
Shulk kemudian meninggalkan meja tempat mereka diam dan menuju kamarnya. Ketiganya heran mengapa dia ingin ke kamarnya, namun dia hanya bisa menjawab "Aku baik baik saja, aku tak akan lama. Aku sedang tidak enak badan..."
Sesampainya di kamarnya, diapun menutup pintu kamarnya dan menghela nafas dalam dalam. Dia merasakan ada yang aneh pada tubuhnya. Kemudian dia membuka atasannya. Namun alangkah terkejutnya bahwa pada bagian dadanya, dan kedua lengannya bersisik dan kasar, sepeti sisik monster. Dia menjadi kaget dan pucat karena sisik yang ada pada tubuhnya.
"B-B-Bagaimana bisa kulitku bersisik?! Padahal aku sudah mandi teratur. Ini tidak bagus! Aku tidak bisa bertarung 'secara terbuka' dengan kulit bersisik seperti ini! Aku... aku harus menutupinya!" katanya sambil mengenakan kembali atasannya.
Dia pun cepat cepat keluar dari kamarnya dan terdiam. Dia pun sebenarnya ingin kembali ke meja tempat dia, Mario, Lucina dan Ryu terdiam. Namun tiba tiba saja dia mendengar teriakan.
"OIIIIII SHUUUULLLLKKKK! SEDANG APA KAU? JANGAN BENGONG KAMU!" teriak seorang pemuda berambut merah dengan ikat kepala berwarna biru dan emas.
"Roy?!" tanya Shulk.
"Kamu ini, siang bolong seperti ini kok kamu bengong. Tar kalau kamu ditabrak orang gimana?" sindir Roy.
"Aku minta maaf. Ada apa tiba tiba kau memanggilku?" tanya Shulk dengan nada yang sopan.
"Hari ini kau mau bertarung tidak? 1-on-1, gak pakai item, Omega Stage! Tapi kali ini, kamu jangan kabur lagi, ya!" seru Roy mengajak sekaligus mengancam pemuda berambung pirang itu.
Biasanya ketika bertarung melawan Roy, Shulk selalu berlari sekitar stage. Dia tahu karena semenjak Roy masuk kembali ke Smash Mansion, Roy menjadi sangat kuat. Shulk sering kali kalah, sehingga dia sering memutar otaknya untuk mengalahkannya karena Roy terlalu cepat dan kuat. Bahkan Monado Arts belum setingkat dan selevel dengan Roy, karena terkadang 1 Monado Arts bisa menaikkan statsnya dan juga melemahkan stats lainnya secara bersamaan. Dia tidak mungkin menggunakan 2 Monado Arts secara bersamaan, jadi dia sering begadang untuk mencari cara untuk melawan Roy. Tak hanya Roy, tapi lawan lawan lainnya yang dia anggap 'kuat' semacam Sheik, Rosalina, ataupun yang lainnya.
"Baiklah kalau itu maumu. Aku tidak akan kabur lagi. Aku akan siap dan terima saja jika aku kalah dihajar oleh mu lagi..." kata Shulk pasrah.
"Hehe.. begitu donk. Itu baru namanya laki laki sejati!" kata Roy tersenyum akan jawaban Shulk.
Kembali ke Sashenka dan Alainn, mereka pun kembali ke Val Halbar. Mereka kemudian menceritakan apa yang terjadi kepada Caravaneer.
"Jadi Apex Seregios yang kalian incar kabur dari Ancestral Steppe?" tanya Caravaneer setelah dia mendengar alasan Sashenka dan Alainn meninggalkan quest yang diperintahkan oleh pria setengah baya itu.
"Sebelumnya, dia sempat terbang menuju langit yang tinggi lalu turun ke bawah dengan kecepatannya, seolah olah ingin menabrak kami. Ada apa ya pada Apex Seregios itu?" kata Sashenka.
"Ah, itu! Jangan jangan ada spekulasi kalau Seregios dari legenda Seregios Dissenter terkutuk itu masih hidup?" tanya Caravaneer kaget akan jawaban Sashenka.
"Eh, bagian dari sang monster bisa menyebabkan kutukan?" kata Alainn.
"Betul, tapi aku tidak yakin kalau itu 100% persen benar atau salah. Tapi menurut legenda, salah satu hunter itu menemukan Seregios Dissenter dan menggunakannya sebagai senjata. Efek dissenter itu membuatnya menjadi sangat tidak terkalahkan dan bisa membunuh 3 Rajang. Tak puas, diapun ingin melawan Dalamadur seorang diri. Saat dia melawan Dalamadur, tubuhnya mengalami perubahan aneh dan akhirnya dia menjadi Seregios. Dia pun pulang dan meminta pertolongan, namun tragisnya dia malah dibunuh oleh teman temannya sendiri..." kata Caravaneer bercerita.
"Cerita yang membuatku merinding... aku jadi takut jika aku mengambil apapun dari monster, tapi tau tau akan mengakibatkan hal yang sama seperti cerita tadi.." kata Sashenka.
"Tapi kalau dalam legenda dia dibunuh, lalu mengapa dia masih hidup dan menjadi Apex?" tanya Alainn.
"Kemungkinan besar dia benar benar tidak mati setelah dibunuh teman temannya atau ada yang merekayasa cerita tersebut.. Kalau soal Apex sih, Seregios itu kemungkinan besar dia terkena frenzy virus dari Gore Magala dan berevolusi menjadi Apex…" kata Sashenka.
"Sashenka mungkin benar. Dari kesimpulan yang dikatakannya, Apex Seregios itu tampaknya bukan sekedar Apex Seregios biasa.." kata Caravaneer sambil berpikir.
"Tapi lain kali jika kita berhadapan dengannya lagi, kami akan meneliti Seregios itu dan akan mengajak hunter lain. Kami juga memastikan bahwa dia tidak akan kabur lagi!" kata Alainn sambil bertekad. Hal tersebut disetujui oleh Sashenka dan Caravaneer.
Kembali ke Shulk dan Roy. Mereka berdua pun bertarung di Colosseum versi Omega. Mulanya Roy begitu bersemangat menghajar Shulk dengan pedang khasnya, Sword of Seals. Shulk sendiri sedikit kewalahan dengan kelincahannya. Namun Roy heran, mengapa Shulk sama sekali tidak mau bergerak dan tidak mental meskipun sudah dihajar berkali kali. Sampai akhirnya ketika Roy menggunakan Flare Blade miliknya...
"VISION!"
"JDER!"
"AUUGH!"
Roy mental hanya dalam satu gerakkan!
"Ti-tidak mungkin.." kata Shulk dengan muka yang pucat. "Satu serangan? B-Bagaimana bisa? Padahal aku kan tidak memakai Monado Arts sama sekali. Tapi kenapa dia mental? Jangan bilang kalau ini..."
"HEY KAMU!" teriak Roy. "Kamu pakai cara apa sehingga aku jadi mental seperti ini?! Kamu pasti pakai cara curang ya?!"
Shulk tidak ingin meladeni tuduhan Roy. Dia pun menggunakan Monado Arts 'Speed' dan melarikan diri dari pertarungan. Dia tidak mau masalah seperti ini diperbesar oleh Roy.
"Maafkan aku Roy.. Kamu boleh menuduhku kali ini. Tapi aku memang tidak mau bertarung karena aku tidak ingin masalah seperti ini kamu besar besarkan. Aku takut jika sisik ini mempunyai suatu efek kepada pemakainya. Maafkan aku, Roy.. .."kata Shulk dalam hati.
Pertarungan pun diakhiri dengan cepat. Roy pun kesal dan dia pun membanting pedangnya karena jengkel perkataannya tidak diladeni.
Shulk semakin gelisah. Bagaimana tidak, sisik misterius itu memang membuatnya menjadi tidak terkalahkan dan memiliki pertahanan yang kuat. Namun di sisi lain, sisik misterius itu membuat kulitnya menjadi bersisik seperti sisik monster. Dia tidak ingin sisik misterius itu membuatnya dibenci oleh banyak orang, termasuk Roy. Dia pun memutuskan untuk tidur di ranjangnya, untuk menenangkan diri.
"Haaaaahhh... Tenanglah sedikit.. Aku tahu sisik misterius ini membuatku semakin tidak tenang. Aku harus mencari jalan lain.." katanya.
Maka dia pun berencana untuk mengeluarkan sisik tersebut dari saku celananya dan membuangnya sejauh mungkin. Dia pun mengecek kantong celananya, mencari sisik misterius itu. Namun...
"Celaka! Tidak ada? Bagaimana bisa?! Jangan jangan sisik misterius ini sudah tertempel di tubuhku dan aku harus bagaimana?" kata Shulk panik ketika dia menyadari sisik tersebut tidak ada.
Tak hanya itu saja, di belakang tubuhnya tumbuh ekor berwarna emas dengan garis berwarna merah dan berduri. Panik, diapun menyembunyikan ekor tersebut.
"Fuuuuuuh... untung tidak ada yang melihat, jadi..."
"Kau sedang apa?"
"AAAAGGGHHH! Siapa itu?!"
Pemuda berambut pirang itu kaget akan pertanyaan tersebut. Namun setelah dilihat..
"Riki? Kau sedang apa di sini?" tanya Shulk kepada makhluk bulat yang disebut sebagai Nopon bernama Riki.
"Riki sedang berkunjung ke kamar untuk menanyakan keadaan Shulkpon!" jawab Riki dengan nada yang sedikit kekanak kanakan. "Ngomong ngomong ekor itu maksudnya apa?"
"Ekor? Jangan jangan dia tahu kalau aku tumbuh ekor?!" kata Shulk panik dalam hati. "Eh.. kalau itu kami sedang ada drama dan kebetulan aku kebagian peran jadi naga, makanya aku buat kostum sebagai naga dan lihat aku! Rawr rawr rawr!" katanya kepada Riki.
"Dragonpon yang bagus! Riki harap peranmu bagus, tidak mengecewakan!" puji Riki.
"Terima kasih..." jawabnya kembali.
Riki pun akhirnya keluar dari kamar Shulk dan mengatakan jika terjadi sesuatu, dia bisa memanggil Riki kapan saja. Shulk menangguk dan kembali menutup pintunya. Setelah itu, dia pun kembali gelisah. Kegelisahannya pun memuncak ketika dia bercermin di cermin yang besar, dia menyadari adanya "tanduk" yang tumbuh di kepalanya dan wajahnya tumbuh sisik.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"
Teriakkan itu didengar oleh seluruh penghuni Smash Mansion. Robin pun segera berlari menuju kamarnya dan membuka pintunya.
"Hey! Apa kau tidak apa apa?" tanya Robin khawatir akan keadaan sahabatnya.
"Aku.. tidak apa apa kok..." kata Shulk sambil bersembunyi dengan selimutnya, berharap tidak ada yang melihat tanduk dan sisik di wajahnya.
"Kenapa kau tutupi wajahmu seperti itu?" tanya Robin khawatir.
"Aku.. uhn.. aku tumbuh jerawat dan aku takut jika jerawat ini merusak wajahku..." katanya berbohong.
"Baiklah kalau kau jerawatan, kau harus makan sayur dan jangan kebanyakan makan yang berminyak, OK?" kata Robin sambil mengingat kebiasaan Shulk yang sangat tidak suka dengan sayur. Kecuali jika dia makan di depan Fiora atau Robin. Setelah itu, Robin menutup pintunya.
"Uhh... untung saja Robin tidak tahu kalau sebenarnya aku tidak jerawatan.. tapi aku bersisik dan bertanduk bahkan... berekor!" kata Shulk gelisah. "Bagaimana jika sisik misterius ini adalah... kutukan?"
Kegelisahan itu semakin menghantuinya. Dia takut jika banyak Smash Fighters melihat dirinya penuh dengan sisik. Segera dia melepaskan pakaiannya dan hanya bersisa celana renang yang selalu dipakainya. Bahkan dia kabur dari Smash Mansion tanpa membawa senjata khasnya, Monado. Dia kabur melewati jendela dan berlari sekencang mungkin agar tidak ada yang melihatnya.
"Aku semakin khawatir dengan keadaan Shulk.." kata Robin cemas. Sore itu semua Smash Fighter berkumpul untuk mendiskusikan masalah Shulk. "Akhir akhir ini dia bertingkah aneh..."
"Lho, dia juga tidak beres belakangan ini.." kata Lucina. "Waktu terakhir kami bertarung, dia bertingkah tidak wajar. Maksudku hanya satu serangan saja, kita sudah dibuat mental olehnya.."
"Kami tidak tahu apa penyebabnya.." kata Ryu. "Itu pasti gara gara..."
"AH, pasti dia telah berbuat curang! Kita adukan saja Master Hand untuk melemahkannya!" sela Roy memotong pembicaraan Ryu. Rupanya dia masih kesal dengan pertarungannya dengan Shulk.
"Diam kamu, Roy!" kata Marth jengkel. "Kamu ya, udah dibalikkin bukannya makin baik malah makin jelek kelakuanmu! Pantes aja kamu disamain sama temennya Bowser Jr. sama seluruh Smash Fighters..."
"MARTH KAMU JANGAN IKUT IKUTAN NYAMAIN AKU DENGAN KURA KURA BERKACAMATA HITAM PINK ITU! UDAH NAMANYA SAMA, PINK LAGI! AKU TUH UDAH JIJIK SAMA SAKIT HATI! NAJIS!" seru Roy murka yang ternyata mencoba untuk melupakan kejadian yang menurutnya sangat memalukan.
"Sudah, sudah! Jangan manas manasin suasana donk!" kata Reflet, saudara perempuan Robin. "Lagipula Roy, jangan ikut campur urusan orang lain! Teman kita tuh sedang tidak beres!"
"Teman ndasmu. Kenal juga kagak.." sinis Roy.
"Oh Naga, ulurkan tanganmu kepada pemuda ini... tolonglah dia..." keluh Lucina yang sepertinya tidak tahan dengan sikap Roy yang kasar.
Saat mereka sedang berdiskusi, tiba tiba saja seorang pria berambut hitam panjang berusia 30 tahun bernama Dunban datang.
"Maaf jika menggangu. Ada yang melihat Shulk tidak?" tanyanya cemas.
Pertanyaan Dunban membuat semuanya kaget.
"EH?!" seru semua Smash Fighter.
"Lho, bukannya dia masih di dalam kamar?" tanya Robin tidak mengerti.
"Dia tidak ada di kamarnya sekarang. Dan ketika aku membuka pintu, hanya bersisa pakaiannya dan Monado-nya..." jawab Dunban.
"APA?!" seru semua Smash Fighter (kecuali Roy) kaget dengan jawaban Dunban.
"Bagaimana bisa dia kabur dari Mansion?" tanya Wii Fit Trainer.
"Jangan khawatir…" kata Mario mencoba untuk menyemangati mereka. "Shulk memang tidak ada di Smash Mansion. Itu artinya, kemungkinan besar yang dikatakan Wii Fit Trainer itu benar, dia melarikan diri. Begini saja, bagaimana kalau kita berpencar mencari dia? Mumpung penghuninya bertambah banyak, jadi kita jadi mudah mencarinya?"
Merekapun setuju akan ide Mario, kecuali Roy.
"Ok, aku bagi bagi dulu ya kelompoknya!"
Mario tidak tahu kalau Roy pergi dari ruang utama karena tidak ingin ikut dalam pencarian Shulk.
"Cih, ngabisin waktu cuman untuk mencari 1 orang saja. Buang buang waktu saja!" sinis Roy.
Sementara itu di suatu tempat yang jauh dari Smash Mansion, Shulk berlari ke suatu tempat. Dia pun sampai di suatu danau dan bercermin, ia pun kaget setengah mati. Tubuhnya dipenuhi sisik yang tajam dari biasanya. Tak hanya itu saja, tangannya tumbuh sayap emas dan ekornya semakin memanjang, begitu juga tanduk dan wajahnya semakin bersisik. Tidak tahan lagi akan perubahan anehnya, akhirnya diapun berteriak sekeras kerasnya.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAGGGGGGGGGGGGGGGGGHHHHHHHH!"
Dia pun menutup matanya seolah olah perubahan aneh ini segera berlalu. Bulan pun menunjukan purnama, menjadi saksi bisu atas perubahan aneh tersebut. Dari homs berambut pirang, menjadi monster berisisik duri emas.
-Bersambung-
Sizu's Notes:
Fuhhhh... akhirnya beres juga nih Chapter 1...
Oh hai dan terima kasih sudah membaca fanfic (ngawur) ini. Kurasa ini adalah fanfic Super Smash Bros (dan Monster Hunter) pertama ku dan fanfic Super Smash Bros yang pertama kali dipublish dalam Bahasa Indonesia! Sedih ketika gak ada fanfic Super Smash Bros yang pakai Bahasa Indonesia, rasanya bagaimana gitu... #plak
Sebenarnya, fanfic ini sudah dipublish di Facebook (dengan menggunakan Note) setahun yang lalu. Hanya saja, aku mengatur privasi menjadi hanya saya yang membaca #plak. Begitu semangat nyari nyari fanfic Super Smash Bros, aku berpikir "Bagaimana jika aku mempublish fanfic dengan Bahasa Indonesia?". Jadi akhirnya aku membuat fanfic ini dengan beberapa perubahan.
Oh iya, mengenai Sashenka dan Alainn (dan 2 hunter lain yang belum muncul di fanfic ini) mereka adalah karakter hunter. Karena para hunter di setiap game Monster Hunter adalah avatar yang kita ciptakan, anggap saja mereka "karakter hunter".
Dan aku minta maaf jika fanfic ini banyak gajenya, OOC, garing, dan lain lain...
-Sizu
