.
.
Hitori Kakurenbo
Chapter 1 — before the partY
© Uchiha Yoshy Nesia
All the Characters © Takeshi Konomi
Warning : Mau bikin horror, tapi baru kerasa di chapter 2 -.- Sedikit OOC dibeberapa bagian, dan hint-yaoi bertebaran dimana-mana (meskipun saya tak sengaja melakukannya). AR, karena rasanya anak-anak Rikkai gak segitu kurang kerjaannya deh.
Don't Like? Don't Read!
And Happy readinG!
.
.
.
.
"Hmm..."
Pukul 5 sore. Di klub tenis.
Terlihat seorang cewek... ralat, cowok berambut biru ikal sedang berpikir keras. Wajahnya serius sekali. Didepannya terdapat sebuah laptop yang menyala, dan disampingnya ada seorang cowok lainnya yang berambut coklat bob.
Rupa-rupanya itu Yukimura dan Yanagi yang sedang melihat sesuatu di laptop milik Yanagi tersebut.
"Seiichi, sebenarnya apa yang mau kau cari?"
"Hm, sesuatu." Yukimura kemudian menggerakkan kursor mouse, membuka sebuah website yang kita kenal sebagai gugel (?). "Nee, omong-omong, Yanagi-kun. Apa kau tahu tentang urban legend Hitori Kakurenbo?"
"Ah, cerita petak-umpet itu? Tahu sih." jawab Yanagi. "Kalau mau tahu soal gituan, tanya sama yang lainnya juga mereka pasti tahu. Gak perlu pakai browsing segala."
"Hm, aku ragu mereka tahu. Soalnya mereka semua itu punya tampang penakut sih. Yah, kecuali Sanada dan Niou-kun." Senyum sumringah kemudian muncul diwajah cantik Yukimura. "Ah, ketemu!"
Yanagi yang penasaran pun, ikut membaca artikel yang Yukimura temukan lewat laptopnya. Dia mendekatkan dirinya ke Yukimura supaya bisa lebih jelas membacanya.
Hitori Kakurenbo itu sendiri adalah sebuah permainan petak-umpet. Tapi kali ini beda cerita karena kau akan bermain petak-umpet dengan hantu. Ya, hantu. Itulah bagian yang paling menarik dari permainan sakral ini. Permainan yang mengharuskan kita memanggil hantu ketika memainkannya. Tetapi hanya segelintir orang yang penasaran dan akhirnya coba-coba—nekad—memainkannya.
Dan sepertinya Yukimura berniat mengajak anak tenis Rikkai lainnya buat ikutan main. Dengan kata lain, menantang maut. Tapi memang dasar badung, meskipun sudah tahu resikonya, Yukimura masih ngotot mau main tuh.
"Yukimura, ngapain sih di dalam..." Sanada yang baru saja mau masuk ke ruang klub pun, dikejutkan dengan pemandangan tak terduga. "YUKIMURA!"
Mendengar teriakan Sanada, spontan kedua insan yang sedang asik-asiknya ber-horror ria membaca itu, terlonjak kaget dan menolehkan kepala ke belakang. Dimana ada Sanada yang menatap mereka seakan-akan mereka sedang melakukan apa saja.
"Apaan sih, Gen? Gak tau apa kalau kami lagi serius?" Yanagi protes. Terkejut, tapi matanya masih tetap tertutup.
"SEDANG APA KALIAN, HAH!" Sanada mendekati mereka, lalu memisahkan jarak duduk mereka dengan kedua tangannya. "GAK ADA FANFIC YANG PAIRING-NYA KALIAN, TAU!"
"Sanada, kamu ngomong apa sih?" Yukimura bingung sendiri. Tak biasanya Sanada berbicara ngawur gitu.
"80% karena cemburu, 15% karena lagi stress, dan 5% karena pengen aja." gumam Yanagi memprediksi pakai persentase. Sanada menoleh kepadanya dengan tampang sebel karena prakira Yanagi itu benar, tapi akhirnya dia berusaha untuk tidak mempedulikan Yanagi dan kembali fokus pada Yukimura.
"Wat-eper dah. Apa yang kalian lakukan?" Sanada memajukan badannya untuk melihat apa gerangan yang sedang mereka lihat tadi. Yah, siapa tahu film bokep.
"Whatever, Genichirou. Bukan wat-eper." desis Yanagi meralat.
"Terserah lu!"
"Oh, ini. Sanada, gimana kalau kita main Hitori Kakurenbo?" Yukimura berucap sambil menatap Sanada dengan tatapan melas.
Sanada sendiri hanya blink-blink alias kedip-kedip. "Hitori... Kakurenbo? Apa itu? Petak-umpet sendirian?"
"Iya. Kita memang main petak umpet sendiri. Tapi kita mainnya bareng hantu juga." jelas Yukimura.
"Oh? Hantu?" Sanada mengerutkan dahinya dengan tidak percaya, meskipun sebenarnya tak begitu tertarik. "Bagaimana caranya?"
"Hm, itu nanti akan kujelaskan. Pokoknya, kita—aku, kamu, dan yang lainnya—harus memainkan ini!" Yukimura ngotot.
"Tapi kalau kami tak mau?"
"Yah... ayolah, sekali ini saja~ Nanti tidak lagi!"
"Hah? Tapi, Seiichi—" Yanagi terlihat keberatan, tapi kalimatnya langsung dipotong oleh Yukimura dengan sadis.
"Aku tak mau mendengar penolakan! Pokoknya, Sanada, panggil anak-anak tenis sekarang! Bilang, ini emergency!"
"Emergency ya?" desis Yanagi pelan. Bagaimanapun juga, Yukimura tak bisa dibantah kalau sudah serius. Sedangkan Sanada hanya pasrah dan memanggil yang lainnya.
.
.
.
.
"Ada apaan sih, buchou manggil kita tiba-tiba?"
Sesuai permintaan Yukimura, semua anggota reguler sudah berkumpul di ruang klub tepat waktu.
"Mau bagi-bagi makanan kali?" Wajah Marui sudah berseri-seri, berharap kalimatnya itu menjadi kenyataan.
"Makanan mulu pikiran lu!" Niou dengan sadisnya nabok kepala Marui pakai buku yang entah datang darimana. "Pikirin tuh, berat badan!"
Marui yang tak terima diperlakukan begitu pun, langsung mewek dan mengadu ke Jackal. "Huweee... Jackal! Dia nabok aku!"
"Cup cup. Sudah, sudah. Nanti kutraktir bakso dikantin deh!" hibur Jackal sambil menepuk-nepuk kepala Marui dengan pelan.
"Sumpeh looh?" Marui langsung berhenti mewek. Dia menatap Jackal dengan mata berbinar-binar. "Tapi aku sekarang maunya pecel di pojok sekolah itu!"
"Iya, iya. Nanti kubelikan kalau masih buka."
"Tadi sih, kulihat sudah tutup." celetuk Niou lagi. Dan Marui pun kembali mewek.
"Btw, Yukimura-kun, ada apa mendadak memanggil kami semua ke sini? Sepertinya ada hal penting." Yagyuu berucap sambil menaikkan kacamatanya yang melorot, menyudahi adegan tak penting barusan.
"Ya! Sampai-sampai saja tadi fukubuchou ngomong 'imejenshi' dengan semangatnya, piyo!" celetuk Niou ngakak sendiri, mengingat tadi Sanada bukannya ngomong 'emergency', tapi malah 'imejenshi'. Hal tak disengaja seperti itu rupanya bikin Sanada jadi terdengar nista ditelinga si petenshi.
Sanada memelototinya, tak terima diledek. "'Kan kedengarannya mirip! TARUNDORU!"
"Sudah, sudah. Plis, jangan kelamaan OOT." Akhirnya Yukimura berbicara juga. "Baiklah, aku akan langsung ke pokok permasalahannya."
"Interupsi!" Tiba-tiba Akaya mengangkat tangannya.
"Interupsi? Lu kata ini debat TV?" desis Niou.
"Ada apa, Akaya?" tanya Yukimura.
"Err, ano..." Akaya entah kenapa terlihat malu-malu. Bukan, sebenarnya dia takut gara-gara dia dipelototin terus sama Sanada tanpa alasan yang jelas. "Aduh, gimana ngomongnya ya..."
"Emang apaan sih?" Yanagi penasaran.
"Aku..." Akaya berdiri dari kursinya, kemudian memegangi celananya dengan tampang gelisah. "Aku mau ke toilet dulu ya, pai!" Dan Akaya pun ngibrit keluar ruang klub.
"YAELAH!" Yang lain pada gubrak semua. Dikirain ada apa.
"OI! AKAYA!" Niou memanggil Akaya yang belum sempat keluar, masih diambang pintu.
"Apaan sih, Niou-senpai!" Akaya terdengar tak sabaran. "Ntar aja deh!"
"Hati-hati jalannya ya! Entar nabrak pohon loh!" Sempat-sempatnya Niou mau ngelawak. Tapi sayang, lawakannya gak lucu.
"HUH! GAK LUCU TAU!"
Dan akhirnya Akaya benar-benar keluar dari ruang klub.
"Ah, sudahlah. Daripada kelamaan nungguin Akaya, mending kita lanjutin sekarang aja." Yukimura memutuskan. "Jadi, aku ingin kita semua bermain Hitori Kakurenbo!"
Krik.
Tiba-tiba hening. Tak ada yang merespon.
"Hei! Kubilang kita AKAN main Hitori Kakurenbo!"
"Ya, ya. Kami dengar kok, Yukimura-kun." Yagyuu menyahuti, memastikan bahwa orang-orang disitu gak budeg semua. "Omong-omong, dimana dan kapan mainnya? Lalu, kenapa kita harus memainkannya?"
"MALAM INI JUGA, JAM 3 DIRUMAHKU!" seru Yukimura bangga. "Kebetulan orang tuaku lagi gak ada. Adikku juga lagi menginap dirumah temannya!"
"..."
"Lagipula, permainan ini bakal menyenangkan kalau kita menaati peraturan mainnya kok! Jadi, gak bakal berbahaya!"
"..."
Sebenarnya mereka dari tadi mingkem bukan karena tak tahu. Mereka tahu apa itu Hitori Kakurenbo. Mereka tahu. Tapi mereka tak percaya bahwa suatu hari nanti akan ada seseorang yang mengajak mereka memainkannya.
Dan ajakan itu sama sekali tak dapat dibantah jika kalian tak mau didamprat oleh seorang Yukimura Seiichi.
Apalagi kebanyakan dari mereka sebenarnya tak percaya dengan apa itu yang namanya hantu. Kecuali Akaya dan Yagyuu.
"Hei? Kenapa hening lagi? Oke, aku tahu kalian pasti semua terkejut dengan keputusan dadakanku ini, tapi AKU LAGI PENGENN! AYO, MUMPUNG AKU LAGI MAU MAIN-MAIN!" Ketua tenis Rikkai itu malah berseru riang, mengira bahwa anak-anak asuhnya itu akan sependapat dengannya. "BESOK LIBUR JUGA!"
"Ehm, maaf, Yukimura-kun." Yagyuu lagi-lagi yang menyahuti pertama kali setelah hening. "Tapi hari ini aku ada les malam. Jadi gak bisa ikutan."
"Aku bisa di jadiin perkedel kalau ketahuan kabur dari rumah." gumam Jackal pelan.
"Kalau aku, bisa-bisa dijadiin umpan anjing tetangga kalau keluar malam." Sanada turut curcol.
Duh. Yagyuu, Jackal sama Sanada ngeles aja nih! Bilang aja males!
"Sebenarnya aku malas ikut ginian. Tapi karena ini kau yang minta, okelah." Yanagi pasrah.
"Aku sih, free setiap saat, puri." Niou menyeringai, kelihatan seneng banget.
Sedangkan Marui? Dia hanya menyahutinya dengan... dengkuran. Ya, Marui akhirnya ketiduran di pangkuan Jackal setelah meneteskan berliter-liter air mata (gak sampai segitunya kali) setelah diperlakukan semena-mena (?) oleh Niou tadi. Mungkin karena kecapekan, dia jadi molor sendiri dengan indahnya.
Dan Akaya belum kembali dari tadi.
"Jadi? Kalian ikut 'kan?" tanya Yukimura sambil tersenyum. Senyuman itu memang terlihat manis dan ramah, tapi bagi anggota reguler tenis, senyuman itu tampak seperti senyuman iblis!
"I-iya deh, buchou..." Akhirnya para anggota pun menyetujuinya meskipun dengan terpaksa.
"Oh iya, ntar beritahu juga si Akaya. Dan Jackal, beritahu juga tuh si Marui-kun." titah Yukimura sambil nunjuk Marui yang tidur seperti kucing. Manis banget~
"Ya, buchou." Mereka dan latihan tenis hari itu pun dibubarkan.
.
.
.
.
TING TONG!
Pukul 8 malam. Di kediaman Yukimura.
"YOHOOOOO! MURA-BUCHOOOOOU!" Marui berteriak heboh, setelah dengan baiknya memukul bel rumah Yukimura dengan raket yang dia bawa hingga rusak.
"Bunta, volume suaranya diturunin dikit bisa gak? Ini orang lagi sholat Isya, tau!" Jackal mengingatkan.
Tak lama kemudian, Yukimura pun membuka pintu. Sejenak ia memperhatikan keadaan para kawan-kawannya, dan menyadari bahwa ada sesuatu yang salah...
"Marui-kun, ntar ini kamu ganti bel rumahku ya! AWAS KALO GAK!" Yukimura sewot melihat bel rumahnya menjadi korban kekerasan Marui.
"Y-ya, buchou! Maaf deh!"
Yukimura cuma ngangguk-ngangguk. "Yaudah, ayo masuk." Dia mempersilakan semua temannya tanpa absen itu masuk ke rumahnya.
Tunggu, kaya'nya ada satu orang yang belum datang deh...
"Oh iya, Akaya mana ya?" tanya Yukimura, menyadari bahwa cowok yang memiliki arti nama 'Dunia Merah' itu tak ada diantara para anggota yang semuanya sudah pada duduk di sofa.
"Eh, iya? Gue baru nyadar, si Bakaya mana ya?" Marui celingukan sendiri. Dan tiba-tiba menjatuhkan bawaannya dengan keras. "Duh, berat amat sih tas gue."
"Berat gitu pun, lu masih mau membawanya?" ucap Niou sarkastis.
"Dari tadi 'kan dia memang sudah tak ada, Marui-kun." sahut Yagyuu sambil naikin kacamatanya yang turun dikit.
"Tapi dia sudah tahu kalau kita ngumpul-ngumpul disini 'kan?" tanya Yukimura lagi.
"Sudah. Setidaknya itu kata si Bunta sih." Niou melirik Marui sambil meminum jus apelnya. Marui sendiri cuek dan memasukkan sebuah permen karet ke dalam mulutnya.
Tiba-tiba...
"SENPAAAAAI! BUKA PINTUNYAAAAAAA! CEPETAAAAAAAN!"
Niou langsung kesedak jusnya, dan Marui juga ikut keselek permen karetnya. Barengan gitu. Sungguh, romantis banget (?). Yang lain juga kaget, tapi gak sampai segitunya.
"Itu suaranya Akaya!" Jackal menyergah.
"Bukain gih, Yan." Yukimura nyuruh Yanagi seenaknya.
"Heh? Aku?" Yanagi menunjuk dirinya dengan keberatan.
"'Kan kamu gak terlalu kaget tadi." ucap Yukimura enteng, memberikan alasan yang (tidak) masuk akal. "Lagipula, kamu paling deket dengan pintu."
Sebenarnya Yanagi mau mengelak lagi, tapi gak jadi. Dia kasihan, nanti Akaya kelamaan nunggu lagi. Jadi, Yanagi pun mengalah dan berdiri untuk membukakan pintu buat kouhai kesayangan mereka itu.
"SENPAAAAAI!" Begitu pintu terbuka, Akaya langsung menyerbu dan memeluk Yanagi.
"Hueee? Ada apa, Akaya?" Tentu saja Yanagi kaget. Apalagi wajah Akaya kelihatan pucat banget, seputih tembok yang dicat pake Nodr*p. Itu lho, yang iklannya ada bule lagi mau tidur, trus tiba-tiba kasurnya kebanjiran dan dia pun ngomong, "Boco, BOCO!"
Oke, itu gak penting.
Yanagi langsung nutup pintu dan menarik Akaya semakin masuk ke dalam rumah Yukimura.
"Tadi... ada HANTU!" kata Akaya.
"Oh, trus itu apa?" Yagyuu nunjuk sesuatu yang jatuh dari Akaya.
"Eh? Maksud Yagyuu-senpai ini?" Akaya ngambil sesuatu itu. "Oh, ini kupon undian yang kudapatin dari bungkus kacang yang kumakan tadi."
"Oh."
"OH AJA BUAT LU! LU NYARIS BIKIN GUE MATI KESELEK, TAU GAK?!" Niou langsung marah-marah. Dia ngelap mulutnya yang belepotan dengan sisa jus apelnya tadi pakai taplak meja tamu Yukimura. Untung aja si pemilik rumah gak nyadar.
"UHUK! UHUK! HELEP MI!" Sedangkan Marui kesetanan sendiri gara-gara keselek permen karet. Dan sepertinya permen karet itu nyangkut di lehernya.
"Hah? Lu mau helep mi? Gak ada mi yang namanya gitu, Bunta." celetuk Jackal kumat telminya.
"Hmmmpppffhhh!" Marui melotot-lotot sambil melambaikan tangannya, seakan ngomong 'tidak'.
"Apaan sih?" Jackal masih aja gak mudeng.
"Jackal, Marui itu lagi keselek. Bukan lagi mau makan." sahut Sanada sambil nunjuk si Marui yang sudah setengah sakratul maut.
"Aku ke belakang sebentar!" Yukimura masuk ke dalam dengan tergesa-gesa.
"Oh, trus? Hantunya mana? Dan gimana?" tanya Yanagi penasaran pada Akaya.
"Hantunya itu bertubuh besar, rambutnya putih panjang, trus dia tersenyum nakutin gitu! Hii! Pokoknya serem, cyin!" Akaya berubah menjadi alay sambil mengeratkan pelukannya pada Yanagi.
"Oh, benarkah?" respon Yanagi. "Tapi bukannya biasanya kuntilanak itu rambutnya hitam ya?"
"Jangan-jangan yang kamu maksud itu Liliadent Krauser-kun ya, Kirihara-kun?" celetuk Yagyuu sambil memainkan Sams*ng S3 terbarunya. Yang lain curiga, jangan-jangan Yagyuu sengaja mau pamer. "Nih, dia baru aja nge-twit, 'Crazy, gue baru aja disangkain hantu sama bocah berambut rumput laut.'."
"Bisa jadi yang dia maksud itu si Akaya, piyo!" sahut Niou sudah mulai tenang. "Tapi, bukannya rambut si Lily itu kuning pucat sebahu ya?"
Kemudian, Yukimura muncul dengan segentong minyak. Dan langsung menyedot perhatian dari semua penghuni ruang tamu.
"Marui-kun!" Yukimura menghampiri Marui dan menariknya. "Minumlah minyak ini!"
"Hah?" Yang lainnya kaget sekaget-kagetnya. Ini si Yukimura bodoh atau apa sih? Orang keselek permen karet kok disuruh minum minyak tanah?
"'Kan permen karet itu lengket. Nah, dengan minyak ini, permen karetnya bisa jadi licin dan ketelen sama Marui-kun." Yukimura menjelaskan dengan jeniusnya. Anak-anak Rikkai pun hanya menggelengkan kepalanya dan membiarkan Yukimura berbuat sesukanya.
Marui yang sudah panik, semakin panik ketika Yukimura hendak meminumkan minyak itu padanya. Tapi dia gak sempat mengelak, dan akhirnya Marui pun terpaksa meminumnya hingga setengah gentong.
GLUK!
"..."
Krik krik krik
"Marui-kun!" Yukimura menggenggam kedua bahu Marui dengan tatapan cemas. "Marui-kun, kamu gak apa-apa?"
"..." Marui masih diam dengan mata terbelalak dan mulut menganga. Dan Marui pun mati suri.
'Innalillahi...' batin semuanya prihatin, melihat keadaan Marui yang mengenaskan.
"Semoga arwahmu diterima di sisi-Nya, Bunta." Niou sok nangis air mata buaya sambil menebarkan bunga yang dia dapat di meja tamu Yukimura tadi.
KLUK!
Suara menggelegar itu bikin seluruh penghuni syok. Apalagi ketika mata Marui yang tadinya menatap kosong, kini telah beralih pada Niou yang ada disebelahnya. Tangannya bergerak dengan bergetar, ingin meraih Niou yang tak kalah kagetnya dengan yang lain.
Dan tangan Marui pun mencekik Niou.
"BRENGSEK LU YAAAA! NGEDOAIN GUE BIAR MATI!" Marui lepas dari genggaman Yukimura, lalu menambahkan satu tangannya untuk menambah kuantitas cekikan pada Niou. "MASIH SYUKUR GUE BISA SELAMAT DARI MINYAK LAKNAT ITU!"
Mata Marui melotot horror, dengan mulut yang berlumuran minyak tanah.
(Dan bersyukurlah author tidak kelepasan ngetik 'berlumuran darah'!)
Satu kata buat Marui sekarang dari semuanya : Euww...
"GWAAAAA! TASUKETEEEEEEEE!"
"NIOU-KUUUUN!"
"NIOU-SENPAAAAAI!"
"DIEEEEEEEEEEEEEEEEEEMMM!"
BRAK!
Seusai suara gebrakan itu, suasana mendadak sunyi.
"Vas bunga guee..." Yukimura menangisi vas bunganya yang retak di meja tamu gara-gara gebrakan Sanada tadi.
"Ehm." Sanada menenangkan dirinya setelah berteriak mengerikan tadi. "Baiklah, karena semuanya sudah berkumpul, sekarang kita lanjutkan rencana kita tadi, yaitu tidur demi mengumpulkan tenaga untuk permainan nanti."
"Eh, tapi—"
"Gak ada tapi-tapian dan segeralah bersiap tidur!"
"B-baik, Pak!" Semua anggota reguler pun menuruti perintah si fukubuchou.
.
.
.
.
-To be continueD-
.
Author's Note :
Lagi-lagi kembali dengan cerita aneh dan gak mutu -.-
Alasan kenapa saya masang genre Friendship/ Horror buat fanfiksi ini adalah, karena fanfiksi ini sama sekali gak lucu (buat saya yang dengerin lagu Meteor Drive disepanjang pengetikan), dan saya berencana mau bikin fanfiksi ini menjadi Horror. Tapi kenapa malah baru terasa di chapter 2 nanti sih!
Oh iya, sekedar catatan. Sebenarnya Hitori Kakurenbo dimainkan oleh satu orang. Tetapi ada cara tersendiri jika kita ingin memainkannya lebih dari 2 orang. Dan begitulah, terima kasih kepada Saya Yomino yang telah membuat saya ketar-ketir oleh semua artikel horror-nya (Saya bahkan menjerit histeris ketika tanpa sengaja melihat sekilas video zombie yang tampangnya sumpah hancur habis—full of blood, persis seperti keadaan Marui tadi—dan melotot close-up ke kamera. Saya pikir saya takkan bisa tidur malam ini -.-
Well, saya rasa sudah cukup celotehnya. Saya ngetiknya agak terburu-buru, mengingat apa yang akan saya lakukan di 19 Februari nanti -.-
(Dan jangan tanya ke saya ada apa di 19 Februari. Mungkin kalian bisa mencari tahu sendiri? #digeplak)
xoxo,
UYN
